Jakarta, CNBC Indonesia - Perang Rusia dan Ukraina yang terjadi selama bertahun-tahun menjadi tanda perkembangan teknologi perperangan. Misalnya perkembangan drone first-person-view (FPV) pada 2024 dan tahun ini kemunculan fiber optic drone.
Teknologi fiber optic drone pertama kali diperkenalkan oleh pasukan Rusia. Negara itu menggunakan Knyaz Vandal Novgorodsky yang merupakan proyek milik ilmuwan Alexsey Chadaev dan dikerahkan di Kursk Oblast pada Agustus 2024.
Seiring berjalannya waktu serangan kian meluas ke daerah-daerah lain. Termasuk pada April saat drone serat optik Rusia terbang ke kota Kostiantynivka.
Kemudian Ukraina mengadopsi teknologi yang sama melalui Brigade Azoc dari Garda Nasional.
Drone fiber optik adalah senjata dengan kawat. Mirip seperti rudal antitank TOW yang dikembangkan Amerika Serikat (AS) dan digunakan saat Perang Dingin.
Drone jenis ini mengalami perkembangan pesat dari drone FPV, yang kerap mendapatkan gangguan dari kawan, lawan maupun EW atau eletronic warfare. Penyebabnya ada banyak tim yang bekerja tanpa koordinasi untuk menjalankan sistem.
Laman KYIV Independent menuliskan drone fiber optic menghilangkan masalah tersebut. Saat terbang, pilot drone tidak perlu khawatir lagi terkait gangguan sinyal akibat jamming asalkan serat tidak rusak atau putus saat terbang.
Keunggulan lainnya, drone serap optik bisa terbang di wilayah yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya. Misalnya area gedung maupun hutan.
Namun, drone serat optik juga memiliki kekurangan. Misalnya dari berat dan ukurannya jauh lebih besar karena memiliki motor yang bertenaga dan baterai lebih besar.
Hal tersebut membuat drone sulit bermanuver. Belum lagi jadi sulit ditembak jatuh dengan senjata ringan.
Jejak serat juga lebih mudah terlihat. Pada akhirnya menemukan tempat asal drone terbang.
"Serat tersebut memantulkan cahaya matahari, memungkinkan menemukan tempat Anda terbang. Itu mengapa lebih baik sering berganti posisi," jelas komandan tim drone FPV Achilles Strike Drone Regiment Ukraina, Oleksandr 'Skhid'.
Tim Skhid mulai menerima drone serat optik jelang akhir musim dingin lalu. Namun drone tersebut tak selalu digunakan oleh timnya.
Mereka memilih menggunakan drone standar, baru menggunakan serat optik saat benar-benar dibutuhkan. Dia beralasan karena belum memahami betul soal drone baru itu.
(dem/dem)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Serangan Siber Makin Ngeri, Mastercard Perkuat Sistem Keamanan
Next Article Jam Kiamat 89 Detik Menuju Tengah Malam, Bumi di Ambang Kehancuran