Awas! Tambahan Impor Minyak dan LPG ke AS Bisa Bikin Kantong RI Bengkak

2 hours ago 5

Jakarta, CNBC Indonesia - Komisi XII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI menekankan perlunya memperhatikan tambahan aspek biaya transportasi yang perlu dipertimbangkan pemerintah tatkala akan mengalihakn impor minyak dan Liquefied ZPetroleum Gas (LPG) ke Amerika Serikat (AS).

Anggota Komisi XII DPR RI Eddy Soeparno menegaskan bahwa Indonesia perlu mempertimbangkan apakah penambahan impor dari AS memang harus dari sektor minyak dan gas bumi (migas). Hal itu lantaran ada biaya transportasi yang perlu diperhatikan yang bisa berdampak pada pembengkakan biaya impor.

"Kalau memang biaya transport-nya juga tinggi mungkin yang lebih masuk akal misalkan saja, mohon maaf, ada biaya transportasi yang perlu kita perhitungkan," jelasnya kepada CNBC Indonesia dalam program Energy Corner, Rabu (30/4/2025).

Dalam perosalan negosiasi perdagangan dengan AS, ia juga berharap ada negosiasi yang fair. Di mana, Indonesia ke depan tidak hanya bergantung pada impor minyak dan LPG dari AS. Selain itu, salah satu produk yang dibutuhkan dalam negeri seperti peralatan perang dengan teknologi canggih dari AS. J

adi, Indonesia memang mendapatkan barang yang dibutuhkan dengan tetap memaksimalkan biaya transportasinya. "Sehingga mungkin lebih baik kita impor peralatan perang gitu misalnya ya. Yang memang Amerika sangat canggih teknologinya sehingga itu kita butuhkan," tambahnya.

Di lain sisi, Gubernur Indonesia untuk OPEC (2015-2016) Widhyawan Prawiraatmadja mengingatkan, bahwa biaya yang akan dikeluarkan akan lebih besar dibandingkan jika melakukan impor dari negara-negara timur tengah.

Jarak antara Indonesia dengan AS terhitung jauh atau bisa mencapai 20 hari bila dibandingkan dengan jarak antara Indonesia dengan negara-negara timur tengah hanya memakan waktu hingga 10 hari.

"Jauh itu berarti kalau bawa dari sana ke sini tuh takes time. Jadi dua kali lebih panjang," ujarnya dalam kesempatan yang sama.

Dia menyebutkan jarak yang jauh tersebut nantinya juga akan menambah biaya yang harus dikeluarkan untuk transportasi.

"Artinya kan selain transportation cost-nya lebih tinggi, itu juga ada biaya persediaan yang kita harus sediakan. Karena yang tadinya cukup 10 hari, persediaannya ini harus 20 hari, karena waktunya agak lama," tutupnya Widhyawan.


(pgr/pgr)

Saksikan video di bawah ini:

Video: RI Tambah Impor LPG-Minyak AS, Bisa Batalkan Tarif Impor Trump?

Next Article Impor Minyak Tembus 1 Juta Barel/Hari, RI Tekor Rp 500 Triliun

Read Entire Article
Photo View |