China-AS Akhirnya Ketemu, Perang Dagang Bakal Berakhir?

4 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - China dan Amerika Serikat (AS) akan melakukan pertemuan besar pertama pada Sabtu (10/5), sejak memanasnya kembali perang dagang baru-baru ini.

Pertemuan akan dihadiri Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan kepala negosiator perdagangan Jamieson Greer, akan bertemu dengan Wakil Perdana Menteri China, He Lifeng, di Swiss

Ini merupakan upaya untuk menyelesaikan situasi yang disebut para analis sebagai kerugian bagi kedua belah pihak, meski belum ada kejelasan mengenai bentuk kesepakatan apa yang ingin dicapai masing-masing.

Namun, kedua negara saat ini terlihat jauh dari kata sepakat dibanding masa perang dagang pertama di periode awal kepresidenan Trump, bahkan dengan risiko perpecahan yang lebih besar. Para analis menilai bahwa hasil dari pertemuan ini tampaknya jauh dari harapan.

Tarif dua arah yang melebihi 100% bukan satu-satunya sumber ketegangan dalam perundingan akhir pekan ini. Isu non-perdagangan seperti fentanyl, pembatasan teknologi, hingga geopolitik seperti perang di Ukraina, diperkirakan akan semakin menyulitkan upaya resolusi konflik perdagangan yang telah mengguncang ekonomi global.

Bahkan, untuk menunjukkan seberapa besar isu non-tarif memengaruhi perundingan, China dikabarkan mengirim seorang pejabat tinggi keamanan publik dalam delegasinya.

"Mereka tidak akan menyelesaikan apapun akhir pekan ini, selain mencoba menentukan apakah ada proses lanjutan dan apa saja agenda pembahasannya," kata Scott Kennedy, pakar urusan bisnis China dari Center for Strategic and International Studies, Washington, dikutip dari Reuters, Sabtu (10/5/2025).

Tarif Bisa Turun

Skenario terbaik menurut pasar keuangan saat ini adalah tercapainya kesepakatan untuk menurunkan tarif dari level lebih dari 100%, yang secara efektif dianggap sebagai embargo dagang, ke level yang masih tinggi namun memungkinkan perdagangan tetap berjalan dua arah.

Trump, yang baru saja mengumumkan rincian kesepakatan dagang baru dengan Inggris, memberi sinyal bahwa tarif hukuman AS terhadap China yang saat ini berada di level 145% kemungkinan akan diturunkan.

Pada Jumat, Trump untuk pertama kalinya menyebut angka alternatif di platform media sosialnya, 80%, yang menurutnya "terasa pas."

Namun angka itu masih 20 poin lebih tinggi dari janji kampanyenya tahun lalu, dan belum jelas bagaimana delegasi China akan merespons jika angka tersebut diajukan secara resmi dalam pembicaraan.

"Saya perkirakan Beijing akan bersikeras mendapatkan pembebasan tarif 90 hari seperti yang diberikan kepada negara-negara lain untuk menciptakan suasana negosiasi yang kondusif," kata Ryan Hass, Direktur China Center di Brookings Institution, sembari menambahkan bahwa keputusan besar tampaknya tidak akan terjadi.

"Karena keputusan AS untuk menaikkan tarif dibuat secara sepihak, keputusan untuk menurunkannya juga bisa dilakukan secara sepihak."


(fab/fab)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Pesan Trump ke Putin & Zelenskyy: Selesaikan Perang "Bodoh" Ini

Read Entire Article
Photo View |