Simak! Keputusan Lengkap BI Turunkan Suku Bunga Acuan Jadi 5,25%

10 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) memutuskan suku bunga acuan BI Rate turun pada Juli 2025 sebesar 25 basis points (bps) menjad 5,25%.

Penurunan suku bunga acuan ini terjadi setelah dua bulan terakhir Dewan Gubernur BI mempertahankan suku bunga acuan di level 5,50%.

Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, penurunan suku bunga acuan saat ini menjadi penting supaya pertumbuhan ekonomi dapat terus terdorong, sebab tekanan inflasi tengah rendah, dan stabilitas nilai tukar rupiah terjaga.

"Keputusan ini konsisten dengan makin rendahnya prakiraan inflasi tahun 2025 dan 2026 dalam sasaran 2,5±1%, terjaganya stabilitas nilai tukar Rupiah sesuai dengan fundamentalnya, serta perlunya untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi," ucap Perry saat mengumumkan hasil rapat dewan gubernur (RDG) BI secara daring, Rabu (16/7/2025).

Perry menjelaskan, pertumbuhan ekonomi domestik harus didorong karena dari sisi global masih penuh dengan ketidakpastian. Dipicu oleh perang tarif perdagangan yang terus dilakukan pemerintahan Presiden AS Donald Trump.

"Kebijakan kenaikan tarif resiprokal AS yang direncanakan berlaku mulai 1 Agustus 2025 diprakirakan akan memperlemah prospek pertumbuhan ekonomi dunia, khususnya di negara maju," tegas Perry.

Dengan penurunan suku bunga acuan, ia meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia pada semester II-2025 masih ada harapan untuk pulih, setelah kuartal I-2025 tertekan ke level 4,87%. Ia meyakini ekonomi hingga akhir tahun bisa tumbuh ke level 5,4%.

"Pertumbuhan ekonomi semester II-2025 diprakirakan membaik dan secara keseluruhan tahun 2025 diprakirakan berada dalam kisaran 4,6-5,4%," ucap Perry.

Perry memastikan BI pun ke depan masih terus mencari ruang untuk menurunkan suku bunga acuan, karena tekanan inflasi masih terus terkendali, dan rupiah tetap stabil dengan aliran modal asing yang masih deras masuk beriringan dengan cadangan devisa yang tebal.

Aliran masuk modal asing ke SBN pada awal triwulan III 2025 (hingga 14 Juli 2025) mencatat net inflows sebesar 0,9 miliar dolar AS, melanjutkan net inflows pada triwulan II 2025 sebesar 1,6 miliar dolar AS.

Posisi cadangan devisa pada akhir Juni 2025 tetap tinggi sebesar 152,6 miliar dolar AS, setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor atau 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Dengan berbagai catatan itu, ia pun memperkirakan ketahanan eksternal Indonesia yang tercermin dari neraca pembayaran Indonesia atau NPI akan mencatat defisit transaksi berjalan yang lebih rendah dalam kisaran defisit 0,5% sampai dengan 1,3% dari PDB.

"Dengan surplus transaksi modal dan finansial yang berlanjut, di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi," tegas Perry.

Dari sisi nilai tukar rupiah, ia menyebut pada Juni 2025 (hingga 30 Juni 2025) menguat sebesar 0,34% (ptp) dibandingkan dengan posisi akhir bulan sebelumnya. Perkembangan terkini hingga pertengahan Juli 2025 (hingga 15 Juli 2025) menunjukkan Rupiah tetap stabil di tengah meningkatnya ketidakpastian global.

"Secara umum, perkembangan Rupiah relatif stabil bila dibandingkan dengan kelompok mata uang negara berkembang mitra dagang utama Indonesia dan terhadap kelompok mata uang negara maju di luar dolar AS, sehingga tetap mendukung daya saing ekspor Indonesia," ucap Perry.

Adapun tekanan inflasi yang terkendali tercermin dari angka indeks harga konsumen atau IHK Juni 2025 1,87% (yoy) ditopang inflasi inti yang menurun, inflasi volatile food (VF) yang rendah, dan inflasi administered prices (AP) yang terkendali.

"Bank Indonesia meyakini makin rendahnya prakiraan inflasi tahun 2025 dan 2026 dalam sasaran 2,5±1%. Inflasi inti diprakirakan lebih rendah dari prakiraan seiring ekspektasi inflasi yang terjangkar dalam sasaran, kapasitas ekonomi yang memadai, imported inflation yang terkendali, dan dampak positif dari digitalisasi," tegasnya.

Guna mendukung stabilitas ekonomi dan pertumbuhan lebih cepat, ia juga memperkuat bauran kebijakan, selain menurunkan suku bunga acuan, berikut ini rinciannya:

1. Penguatan strategi stabilisasi nilai tukar Rupiah yang sesuai dengan fundamental melalui intervensi baik melalui transaksi spot dan Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF) di pasar domestik maupun transaksi Non-Deliverable Forward (NDF) di pasar luar negeri. Strategi ini disertai dengan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder untuk menjaga stabilitas pasar keuangan;

2. Penguatan strategi operasi moneter pro-market guna makin memperkuat efektivitas transmisi penurunan suku bunga, menjaga kecukupan likuiditas, mempercepat pendalaman pasar uang dan pasar valuta asing (valas), serta mendorong aliran masuk modal asing, dengan:

- memperkuat efektivitas transmisi penurunan suku bunga melalui penyesuaian struktur suku bunga instrumen moneter dan swap valas dengan tetap menjaga daya tarik aliran masuk portofolio asing ke aset keuangan domestik;

- menjaga kecukupan likuiditas di pasar uang dan perbankan melalui lelang Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder; dan

- memperkuat peran dealer utama untuk meningkatkan transaksi SRBI di pasar sekunder dan transaksi repurchase agreement (repo) antarpelaku pasar;

3. Penguatan publikasi asesmen transparansi Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) dengan pendalaman pada suku bunga kredit berdasarkan sektor prioritas yang menjadi cakupan Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM)-(Lampiran);

4. Perluasan akseptasi digital melalui: (i) peluncuran kerja sama QRIS Antarnegara dengan Jepang dan inisiasi sandbox QRIS Antarnegara dengan Tiongkok pada tanggal 17 Agustus 2025, serta (ii) penguatan edukasi dan sosialisasi QRIS Tanpa Pindai (TAP) kepada pengguna dan merchant; dan

5. Penguatan dan perluasan kerja sama internasional di area kebanksentralan, termasuk dengan memperkuat konektivitas sistem pembayaran dan transaksi menggunakan mata uang lokal, serta memfasilitasi penyelenggaraan promosi investasi dan perdagangan di sektor prioritas bekerja sama dengan instansi terkait.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article BI Rate Masih Berpotensi Dipangkas, Data Ini Jadi Penentunya!

Read Entire Article
Photo View |