Akhirnya! Duit Asing Mulai Banjiri RI Lagi

10 hours ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia - Arus dana asing akhirnya tercatat beli bersih dari pasar keuangan domestik pada pekan lalu. Aksi inflow tersebut merupakan mematahkan tren outflow yang telah terjadi dua pekan beruntun.

Bank Indonesia merilis data transaksi 21-24 April 2025 yang secara agregat investor asing tercatat beli neto sebesar Rp2,36 triliun, terdiri dari jual neto sebesar Rp1,33 triliun di pasar saham, beli neto sebesar Rp11,13 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), dan jual neto sebesar Rp7,44 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Selama tahun 2025, berdasarkan data setelmen sampai dengan 24 April 2025, investor asing tercatat jual neto sebesar Rp48,79 triliun di pasar saham, beli neto sebesar Rp18,50 triliun di pasar SBN dan jual neto sebesar Rp12,64 triliun di SRBI.

Kepemilikan asing dalam SBN rupiah juga tampak mengalami kenaikan sepanjang pekan lalu. Pada 17 April 2025, kepemilikan asing sebesar 14,27% dan sempat menurun pada 22 April 2025 hingga 14,25%. Namun pada akhirnya kembali menanjak menjadi 14,28% pada 24 April 2025.

Begitu pula dari sisi imbal hasil SBN tenor 10 tahun yang terus mengalami penurunan dari 6,933% pada 17 April 2025 menjadi 6,918% pada 25 April 2025.

Sebagai informasi, penurunan yield ini menunjukkan minat beli yang masih bertahan di pasar obligasi domestik, sejalan dengan stabilnya sentimen risiko global dan ekspektasi inflasi dalam negeri yang tetap terjaga.

Kenaikan kepemilikan SBN rupiah oleh investor asing memiliki implikasi besar terhadap pasar keuangan Indonesia. Di satu sisi, meningkatnya investasi asing menunjukkan kepercayaan terhadap stabilitas ekonomi dan kebijakan fiskal negara, serta memberikan pemerintah akses terhadap dana segar untuk membiayai pembangunan dan berbagai program ekonomi.

Permintaan tinggi terhadap SBN juga dapat menurunkan tingkat imbal hasil (yield), yang berdampak positif bagi biaya pinjaman pemerintah dan suku bunga kredit di sektor perbankan. Selain itu, masuknya modal asing bisa memperkuat nilai tukar rupiah karena meningkatkan permintaan terhadap mata uang domestik, sehingga mengurangi volatilitas kurs dan memberikan kepastian bagi pelaku bisnis.

Secara keseluruhan, peningkatan kepemilikan SBN oleh investor asing adalah indikator positif bagi ekonomi Indonesia, tetapi perlu dikelola dengan kebijakan yang bijak untuk menjaga stabilitas jangka panjang.

Sentimen Global Mereda

Ketika sentimen global mereda, ketidakpastian di pasar keuangan internasional berkurang, sehingga investor lebih percaya diri untuk menanamkan modalnya di negara berkembang seperti Indonesia.

Pekan lalu, Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump tampaknya mulai melunak dalam mengenakan tarif bea impor China yang kabarnya akan turun secara substansial.Pemerintah China pada Rabu (23/4/2025) juga menyatakan kesiapannya untuk kembali duduk di meja perundingan dengan Amerika Serikat (AS).

Dalam pernyataannya pada Selasa pekan lalu, Presiden Trump mengakui bahwa tarif AS terhadap produk China saat ini berada pada tingkat yang "sangat tinggi". Namun, ia menambahkan bahwa beban tarif tersebut "akan turun secara substansial" jika kedua negara berhasil mencapai kesepakatan dagang.

Pernyataan tersebut menjadi sinyal bahwa Gedung Putih masih membuka peluang dialog, meskipun tekanan ekonomi terhadap Tiongkok terus ditingkatkan dalam beberapa bulan terakhir.

Menanggapi pernyataan Trump, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, menegaskan bahwa negaranya tetap konsisten pada sikap bahwa perang tarif dan konflik dagang tidak akan menghasilkan pemenang.

"Perang tarif dan perang dagang tidak memiliki pemenang," ujar Guo dalam konferensi pers rutin di Beijing, dilansir dari AFP.

Ia menambahkan bahwa pemerintah China tetap membuka peluang dialog dengan Amerika Serikat. "Pintu untuk pembicaraan terbuka lebar," ujarnya.

Namun, Guo juga memberi peringatan tegas kepada Washington: "Kami tidak ingin berperang, tapi kami juga tidak takut berperang. Jika perlu, kami akan bertarung hingga akhir."

Selain itu, kuatnya fundamental RI juga tercermin dari paparan hasil Rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) pada Kamis (24/4/2025) oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

KSSK menegaskan bahwa stabilitas sistem keuangan pada kuartal I-2025 tetap aman terjaga, di tengah kisruh kebijakan tarif resiprokal dari Presiden Trump.

"Kami memulai dengan melaporkan bahwa situasi sistem keuangan stabilitas sistem keuangan triwulan I-2025 tetap terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian dan pasar keuangan global," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers KSSK.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)

Read Entire Article
Photo View |