Emiten Rumah Sakit DKH Mau IPO, Begini Prospeknya!

4 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Sektor healthcare akan kedatangan satu emiten rumah sakit yang bakal listing di Bursa Efek Indonesia (BEI), yaitu PT Cipta Sarana Medika Tbk.

Melalui Initial Public Offering (IPO), emiten dengan kode DKHH ini akan menawarkan sebanyak-banyaknya 530 juta saham baru atau setara 20,78% dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan.

Dari jumlah itu, harga yang ditawarkan dalam rentang Rp100 - Rp132 per lembar-nya. Jadi, dana segar yang potensi didapatkan DKKH maksimal mencapai Rp69,96 miliar.

Menariknya, DKHH juga menerbitkan sebanyak-banyaknya 265 juta waran seri I atau 13,12% dari total jumlah saham ditempatkan dan disetor penuh pada saat pernyataan pendaftaran. Adapun rasio penjatahan waran sebesar 2 : 1, artinya setiap pemegang dua saham baru akan mendapatkan waran sesi 1 sebanyak 1 lembar.

Aksi korporasi IPO DKHH ini sudah melewati book building atau masa penawaran awal dari 24 - 28 April lalu dan akan segera melewati tanggal aktif pada Rabu besok (30/4/2025).

Jadi harga penetapan akan segera didapatkan dan pelaku pasar yang ingin mengikuti gelaran IPO ini bisa mencermati masa penawaran umum yang akan berlangsung pada 5-8 Mei mendatang. Kemudian pencatatan perdana akan dilaksanakan pada 14 Mei 2025.

Sepak Terjang Underwriter

Penjamin emisi yang digandeng DKHH adalah PT MNC Sekuritas (EP). Ada empat saham yang berhasil listing bersama EP pada 2024 lalu yaitu PT SinergiMulti Lestarindo Tbk (SMLE), PT Topindo Solusi Komunika Tbk (TOSK), PT Harta Djaya Karya Tbk (MEJA), dan PT Bersama Mencapai Puncak Tbk (BAIK).

Adapun berikut rincian kinerja-nya pada awal listing di BEI :

SMLE → Hari pertama ARA dan sudah ARB di hari ketiga
TOSK → Hari pertama menguat 4%, hari kedua langsung koreksi
MEJA → Hari pertama menguat 10%, hari kedua koreksi
BAIK → Dua hari pertama langsung ARB

Bisa dibilang dari kinerja tersebut, EP lebih banyak mencatat zona merah di awal listing dibandingkan mencetak hijau. Mengacu data historis ini, kami mengantisipasi jika DKHH pada hari pertama bisa lebih rawan bergerak volatil.

Rencana Penggunaan Dana IPO

Membahas soal dana IPO yang dihasilkan berkisar Rp69,96 miliar, ini rencananya seluruhnya akan digunakan untuk ekspansi bisnis karena mayoritas untuk belanja modal mulai dari renovasi rumah sakit, pembagunan gedung baru, dan alat medis. Serta sisanya untuk modal kerja yang tak terbatas untuk operasional dan pemasaran.

Berikut rincian-nya :

Sekilas Bisnis DKHH

PT Cipta Sarana Medika merupakan bagian dari Djajakusumah Health Care Group. Didirikan pada 2024, perusahaan ini mulai beroperasi sebagai rumah sakit swasta tipe D dengan kapasitas 58 tempat tidur.

Seiring perkembangannya, melalui ekspansi dan akuisis untuk memperluas jaringan rumah sakit, sampai akhir tahun lalu DKHH sudah memiliki lebih dari satu jaringan rumah sakit tipe C dengan kapasitas 387 tempat tidur yang berlokasi di berbagai wilayah strategis, yakni Kedungwaringin, Sukatani, dan Cibadak.

Rumah sakit DKH juga sudah teakreditasi oleh Lembaga Akreditasi Rumah Sakit (KARS dan Lafki) dengan predikat Paripurna dan Utama.

DKHHFoto: DKHH
DKHH

Kegiatan usaha utama yang dilakukan DKHH adalah aktivitas rumah sakit, mencakup perawan kesehatan dan pengobatan fisik, baik untuk rawat jalan dan rawat inap. Selain itu, DKHH juga memiliki usaha penunjang yakni aktivitas holding dengan dua entitas anak dibawahnya yaitu PT As-Shofwan Tunggal Mandiri dan PT Mutiara Persada Abadi. Dua anak usaha itu juga memiliki bisnis rumah sakit swasta.

