Ulang Tahun ke-70, Ini Jatuh Bangun CIMB Niaga Membangun Indonesia

3 hours ago 6

Jakarta, CNBC Indonesia - Selama 70 tahun berdiri,  CIMB Niaga telah melewati banyak tantangan dan peristiwa yang menguji ketahanan.

Ada tiga pilar utama yang menjadikan CIMB Niaga bisa sebesar sekarang ini. Bank yang berdiri pada 26 September 1955ini mempraktikan ciri khas pilarnya dan tetap relevan dengan pasar perbankan di Indonesia hingga saat ini.

Pertama, DNA Inovasi yang Mengakar. Sejak awal, bank ini telah menjadi pionir teknologi, puncaknya adalah pengenalan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) pertama di Indonesia pada tahun 1987.

Warisan ini berevolusi hingga melahirkan super-app seperti OCTO Mobile dan OCTO Biz, yang kini menangani lebih dari 90% total transaksi nasabah, menegaskan bahwa inovasi adalah identitas inti perusahaan.

Kedua, "Mazhab Perbankan Niaga" (The Niaga School of Banking).

Di bawah kepemimpinan visioner seperti Robby Djohan, Bank Niaga berfungsi sebagai kawah pengasah dan tempat penempaan bagi para pemimpin industri keuangan Indonesia.

Bank ini secara sistematis menumbuhkan budaya profesionalisme dan integritas, melahirkan kader-kader bankir hebat yang kemudian memegang posisi krusial dalam perekonomian nasional, mulai dari Gubernur Bank Indonesia hingga Menteri Keuangan.

 Cocok Buat Semua Kalangan Usia, Ini Kecanggihan OCTO MobileFoto: Infografis/Cocok Buat Semua Kalangan Usia, Ini Kecanggihan OCTO Mobile/Aristya Rahadian

Ketiga, Ketangguhan dan Transformasi Strategis. Sepanjang tujuh dekade, CIMB Niaga telah menunjukkan kemampuan luar biasa untuk beradaptasi. Bank ini berhasil melewati berbagai krisis ekonomi, melakukan akuisisi strategis oleh CIMB Group, dan mengeksekusi salah satu merger perbankan paling signifikan dalam sejarah Indonesia dengan Lippo Bank pada  2008.

Saat ini, CIMB Niaga berdiri sebagai institusi kokoh yang didorong oleh platform digital canggih dan komitmen mendalam terhadap keberlanjutan. Dengan fondasi sejarah yang kaya, bank ini tidak hanya merayakan masa lalunya, tetapi juga secara aktif merancang dekade pertumbuhan berikutnya.

Fondasi Seorang Pelopor di Era Bank Niaga (1955-2002)

Identitas inti CIMB Niaga saat ini adalah inovasi, keunggulan layanan, dan pengembangan sumber daya manusia-telah ditanamkan sejak era Bank Niaga, menciptakan fondasi yang kokoh bagi pertumbuhannya.

Bank Niaga didirikan pada 26 September 1955. Dekade-dekade awalnya dihabiskan untuk membangun nilai-nilai fundamental, mengembangkan profesionalisme, dan memodernisasi operasional. Puncaknya, pada tahun 1987, Bank Niaga memperkenalkan layanan ATM lokal pertama di Indonesia, sebuah terobosan yang membawa Indonesia memasuki era perbankan modern.

Momentum ini berlanjut pada 1991 dengan penerapan sistem perbankan online, yang juga menjadi yang pertama bagi bank lokal di Indonesia. Keputusan-keputusan ini menunjukkan DNA strategis yang berfokus pada efisiensi dan pengalaman nasabah, yang menjadi cikal bakal keunggulan digital bank di masa depan.

Pada suatu periode, Bank Niaga pernah mendapati julukan "Mazhab Perbankan Niaga" (Niaga School of Banking), diakui sebagai pencetak bankir-bankir berkualitas tinggi. Di pusat fenomena ini adalah kepemimpinan Robby Djohan (Presiden Direktur sejak 1984) dan Nono Zainudin (Direktur Operasi dan Administrasi, 1974-1991).

Filosofi Robby Djohan sangat unik: "memimpin orang, bukan memimpin bisnis". Ia percaya 80% peran CEO adalah mengurusi pengembangan sumber daya manusia, karena bisnis yang sehat adalah hasil dari organisasi yang sehat.

Peresmian CIMB Niaga Digital Lounge @Home Kemang. (CNBC Indonesia/Yuni Astutik)Foto: Presiden Direktur CIMB Niaga, Tigor M Siahaan dan Direktur Consumer Banking Lani Darmawan saat Peresmian CIMB Niaga Digital Lounge @Home Kemang. (CNBC Indonesia/Yuni Astutik)

Filosofi ini dilembagakan oleh Nono Zainudin, arsitek di balik sistem SDM dan budaya perusahaan Bank Niaga. Ia menanamkan prinsip bahwa karyawan adalah aset utama, sebuah konsep revolusioner pada masanya.

