Makin Hancur Lebur: Perdagangan Dibuka, Harga Emas Langsung Ambruk

2 days ago 6

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas acuan dunia melanjutkan tren koreksi akibat ulah Presiden Amerika Serikat (AS) yang mengumumkan tarif resiprokal ke berbagai negara, termasuk Indonesia.

Merujuk data Refinitiv, pada perdagangan Jumat (4/4/2025) harga emas acuan dunia (XAU) jatuh 2,42% dalam sehari ke posisi US$ 3037,35 per troy ons.

Depresiasi itu kemudian berlanjut pada Senin pagi ini (7/4/2025). Kami memantau sampai pukul 05.50 WIB, harga emas kembali kontraksi 0,84% ke posisi US$ 3.011,96 per troy ons.
Padahal emas baru membuka sesi perdagangan di mana paling aktif adalah pedagang Asia. 

Posisi ini menandai harga emas jatuh ke posisi terendah dalam 14 hari dan jika koreksi ini berlangsung sampai akhir sesi, akan menandai harga emas sudah turun tiga hari beruntun dari level tertinggi sepanjang masa-nya.

Meskipun turun, harga emas yang turun bisa dibilang sebagai koreksi normal setelah mencetak level tertinggi sepanjang masa.

Sebagai catatan, harga logam mulia acuan dunia ini sempat mencapat puncak tertinggi secara intraday pada 3 April lalu di posisi US$ 3.167,57 per troy ons.

Pada tahun, harga emas diperkirakan masih akan melanjutkan sinarnya lantaran masih banyak gejolak ekonomi yang dipicu oleh perang dagang Presiden Donald Trump.

"Ketidakpastian adalah salah satu faktor utama yang menyebabkan minat baru terhadap emas," ujar Krishan Gopaul, analis senior di World Gold Council, kepada Financial Times.

Permintaan emas dapat meningkat tajam di saat kekacauan karena investor berbondong-bondong ke aset safe haven. Trump mengumumkan tarif baru pada Rabu pekan lalu (2/4/2025) sebagai "Hari Pembebasan."

Melansir laman the Wall Street Jounal, pengumuman tersebut membuat saham turun dalam perdagangan setelah jam kerja, tetapi emas berjangka naik.

Beberapa institusi bahkan menaikkan target harga tertinggi emas ke level baru.

Goldman Sachs menaikkan perkiraan harga emasnya menjadi US$3.300 per troy ons pada akhir tahun, naik dari US$3.100 per troy ons. Bank of America (BoA) juga menaikkan perkiraan emasnya baru-baru ini.

Nitesh Shah, kepala riset komoditas dan makroekonomi untuk wilayah Eropa di Wisdom Tree juga menyatakan bahwa harga emas bisa mendekati $3.600 pada kuartal pertama tahun 2026.

Michael Widmer, kepala penelitian logam di Bank of America (BoA), mengatakan kepada NPR bahwa lonjakan emas baru-baru ini "hampir secara eksklusif didorong" oleh ketakutan dan ketidakpastian terkait tarif.

Menurut World Gold Council, sebesar US$6,8 miliar mengalir ke ETF emas Amerika Utara pada bulan Februari, arus masuk bulanan terbesar untuk kawasan tersebut sejak Juli 2020.

Secara lebih luas, kekuatan emas dalam beberapa tahun terakhir didorong oleh permintaan yang lebih tinggi dari yang diharapkan dari bank sentral, yang telah meningkatkan cadangan mereka sejak pembekuan aset Rusia pada tahun 2022, menurut catatan terbaru Goldman Sachs.

CNBC INDONESIA RESEARCH

(tsn/tsn)

Read Entire Article
Photo View |