Profitabilitas dan Ketahanan Neraca-nya

Dengan mencermati bisnis perusahaan, DKHH pada sepanjang 10 bulan pertama 2024 menghasilkan pendapatan Rp126,03 miliar, tumbuh 15,68% secara tahunan (yoy).

Sayangnya dari kenaikan pendapatan itu tak berdampak optimal pada bottom line. Laba bersih DKHH terkontraksi lebih dari 50% dari posisi Oktober 2023 sebesar Rp5,33 miliar menjadi Rp2,17 miliar.

Jika melihat data secara tahunan selama tiga tahun ke belakang (2021-2023), pendapatan perusahaan cenderung berfluktuasi dan sempat turun pada 2022 sebesar 5,75% yoy, tetapi pada 2023 pendapatan mulai pulih, naik ke posisi Rp134,18 miliar.

Meski begitu, pendapatan pada 2023 yang pulih belum bisa mengkatrol laba yang malah terus turun sejak 2021.

Laba terus turun dari posisi 2021 sebesar Rp7,9 miliar, setahun berikutnya susut menjadi Rp4,88 miliar, dan pada 2023 susut lebih dalam jadi Rp3,59 miliar.

Berdasarkan kinerja itu, margin laba kotor (GPM) sampai Oktober 2024 menyentuh level cukup tinggi sampai 31,27%. Sayangnya, margin laba yang longgar ini harus tergerus cukup besar sampai di margin laba bersih (NPM) hanya tinggal 1,72%.

NPM ini susut cukup dalam jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 4,89%. Kami melihat dari rasio margin DKHH ini, menunjukkan operasional perusahaan masih kurang efisien dalam menghasilkan laba.

Kami menilai ini terjadi karena ada beban keuangan yang cukup besar, utamanya karena porsi utang bank yang cukup besar.

Mencermati dari sisi liabilitas, utang berbunga bank ada sebanyak Rp63,35 miliar. Nilai ini setara dengan 45,17% dari total liabilitas perusahaan.

Sementara itu kas perusahaan hanya Rp4,8 miliar. Nilai ini masih sangat kurang untuk memenuhi total utang bank jangka pendeknya sebanyak Rp17,07 milar. Adapun utang itu peroleh dari pembiayaan bank PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).

Meski begitu, kami melihat dari rasio keuangan perusahaan masih di rentang batas ideal yang ditetapkan oleh kreditur atau pemberi pinjaman, seperti Debt service coverage ratio minimal 100%, perusahaan sudah memenuhi itu di level 105%.

Namun, kami juga mengantisipasi DKHH memiliki risiko bisnis seperti ketergantungan yang tinggi pada BPJS sebagai sumber pendapatan utama.

Hal itu potensi menganggu stabilitas keuangan yang berisiko signifikan pada arus kas dan profitabilitas kalau ada keterlambatan pembayaran klaim atau revisi tarif penggantian (INA-CBGs) yang merugikan.

Gimana valuasinya?

Terakhir, untuk menilai DKHH ini menarik dibeli atau tidak kita patut mencermati valuasinya. Kami menggunakan metrik valuasi Price to Book Value (PBV) dengan data ekuitas 2024 yang disetahunkan termasuk ditambah dana IPO.

Berdasarkan harga yang ditawarkan dari rentang Rp100 - Rp132 kali, maka PBV yang dihasilkan dari 1,57 kali - 2,07 kali.

Untuk penilaian mahal murah, kami membandingkan dengan perusahaan sejenis di antaranya, PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO), PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL), PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk (SRAJ), PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA) dan PT Famon Awal Bros Sedaya Tbk (PRAY).

Berikut perbandingannya :

Dari tabel di atas terlihat bahwa DKHH masih murah secara valuasi, lantaranya nilai PBV yang lebih rendah dibandingkan pesaing bisnis-nya.

Kesimpulannya, DKHH masih memiliki potensial upside menarik dari valuasi yang murah, tetapi masih ada risiko dari ketergantungan pendapatan dari BPJS, margin tipis, beban keuangan yang berat karena utang berbunga bank yang cukup besar, ditambah kondisi saat ini yang masih berada di level suku bunga tinggi.

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(tsn/tsn)

Read Entire Article
Photo View |