Kombinasi kepemimpinan visioner keduanya menciptakan "mesin pencetak sumber daya manusia" yang menjadi keunggulan kompetitif Bank Niaga yang paling tahan lama dan warisannya yang paling signifikan.

Katalis Transformasi Ketika Merger dan Lahirnya Kekuatan Baru (2002-2008)

Periode antara 2002 dan 2008 merupakan babak paling transformatif dalam sejarah Bank Niaga, di mana serangkaian manuver strategis mengubah skala dan posisi bank di lanskap perbankan nasional Indonesia.

Titik balik modern terjadi pada November 2002, ketika Commerce Asset-Holdings Berhad (cikal bakal CIMB Group) mengakuisisi saham mayoritas Bank Niaga. Pada Agustus 2007, kepemilikan ini dialihkan ke CIMB Group.

Katalis utama yang mendorong merger bersejarah adalah kebijakan Bank Indonesia "Single Presence Policy" (SPP), yang melarang satu pihak menjadi pemegang saham pengendali di lebih dari satu bank.

Saat itu, Khazanah Nasional Berhad (pemilik CIMB Group) juga menjadi pemegang saham pengendali di Lippo Bank. Dihadapkan pada tiga opsi-divestasi, merger, atau membentuk perusahaan induk-para pemegang saham memilih merger sebagai jalan terbaik, mengubah kewajiban regulasi menjadi peluang pertumbuhan.

Sinergi dalam Eksekusi Merger dan Akuisisi oleh CIMB

Proses merger dan akuisisi secara resmi dimulai dengan perubahan nama Bank Niaga menjadi PT Bank CIMB Niaga Tbk pada Mei 2008, dan penggabungan hukum dengan Lippo Bank efektif pada November 2008.

Logika strategis di baliknya adalah menciptakan "penggabungan tiga kekuatan yang komplementer" antara tiga bank besar dengan segmentasi pasar masing-masing yaitu Bank Niaga yang unggul di segmen perbankan korporasi. Lippo Bank yaitu pemimpin di segmen kredit UKM,  dan consumer banking, dan CIMB Group yang menyediakan platform regional dan keahlian perbankan investasi.

Hasilnya adalah sebuah lompatan kuantum. Entitas baru ini langsung menjadi bank terbesar kelima/keenam di Indonesia dari sisi aset, dengan total aset gabungan mencapai sekitar Rp 100 triliun. Akuisisi oleh CIMB ini menjadi bukti konsep yang krusial bagi konsolidasi perbankan skala besar di Indonesia.

Mendominasi Garda Depan Digital: Pencapaian di Era Modern (2008-Sekarang)

Setelah merger, CIMB Niaga memasuki era baru yang didefinisikan oleh akselerasi digital, kinerja keuangan yang tangguh, dan komitmen terhadap dampak sosial langsung kepada pelanggan melalui tata kelola manajemen keuangan dan perbankan yang optimal dengan mengikuti arahan dari pemerintah Indonesia kala itu.

Kepemimpinan digital CIMB Niaga berpusat pada ekosistem OCTO, dengan jantungnya adalah OCTO Mobile, sebuah super-app "one-stop mobile financial solution".

Keberhasilan strategi ini tercermin jelas dalam data: lebih dari 90% dari total transaksi bank kini dilakukan melalui kanal digital. Bank juga memelopori model layanan hybrid melalui Digital Lounge dan Digital Branch yang memadukan efisiensi digital dengan sentuhan personal.

Pasca-merger, CIMB Niaga membuktikan validitas strategisnya melalui kinerja keuangan yang solid, secara konsisten mempertahankan posisinya sebagai bank swasta terbesar kedua di Indonesia.

Kinerja pada semester I 2025 menunjukkan pertumbuhan sehat dengan Laba Sebelum Pajak mencapai Rp 4,55 triliun dan laba bersih sebesar Rp 3,51 triliun.

Selain itu, CIMB Niaga juga membentuk narasi keberlanjutan dan juga "Kejar Mimpi". CIMB Niaga telah mengintegrasikan prinsip Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (ESG) ke dalam strategi bisnisnya. Hingga semester I 2025, hampir 25% dari total portofolio pembiayaan (Rp 57,6 triliun) dialokasikan untuk mendukung kegiatan usaha berkelanjutan.

Inisiatif sosial unggulan bank adalah gerakan "Kejar Mimpi", sebuah platform komprehensif dengan visi membentuk generasi muda Indonesia yang positif melalui empat pilar: Pendidikan, Lingkungan, Filantropi, dan Pembangunan Ekonomi Sosial.

