Utang AS Mau Meledak, Defisit Tembus Rp 5.000 Triliun

1 day ago 5

Jakarta, CNBC Indonesia - Krisis fiskal Amerika Serikat semakin dalam (AS). Pemerintah federal mencatat defisit sebesar US$316 miliar (Rp5.121 triliun) hanya dalam satu bulan pada Mei 2025.

Hal ini membuat total defisit tahun fiskal berjalan mencapai US$1,36 triliun (Rp22.042 triliun). Angka itu naik 14% dibanding periode yang sama tahun lalu.


Laporan Departemen Keuangan yang dirilis Rabu menunjukkan bahwa ledakan pengeluaran dan biaya bunga utang menjadi penyebab utama defisit membengkak. Bunga utang saja menelan US$92 miliar (Rp1.491 triliun), menjadikannya beban terbesar ketiga setelah program Medicare dan Jaminan Sosial.

"Pembayaran bunga sekarang hampir menyaingi program-program sosial besar. Ini bukan hanya masalah fiskal, ini bom waktu ekonomi," kata analis fiskal senior, Janet Helms, seperti dikutip CNBC International, Kamis (12/6/2025).

Total utang nasional kini menyentuh US$36,2 triliun, dengan beban bunga tahunan diproyeksi menembus US$1,2 triliun. Dalam delapan bulan pertama tahun fiskal ini saja, bunga utang telah menguras US$776 miliar dari anggaran negara.

Secara ironis, pendapatan negara sebenarnya naik. Penerimaan pajak tumbuh 15% pada Mei, dan naik 6% secara tahunan. Bahkan penerimaan dari tarif impor melonjak 59% menjadi US$86 miliar sejak awal tahun.

Namun, lonjakan pendapatan tak mampu mengejar laju pengeluaran, yang naik 8% dari tahun sebelumnya. Tambahan bea masuk dari tarif "hari pembebasan" yang diumumkan Presiden Donald Trump pada 2 April juga belum cukup mengimbangi tekanan fiskal.

"Masalahnya bukan pendapatan, tapi gaya belanja pemerintah yang tidak terkendali," ujar pendiri Bridgewater Associates, Ray Dalio, yang telah lama memperingatkan tentang risiko ledakan utang AS.

Kekhawatiran tentang utang pemerintah juga semakin menjadi topik utama di Wall Street. Jamie Dimon (JPMorgan), Larry Fink (BlackRock), dan Ray Dalio semuanya memperingatkan bahwa defisit yang terus membengkak bisa memicu krisis keuangan.

"Jika defisit sudah menyentuh lebih dari 6% dari PDB di masa damai, itu pertanda sistem sedang tidak sehat," tambah Dalio.

Imbal hasil obligasi 10 tahun pun tetap tinggi di kisaran 4,4%. Ini menjadi hambatan tambahan untuk pemotongan suku bunga oleh bank sentral, Federal Reserve (The Fed).


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Ray Dalio Warning Utang AS, Sebut Bisa Alami 'Serangan Jantung'

Read Entire Article
Photo View |