Rupiah Jeblok: Siap-Siap Harga Tempe, Gula Hingga Mie Instan Melonjak

2 hours ago 5

Jakarta, CNBC Indonesia- Nilai tukar rupiah mengalami tekanan habat terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pelemahan rupiah akan berimbas pada komoditas pangan impor, mulai dari kedelai hingga gandum.

Pada pembukaan perdagangan Jumat (26/9/2025), rupiah dibuka melemah 0,09% ke level Rp16.750/US$, melanjutkan penurunan sehari sebelumnya yang ditutup di Rp16.735/US$. Posisi ini adalah yang terendah sejak April 2025 saat perang dagang baru dimulai.

Pelemahan rupiah terjadi di tengah menguatnya indeks dolar AS (DXY), yang didorong revisi data pertumbuhan ekonomi AS kuartal II 2025 menjadi 3,8% (year-on-year), lebih tinggi dari estimasi awal 3,3%.

Ketahanan ekonomi Negeri Paman Sam membuat pasar menilai The Federal Reserve kemungkinan tidak akan terlalu agresif memangkas suku bunga. Alhasil, dolar kembali perkasa, sementara rupiah menghadapi tekanan tambahan.

Situasi ini kian menantang bagi Indonesia yang masih bergantung pada barang impor, termasuk bahan pangan utama.

Setiap kali rupiah melemah, barang-barang impor menjadi lebih mahal, baik bahan baku industri maupun kebutuhan sehari-hari seperti gandum, kedelai, gula, hingga beras. Dengan kondisi ini, harga mie instan, susu, tempe, bahkan aneka jajanan berbasis tepung berpotensi ikut naik.

Selain energi dan emas, bahan pangan strategis juga masuk dalam jajaran impor besar. Gandum misalnya, mencapai US$1,29 miliar dalam enam bulan pertama 2025.

Padahal, Indonesia sama sekali tidak memproduksi gandum dan 100% bergantung pada impor dari Australia, Kanada, maupun Argentina. Kondisi ini membuat harga produk turunannya, termasuk mie instan yang sangat populer di masyarakat, rentan mengalami kenaikan harga.

Tak hanya gandum, kedelai juga menjadi komoditas rawan. Sepanjang Januari-Juni 2025, impor kedelai Indonesia tercatat US$577,2 juta, mayoritas berasal dari Amerika Serikat, Kanada, dan Brasil. Dengan bahan baku utama tahu dan tempe ini semakin mahal, harga kedua panganan favorit masyarakat pun berpotensi melambung.

Kedelai adalah bahan pembuat tempe yang menjadi makanan favorit masyarakat Indonesia.

Terlihat betapa rentannya ketahanan pangan Indonesia terhadap gejolak kurs. Gula impor mencapai lebih dari US$1 miliar hanya dalam enam bulan, sementara beras masih harus didatangkan dari Thailand, Myanmar, hingga Vietnam. Harga minuman manis, kue, dan aneka jajanan berbasis gula hampir pasti akan ikut terpengaruh.

Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia (BI) menegaskan komitmen menjaga stabilitas rupiah dengan memanfaatkan seluruh instrumen, mulai dari intervensi spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), hingga pembelian SBN di pasar sekunder. Namun, selama ketergantungan pada impor pangan tetap tinggi, pelemahan rupiah akan selalu membawa konsekuensi pada dompet masyarakat.

Jika tren ini berlanjut, inflasi pangan bisa menjadi tantangan serius di kuartal akhir 2025. Mie instan, tempe, hingga segelas kopi manis di warung bisa saja menjadi simbol nyata betapa kurs rupiah yang melemah menyentuh kehidupan sehari-hari rakyat Indonesia.

(emb/emb)

Read Entire Article
Photo View |