Cara Cegah dan Tangani Keracunanan Makanan pada Anak Menurut Dokter

2 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Kasus keracunan makanan massal yang menimpa ribuan anak sekolah membuat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) kembali menekankan pentingnya aspek keamanan pangan. Ketua UKK Emergensi dan Terapi Intensif Anak IDAI, Dr. Yogi Prawira, SpA, Subsp. ETIA(K) menegaskan, edukasi soal pencegahan, deteksi gejala, dan langkah penanganan harus jadi perhatian bersama.

dr. Yogi Prawira menjelaskan, definisi keracunan makanan adalah penyakit akibat konsumsi makanan/minuman terkontaminasi bakteri (misal Salmonella, E. coli, Listeria, C. botulinum), virus, parasit, jamur, atau bahan kimia/logam.

"Onset keracunan umumnya beberapa jam hingga 1-2 hari setelah makan. Jika gejala muncul massal pascamenu yang sama, itu sangat mengarah ke keracunan," kata Dr. Yogi dalam media briefing secara daring pada Kamis (25/9/2025) sore.

Ia mengutip kajian 2024 yang mencatat 1.164 kasus keracunan obat dan makanan (mayoritas makanan/minuman), dengan usia terbanyak remaja di atas 12 tahun. Itu pun menjadi sebuah pengingat bahwa masalah ini bukan insiden tunggal, melainkan pola yang harus diatasi sistemik.

Keracunan makanan biasanya muncul beberapa jam hingga dua hari setelah konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi. Gejala awal antara lain seperti mual dan muntah, diare (kadang berdarah), sakit perut, hingga demam dan sakit kepala.

dr. Yogi menjelaskan tanda bahaya yang butuh penanganan segera ke dokter yaitu jika dehidrasi (mulut kering, haus berlebihan, buang air kecil sedikit/pekat, lemas). Anak muntah terus-menerus sehingga tidak bisa minum dan diare berkepanjangan lebih dari 3 hari harus segera ke dokter.

Demam tinggi persisten di atas 38,5°C dan gejala neurologis tertentu (pandangan kabur, kelemahan otot, hingga kejang pada kasus spesifik) juga menjadi perhatian dan harus segera dibawa ke dokter.

"Jika anak menunjukkan gejala keracunan makanan, maka istirahatkan anak dan batasi aktivitas fisik, cegah dehidrasi dengan memberikan cairan sering tapi sedikit-sedikit dan air putih atau larutan oralit sangat dianjurkan," papar ia.

Selain itu, berikan makanan lembut yang ramah lambung (bubur, pisang, roti), hindari makanan pedas, berlemak, kopi, atau susu tertentu. "Jangan berikan obat anti-diare penahan tanpa anjuran dokter. Obat ini bisa menahan toksin lebih lama di tubuh," jelasnya.

Cara Mencegah Keracunan Makanan
Menurut IDAI, pencegahan harus dimulai sejak dapur hingga ke meja makan:
1. Cuci tangan pakai sabun dan air mengalir sebelum makan, setelah toilet, dan sebelum mengolah makanan.
2. Pisahkan alat masak untuk daging, unggas, sayur, dan buah agar tidak terjadi kontaminasi silang.
3. Pastikan suhu masak aman: daging sapi minimal 71°C, ayam 74°C, telur harus matang penuh.
4. Simpan makanan pada wadah tertutup dan segera dinginkan dalam 2 jam setelah dimasak. Jangan cairkan makanan beku di suhu ruang.
5. Perhatikan ciri makanan rusak: perubahan warna, tekstur berlendir, kemasan menggembung, bau busuk/asam/tengik, atau rasa aneh-segera buang.
6. Hindari air mentah dan produk susu yang tidak dipasteurisasi.

"Makanan sehat bukan hanya soal gizi, tapi juga soal keamanan pangan. Edukasi kepada orang tua, guru, dan petugas kantin sangat penting agar anak-anak terhindar dari risiko keracunan," ujar Dr. Yogi.

Read Entire Article
Photo View |