Jakarta, CNBC Indonesia - Gangster mengacak-acak satu negara. Ini terjadi di Peru.
Akibat maraknya kejahatan geng-geng kriminal, pemakzulan bahkan dilakukan ke pemerintahan yang berkuasa. Bagaimana ini terjadi?
Cerita bermula dari maraknya kejahatan dan pemerasan yang dilakukan geng-geng besar yang beroperasi di Amerika Latin, seperti Los Pulpos dan Tren de Aragua di Venezuela. Mereka menyandera orang-orang dari semua lapisan masyarakat untuk mendapat uang tebusan.
Ini kemudian merambat ke Peru. Serangkaian kekerasan dilakukan ke para pemilik bisnis di sana oleh geng-geng pemeras, bahkan hingga ke pembunuhan.
Foto: (REUTERS/Angela Ponce)
Kasus pemerasan dilaporkan melonjak dari 2.396 pada tahun 2023 menjadi 15.336 pada tahun 2024, alias meningkat 540%. Setidaknya 47 pengemudi bus telah dibunuh tahun ini.
Alhasil, demonstrasi pecah. Puncaknya pekan lalu, para pengusaha, pedagang, dan mahasiswa turun ke jalan meneriakkan kecamannya ke pemerasan oleh geng kriminal dan serangan terhadap mereka yang menolak membayar uang perlindungan.
Presiden Lengser
Fakta ini kemudian melengserkan Dina Boluarte sebagai presiden. Parlemen menganggapnya tak mampu bekerja.
Boluarte kemudian diganti Jose Jeri (38). Jeri awalnya merupakan Ketua Kongres Peru, dan dirinya akan menyelenggarakan pemilihan presiden yang dijadwalkan tahun depan, ketika masa jabatan Boluarte seharusnya berakhir.
Ia menjadi presiden ke-7 dalam sembilan tahun terakhir. Di mana tiga di antaranya dicopot oleh Kongres.
Jeri kemudian menunjuk seorang pensiunan jenderal garis keras, Vicente Tiburcio, sebagai menteri dalam negeri untuk mengawasi apa yang ia sebut "perang melawan kejahatan"
"Tiburcio dipilih karena pengalamannya dalam memerangi kejahatan terorganisir, perdagangan narkoba, dan terorisme," bunyi pernyataan pemerintah.
"Jika mereka terus mengendalikan jalan-jalan kami dari penjara, kami akan bertindak dengan lebih tegas. Kami akan mengubah semua yang perlu diubah. Anda telah diperingatkan," ujar Jeri.
Warga sendiri pesimis terhadap perubahan kepemimpinan ini. Ada yang mengatakan ini bak menukar satu tikus dengan yang lain sedangkan yang lain berujar meski presiden berganti kehidupan warga bakal sama.
"Kita telah menukar satu tikus dengan tikus lainnya (...) Kita berada dalam kondisi yang sangat buruk," ujar Gaby Valdivia, seorang pedagang bunga berusia 50 tahun.
"Kita sudah terbiasa dengan presiden yang jatuh dengan cepat dan kehidupan rakyat Peru tetap sama," kata Augusto Alvarez.
Foto: REUTERS/Sebastian Castaneda
1 Tewas & 100 Luka-Luka
Sementara itu, setidaknya satu orang tewas dalam kekerasan terbaru usai demonstrasi terjadi di ibu kota Peru Rabu. Kantor Ombudsman mengatakan 102 orang terluka, termasuk 24 warga sipil dan 78 polisi.
Demonstrasi yang dipimpin pemuda membawa ribuan warga Peru, yang frustrasi dengan kegagalan pihak berwenang dalam mengatasi krisis kejahatan yang semakin memburuk. Beberapa pengunjuk rasa mencoba menerobos pembatas keamanan di sekitar Gedung Kongres saat malam tiba.
Polisi diketahui berjaga-jaga. Di mana perlengkapan anti huru hara dilengkapi gas air mata.
"Saya menyesalkan kematian warga negara berusia 32 tahun, Eduardo Ruiz Sanz," kata Jeri di platform media sosial X, tanpa merinci lebih lanjut mengenai keadaannya.
Koordinator Hak Asasi Manusia Nasional, sebuah LSM, mengatakan pria itu kemungkinan ditembak oleh seorang polisi berpakaian preman. Gambar AFP menunjukkan wajah seorang polisi yang berlumuran darah setelah terkena lemparan batu.
Peru adalah ekonomi terbesar keenam di Amerika Latin relatif tidak tersentuh oleh krisis-krisis yang beruntun. Mata uangnya, sol, merupakan salah satu yang paling stabil di kawasan ini, dan inflasi tahunannya rendah, di bawah 1,4 persen.
Kelemahannya adalah tingginya proporsi penduduk, di mana tujuh dari 10 pekerja, bekerja di sektor informal. Mereka tak memiliki tunjangan sosial atau perlindungan hukum.
Foto: REUTERS/Angela Ponce
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article
Gempa Bumi Guncang Peru, Magnitudo 6,1