Potret Negara Arab Bangun Proyek Besar, Wisata Alam Ini Terancam

4 hours ago 1
CNBC Indonesia News Foto News

FOTO Internasional

Reuters, CNBC Indonesia

16 April 2025 13:07

Pemandangan tanda yang dikelilingi penghalang yang terbuat dari tongkat kayu di depan pantai Ras Hankorab di Taman Nasional Wadi el-Gemal, rumah bagi salah satu ekosistem laut terakhir yang masih alami di negara ini dengan air sebening kristal dan pasir putih, di pantai Laut Merah Mesir selatan di Marsa Alam, Mesir 23 Maret 2025. (REUTERS/Stringer)

Pantai Ras Hankorab, salah satu destinasi alami terakhir yang masih asli di pesisir Laut Merah, Mesir selatan, menghadapi ancaman pembangunan yang dapat merusak ekosistem laut yang rapuh. (REUTERS/Stringer)

Pemandangan tanda yang dikelilingi penghalang yang terbuat dari tongkat kayu di depan pantai Ras Hankorab di Taman Nasional Wadi el-Gemal, rumah bagi salah satu ekosistem laut terakhir yang masih alami di negara ini dengan air sebening kristal dan pasir putih, di pantai Laut Merah Mesir selatan di Marsa Alam, Mesir 23 Maret 2025. (REUTERS/Stringer)

Pantai berpasir putih dan berair jernih ini merupakan bagian dari Taman Nasional Wadi el-Gemal, kawasan konservasi penting yang menjadi rumah bagi penyu langka, terumbu karang, dan spesies laut lainnya. (REUTERS/Stringer)

Pemandangan tanda yang dikelilingi penghalang yang terbuat dari tongkat kayu di depan pantai Ras Hankorab di Taman Nasional Wadi el-Gemal, rumah bagi salah satu ekosistem laut terakhir yang masih alami di negara ini dengan air sebening kristal dan pasir putih, di pantai Laut Merah Mesir selatan di Marsa Alam, Mesir 23 Maret 2025. (REUTERS/Stringer)

Terletak sekitar 90 menit dari Bandara Internasional Marsa Alam dan empat jam dari pusat wisata Hurghada, kawasan ini saat ini dikelilingi pagar kayu sebagai bagian dari rencana pembangunan yang mencakup penginapan, restoran, hingga pertanian. (REUTERS/Stringer)

Pemandangan tanda yang dikelilingi penghalang yang terbuat dari tongkat kayu di depan pantai Ras Hankorab di Taman Nasional Wadi el-Gemal, rumah bagi salah satu ekosistem laut terakhir yang masih alami di negara ini dengan air sebening kristal dan pasir putih, di pantai Laut Merah Mesir selatan di Marsa Alam, Mesir 23 Maret 2025. (REUTERS/Stringer)

Proyek tersebut memicu kekhawatiran dari kelompok lingkungan dan masyarakat lokal yang menilai langkah itu mengancam keanekaragaman hayati dan sumber daya publik. (REUTERS/Stringer)

Pemandangan tanda yang dikelilingi penghalang yang terbuat dari tongkat kayu di depan pantai Ras Hankorab di Taman Nasional Wadi el-Gemal, rumah bagi salah satu ekosistem laut terakhir yang masih alami di negara ini dengan air sebening kristal dan pasir putih, di pantai Laut Merah Mesir selatan di Marsa Alam, Mesir 23 Maret 2025. (REUTERS/Stringer)

Mesir, di tengah krisis ekonomi, terus membuka taman nasionalnya untuk investasi demi meningkatkan pendapatan negara. Menteri Lingkungan Hidup Yasmine Fouad menyebut jumlah proyek di kawasan lindung melonjak dari 10 pada 2016 menjadi 150 pada 2024, dengan peningkatan pendapatan hingga 1.900 persen. (REUTERS/Stringer)

Pemandangan tanda yang dikelilingi penghalang yang terbuat dari tongkat kayu di depan pantai Ras Hankorab di Taman Nasional Wadi el-Gemal, rumah bagi salah satu ekosistem laut terakhir yang masih alami di negara ini dengan air sebening kristal dan pasir putih, di pantai Laut Merah Mesir selatan di Marsa Alam, Mesir 23 Maret 2025. (REUTERS/Stringer)

Namun, para konservasionis memperingatkan bahwa proyek-proyek tersebut, termasuk di Ras Hankorab, proyek ini dapat menghancurkan salah satu ekosistem laut paling bernilai di dunia. (REUTERS/Stringer)

Pemandangan tanda yang dikelilingi penghalang yang terbuat dari tongkat kayu di depan pantai Ras Hankorab di Taman Nasional Wadi el-Gemal, rumah bagi salah satu ekosistem laut terakhir yang masih alami di negara ini dengan air sebening kristal dan pasir putih, di pantai Laut Merah Mesir selatan di Marsa Alam, Mesir 23 Maret 2025. (REUTERS/Stringer)

Asmaa Ali, Direktur Eksekutif Ecoris, mengatakan kawasan ini memiliki terumbu karang yang sangat toleran terhadap perubahan iklim dan menjadi habitat penting bagi spesies terancam punah. “Di sini ada penyu laut, mangrove, dan terumbu karang langka yang memiliki potensi meregenerasi kawasan lain,” ujarnya. (REUTERS/Stringer)

Pemandangan tanda yang dikelilingi penghalang yang terbuat dari tongkat kayu di depan pantai Ras Hankorab di Taman Nasional Wadi el-Gemal, rumah bagi salah satu ekosistem laut terakhir yang masih alami di negara ini dengan air sebening kristal dan pasir putih, di pantai Laut Merah Mesir selatan di Marsa Alam, Mesir 23 Maret 2025. (REUTERS/Stringer)

Kritik juga diarahkan pada lemahnya pengawasan. Para ahli menyebut jumlah personel pemantau di Wadi el-Gemal telah menurun drastis dalam satu dekade terakhir. Pada 2007, kawasan ini memiliki 20 spesialis satwa liar; kini hanya tersisa segelintir. (REUTERS/Stringer)

Pemandangan tanda yang dikelilingi penghalang yang terbuat dari tongkat kayu di depan pantai Ras Hankorab di Taman Nasional Wadi el-Gemal, rumah bagi salah satu ekosistem laut terakhir yang masih alami di negara ini dengan air sebening kristal dan pasir putih, di pantai Laut Merah Mesir selatan di Marsa Alam, Mesir 23 Maret 2025. (REUTERS/Stringer)

Menteri Lingkungan Hidup berdalih bahwa pembangunan bersifat "terkendali" dan akan diawasi secara ketat, termasuk di Ras Hankorab, Ras Boghdady, dan lokasi menyelam Blue Hole. (REUTERS/Stringer)

Pemandangan tanda yang dikelilingi penghalang yang terbuat dari tongkat kayu di depan pantai Ras Hankorab di Taman Nasional Wadi el-Gemal, rumah bagi salah satu ekosistem laut terakhir yang masih alami di negara ini dengan air sebening kristal dan pasir putih, di pantai Laut Merah Mesir selatan di Marsa Alam, Mesir 23 Maret 2025. (REUTERS/Stringer)

Namun, kelompok konservasi yang khawatir telah melaporkan proyek ini ke kejaksaan dengan tuduhan pelanggaran hukum perlindungan lingkungan. Hingga kini, Kementerian Lingkungan Hidup dan lembaga negara terkait belum memberikan tanggapan atas permintaan klarifikasi dari Reuters. (REUTERS/Stringer)


Read Entire Article
Photo View |