Mazhab Perbankan Niaga Menjadikan Warisan Para Pemimpin Berpengaruh

Salah satu warisan Bank Niaga yang paling berdampak adalah perannya sebagai "pabrik pemimpin". Para alumni Bank Niaga kemudian menduduki posisi-posisi strategis di pemerintahan dan BUMN, membawa serta nilai-nilai profesionalisme dan integritas. Berikut adalah para alumni berpengaruh yang pernah menjabat sebagai petinggi di CIMB Niaga dan berhasil membentangkan sayapnya menjadi bankir hebat hingga saat ini.

1. Robby Djohan
Figur sentral di balik profesionalisasi Bank Niaga dan Presiden Direktur (1984-1994). Setelah dari Niaga, ia dikenal sebagai spesialis turnaround legendaris yang merestrukturisasi Garuda Indonesia (1998) dan memimpin merger empat bank BUMN menjadi Bank Mandiri sebagai Direktur Utama pertama (1998-2000) setelah masa krisis membentuk fundamental awal Bank Mandiri yang masih digunakan hingga saat ini.

2. Agus Martowardojo
Mengasah kemampuannya di Bank Niaga (1986-1994) , kariernya melesat hingga memegang dua jabatan kebijakan ekonomi tertinggi di negara ini menjadi Menteri Keuangan (2010-2013) dan Gubernur Bank Indonesia (2013-2018).

Indonesia Governor Agus Martowardojo speaks with the delegation after IMFC plenary the IMF/World Bank spring meeting in Washington, U.S., April 20, 2018. REUTERS/Yuri GripasFoto: REUTERS/Yuri Gripas
Indonesia Governor Agus Martowardojo speaks with the delegation after IMFC plenary the IMF/World Bank spring meeting in Washington, U.S., April 20, 2018. 

3. Arwin Rasyid: Produk asli kaderisasi Bank Niaga hingga posisi Wakil Presiden Direktur. Pasca-Niaga, ia memimpin berbagai institusi strategis seperti BPPN, Bank Danamon, dan PT Telkom Indonesia, sebelum akhirnya kembali sebagai Presiden Direktur/CEO PT Bank CIMB Niaga (2008-2015) untuk memimpin entitas hasil merger.

Arwin Rasyid (Dok Twitter @Arwin_Rasyid)Foto: Arwin Rasyid (Dok Twitter @Arwin_Rasyid)

4. Nono Zainudin
Sebagai Direktur Operasi dan Administrasi (1974-1991), ia adalah "perumus SDM" yang membangun sistem dan menanamkan budaya yang memandang karyawan sebagai aset inti, menciptakan lahan subur bagi para pemimpin untuk berkembang.

5. Glenn M. S. Yusuf
Pernah menjadi Direktur Keuangan Bank Niaga (1991-1994), meneruskan perjalannya hingga menjadi ketua Badan Penyehatan Perbankan Nasional (1998-2000) untuk mengukukuhkan stabilitas perbankan saat krisis 1997-1998 yang diakibatkan oleh bank run akibat kekhawatiran nasabah terhadap hancurnya sistem ekonomi Indonesia pada kala itu.

"Mazhab Perbankan Niaga" bukanlah kebetulan, melainkan hasil dari strategi pengembangan SDM jangka panjang. Fakta bahwa para alumninya "diekspor" untuk memimpin BUMN krusial dan badan regulator menunjukkan bahwa latar belakang "lulusan Niaga" dipandang sebagai standar emas untuk profesionalisme dan integritas.

Merancang Dekade Sekarang dan Masa Depan

Memasuki dekade kedelapan, CIMB Niaga secara aktif merancang masa depan dengan kerangka kerja strategis yang jelas untuk menavigasi lanskap perbankan yang terus berubah.

Strategi CIMB Niaga saat ini dibangun di atas lima pilar, termasuk fokus pada segmen dengan imbal hasil tinggi, ekspansi dana murah (CASA), disiplin biaya, manajemen risiko yang seimbang, dan pemanfaatan teknologi informasi. Visi jangka panjangnya adalah menjadi perusahaan ASEAN terkemuka yang mendukung integrasi ekonomi regional.

Keberlanjutan menjadi pusat dari visi ini. Bank telah menetapkan komitmen ambisius untuk mencapai Emisi Nol Bersih (Net Zero) pada tahun 2050, dengan target interim untuk emisi operasional pada tahun 2030. Komitmen ini didukung oleh target terukur, seperti menghentikan pembiayaan batu bara secara bertahap hingga tahun 2040.

Seperti yang ditegaskan oleh Presiden Direktur Lani Darmawan, bank berkomitmen untuk berkolaborasi dengan nasabah dalam perjalanan transisi mereka dan melihat peluang pasar yang signifikan dalam keuangan berkelanjutan.

Berikut adalah indikator performa laporan keuangan BNGA :

(gls/gls)

Read Entire Article
Photo View |