Mesin Uang Jepang Terungkap, Jajan Poster Idola Selamatkan Ekonomi

4 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah lesunya daya beli masyarakat akibat inflasi, Jepang menemukan celah pemulihan ekonomi dari aktivitas yang tak terduga, yaitu jajan idola. Fenomena ini dikenal sebagai oshikatsu, istilah yang merujuk pada aktivitas mendukung idola, baik itu artis, karakter anime, hingga grup music secara emosional dan, yang paling signifikan, secara finansial.

Senior Lecturer in Anthropology, SOAS, University of London, Fabio Gygi menangkap fenomena ini dalam tulisannya yang dimuat The Conversation. Ia mencontohkan, di stasiun Shinjuku Tokyo tak jarang terlihat poster besar berisi ucapan ulang tahun untuk anggota boyband populer. Tapi bukan perusahaan yang memasang iklan itu melainkan fans. Mereka merogoh kocek untuk membayar biro iklan khusus demi merayakan idola mereka.

Oshikatsu lama kelamaan menjelma menjadi pilar ekonomi tersendiri. Berdasarkan survei terbaru dari CDG dan agensi Oshicoco, rata-rata penggemar di Jepang menghabiskan sekitar 250.000 yen (sekitar Rp27 juta) per tahun untuk mendukung idolanya. Total kontribusi oshikatsu diperkirakan mencapai 3,5 triliun yen per tahun atau sekitar 2,1% dari total penjualan ritel nasional Jepang.

Tak hanya kalangan muda, fenomena ini juga menjangkau generasi lebih tua.

Survei 2024 dari Harumeku menunjukkan, 46% perempuan Jepang usia 50-an punya idola yang mereka dukung secara finansial. Setelah anak-anak mereka dewasa, para ibu ini justru punya waktu dan uang lebih untuk berbelanja demi sang oshi.

Fenomena oshikatsu juga mencerminkan pergeseran sosial. Di dalam rumah tangga Jepang tradisional, suami biasanya pencari nafkah.

Namun dalam dunia oshikatsu, justru perempuan yang banyak mengeluarkan uang untuk mendukung idola laki-laki muda. Beberapa bahkan mengambil pekerjaan tambahan demi bisa membeli tiket konser, merchandise, hingga pasang iklan ulang tahun di stasiun kereta.

Lebih dari Sekadar Konsumsi

Lebih dari sisi ekonomi, oshikatsu juga menjawab kebutuhan emosional masyarakat Jepang yang makin merasa kesepian dan enggan menjalin hubungan konvensional. Banyak anak muda, terutama yang bekerja paruh waktu atau di sektor informal, merasa membangun keluarga terlalu merepotkan. Mereka memilih membangun koneksi lewat mendukung idola.

Tak heran jika layanan-layanan baru bermunculan, dari menyewa teman hingga membeli "romansa" dalam bentuk fan service.

Di tengah tantangan demografi dan stagnasi sosial, oshikatsu menjadi simbol pergeseran, yakini koneksi emosional kini bisa dikonsumsi.

Sementara itu, pemerintah Jepang dan pelaku industri berharap oshikatsu bisa mendorong konsumsi rumah tangga dan memulihkan ekonomi. Namun para peneliti mengingatkan, terlalu banyak intervensi atau komersialisasi bisa menggerus daya tarik komunitas fans, terutama di kalangan muda.

Meski begitu, tak bisa dipungkiri poster ulang tahun idola yang ramai di stasiun-stasiun Jepang bukan sekadar ekspresi cinta fans.

Namun itu juga bagian dari mesin uang yang kini membantu menggerakkan roda ekonomi Negeri Sakura. Inilah wajah baru konsumsi di Jepang, saat cinta terhadap idola jadi investasi nyata bagi perekonomian nasional.


(dce)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Indonesia & Jepang Bangun PLTP Muara Laboh di Solok, Sumbar

Next Article Fenomena Baru di Jerman, Ramai-Ramai Pekerja Izin Cuti Sakit

Read Entire Article
Photo View |