Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Indonesia dan Uni Eropa menargetkan kesepakatan perjanjian kerja sama ekonomi secara komprehensif atau Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU CEPA) selesai pada kuartal II atau kuartal III-2026.
Tahapan itu akan menjadi proses akhir kesepakatan perdagangan IEU CEPA yang pembahasannya sudah berlangsung selama 9 tahun, sejak putaran pertama perundingan berlangsung pada 2016.
Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Djatmiko Bris Witjaksono mengatakan, proses penyelesaian perjanjian perdagangan masih membutuhkan waktu lagi, karena masing-masing negara Eropa pada tahun ini harus menyelesaikan proses telaah hukum, hingga penyelesain prosedur kesepakatan per negara anggotanya terhadap dokumen kesepakatan hasil perundingan.
"EU ini karena 27 negara jadi mereka membutuhkan waktu yang jauh lebih lama daripada Indonesia," kata Djatmiko saat acara Diseminasi Hasil Perundingan IEU CEPA di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (13/6/2025).
"Jadi target ambisius Q1 tahun depan itu bisa selesai atau paling lama mungkin Q2. Nah kemudian nanti dari setelah selesai baru kita bisa menandatangani," tegasnya.
Setelah proses penandatangan IEU CEPA selesai pada kuartal II atau kuartal III tahun depan, Djatmiko mengatakan, proses retifikasi dari kesepakatan akan segera dimulai. Barulah pada kuartal IV-2026 sampai dengan kuartal I-2027 pemberlakuan seluruh kesepakatan bisa diimplementasikan dan dimanfaatkan masing-masing negara.
"Jadi skenario paling ambisius ini sudah akan jadi entry into force di akhir tahun depan. Itu sangat ambisius atau paling tidak di kuartal pertama 2027," ungkap Djatmiko.
Salah satu manfaat utama dari implementasi IEU CEPA yakni penghapusan tarif impor secara signifikan. Dalam 1-2 tahun setelah perjanjian berlaku, sebanyak 80% ekspor Indonesia ke Uni Eropa akan menikmati tarif 0%.
Komoditas unggulan seperti produk padat karya (alas kaki, tekstil, garmen), minyak sawit, perikanan, serta sektor energi terbarukan dan kendaraan listrik akan mendapat perlakuan preferensial yang lebih adil.
Uni Eropa sendiri merupakan mitra dagang terbesar kelima bagi Indonesia, dengan total nilai perdagangan yang mencapai USD30,1 miliar pada tahun 2024. Neraca perdagangan tetap mencatatkan surplus bagi Indonesia, meningkat signifikan dari US$ 2,5 miliar pada tahun 2023 menjadi US$4,5 miliar pada tahun 2024.
(arj/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Uni Eropa Ngebet Kerja Sama Pendidikan & Pertanian dengan RI, Kenapa?