Kembangkan Hilirisasi Terintegrasi, Harita Nikel Kucurkan Rp75 Triliun

15 hours ago 5

Halmahera Selatan, CNBC Indonesia - PT Trimegah Bangun Persada Tbk (Harita Nikel) sudah menggelontorkan dana investasi senilai Rp 75 triliun. Dana tersebut sejatinya untuk mendukung pembangunan dua teknologi fasilitas pengolahan dan pemurnian nikel (smelter), yakni Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) dan High Pressure Acid Leaching (HPAL).

Corporate Communications Superintendent Harita Nickel, Joseph Sinaga menyampaikan, total investasi yang sudah dikucurkan perusahaan hingga September 2024 lalu mencapai Rp 75 triliun. Dana investasi tersebut digunakan perusahaan untuk pengembangan pertambangan dan juga hilirisasi serta hal lainnya.

Sebagaimana diketahui, Harita Nikel merupakan perusahaan yang paling pertama merespons kebijakan pemerintah untuk mengembangkan hilirisasi di dalam negeri. Hal ini sebagai bentuk dukungan atas pelarangan eskpor bijih nikel ke luar negeri.

"Salah satu smelter feronikel pertama di Indonesia yang terbangun tahun 2016 adalah milik Harita yakni smelter Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF)," terang Josep di Area Tambang Harita Nikel, di Obi, Halmahera Selatan, Jumat (13/6/2025).

Sebagai gambaran, di tahun 2015, Harita Nikel mulai membangun smelter RKEF pertama, dengan 4 lini produksi. Kemudian berlanjut pada tahun 2016, di mana perusahaan melakukan produksi perdana feronikel sebagai produk hilir dari nikel saprolit, sebanyak 25.000 ton per tahun, diikuti oleh PT Halmahera Jaya Produks (HJF) pada tahun 2022, dengan 8 lini produksi 95.000 ton Ni per tahun.

Area Tambang, Smelter Feronikel dan HPAL Harita Nikel di Obi, Halmahera Selatan, Jumat (13/6/2025). (CNBC Indonesia/Pratama Guitarra)Foto: Area Tambang, Smelter Feronikel dan HPAL Harita Nikel di Obi, Halmahera Selatan, Jumat (13/6/2025). (CNBC Indonesia/Pratama Guitarra)
Area Tambang, Smelter Feronikel dan HPAL Harita Nikel di Obi, Halmahera Selatan, Jumat (13/6/2025). (CNBC Indonesia/Pratama Guitarra)

Smelter ketiga, adalah milik PT Karunia Permai Sentosa (KPS), dalam tahap pertama konstruksi, dengan 4 lini produksi 60.000 ton feronikel tahun dan kapasitas penuh 12 lini produksi 185.000 ton feronikel per tahun.

"Pertumbuhan signifikan volume penjualan FeNi disebabkan oleh HJF (kapasitas penuh pada Agustus 2023). Volume penjualan pada 2024 mencapai 126.344 ton feronikel, naik 25% YoY, di atas 5% dari total nameplate capacity," ungkap Joseph.

Tak berhenti di situ, di tahun 2019, Harita Nikel melanjutkan pembangunan smelter berteknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL). Lewat teknologi ini, perusahaan Harita mampu memproduksi 55 ribu ton nikel sulfat dan 6.750 ton kobalt per tahun melalui hasil Mixed Hydroxide Precipitate (MHP). Canggihnya, produk ini merupakan hasil dari pengolahan nikel limonit, yang merupakan bahan baku baterai kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV).

"Fasilitas HPAL menjadi bukti kesiapan Indonesia masuk rantai pasok kendaraan listrik dunia," ujar Joseph Sinaga.

Pada tahun 2024 perusahaan melakukan produksi perdana MHP produksi PT Obi Nickel Cobalt (ONC) sebagai proyek HPAL kedua, dengan 3 lini produksi 65.000 ton Ni per tahun.

Sebagai informasi, pada tahun 2010, perusahaan mulai melakukan kegiatan penambangan nikel di Pulau Obi melalui Izin Usaha Pertambangan oleh PT Trimegah Bangun Persada Tbk dan pada tahun 2020, Pulau Obi menjadi proyek stratyegis nasional sebagai Kawasan Industri Obi.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harita Fokus Efisiensi Operasi, Cetak Laba Rp1,66 T di Kuartal I-2025

Read Entire Article
Photo View |