Deretan Goceng Ini Terbang Ratusan Persen, Aman Dibeli?

1 day ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada umumnya investor menyukai harga saham yang nilai per lembarnya masih murah, namun pergerakan harga saham yang terus mengalami kenaikan.

Investor sering menyukai saham murah, misalnya dengan uang Rp5 ribu sudah bisa membeli 1 lot saham. Dengan modal kecil, investor bisa membeli lebih banyak lembar saham. Cocok untuk investor ritel atau pemula yang punya dana terbatas.

Saham murah alias undervalued, bukan murahan dianggap punya ruang naik lebih besar. Misalnya harga saham per lembar dari Rp50 naik ke Rp100 maka sudah naik 100%, lebih mudah dicapai dibanding saham dari Rp10 ribu ke Rp20 ribu per lembar.

Banyak saham yang harga sahamnya murah masuk kategori second liner atau third liner, karena lebih volatil dan menarik bagi trader jangka pendek.

Harga saham yang rendah misalnya di bawah Rp50 per lembar saham yang termasuk kategori "gocap" tidak otomatis berarti perusahaan buruk.

Terkadang banyak hal-hal menarik di saham Rp50 per lembar atau di bawahnya. Misalnya, ada perbaikan kinerja keuangan seperti penjualan, laba, efisiensi. Selain itu masuknya investor strategis atau aksi korporasi seperti right issue, merger.

Terkadang perubahan kebijakan pemerintah juga menguntungkan beberapa sektor terkait. Bahkan momentum sentimen dari retail trader, misalnya komunitas saham gorengan.

Walau tidak semua saham murah itu jelek, banyak saham di bawah Rp50 memang punya fundamental lemah, tidak aktif ditransaksikan alias illiquid, hingga terjebak dalam kondisi financial distress atau potensi delisting.

Harga saham di bawah hingga di Rp50 per lembar saham tidak selalu menunjukkan pergerakan buruk. Beberapa saham bahkan bisa rebound tajam jika didukung faktor fundamental dan sentimen yang membaik. Namun, tetap perlu hati-hati agar tidak terjebak saham murahan yang sebenarnya bermasalah.

CNBC Indonesia Research telah mencatat 10 saham goceng yang mencatatkan kenaikan luar biasa di sepanjang 2025.

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)

Read Entire Article
Photo View |