Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM membeberkan bahwa program hilirisasi nikel terbukti telah memberikan dampak yang cukup luar biasa bagi pendapatan negara. Bahkan nilai ekspor komoditas nikel pada 2024 mencapai US$ 30 miliar atau Rp 486,56 triliun (asumsi kurs Rp 16.218 per US$).
Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/BKPM Todotua Pasaribu menjelaskan sebelum program hilirisasi dilakukan, pendapat negara yang diperoleh dari sektor nikel hanya sebesar US$ 3 miliar setara Rp 48,65 triliun.
Sementara, setelah program hilirisasi digencarkan, pada tahun 2024 pendapatan negara melonjak hingga 10 kali lipat. Artinya program hilirisasi yang digencarkan pemerintah telah berhasil mendorong nilai tambah dalam negeri dan memperkuat fondasi industri nasional.
"Kalau saya sedikit bergeser dulu sebelum kita menutup keran ekspor ore dalam industri nikel itu penerimaan negara itu angkanya cuma sekitar 3 miliar dolar. Tetapi dalam 2-3 tahun kita tutup keran ekspor ore di tahun 2024 kita sudah bisa mencatat penerimaan negara dalam sektor komoditas nikel itu naik 10 kali lipat 30 miliar dolar ini signifikan," kata dia dalam acara Pertamina Investor Day, Rabu (16/7/2025).
Lebih lanjut, Todotua mengungkapkan bahwa strategi hilirisasi tidak hanya terbatas pada sektor mineral, namun juga mencakup sektor lainnya. Misalnya seperti minyak dan gas, kehutanan, perkebunan, serta industri petrokimia.
Menurut dia, sektor minyak dan gas menjadi tulang punggung dalam pengembangan industri turunan seperti petrokimia, pupuk, dan biofuel, yang saat ini telah mencapai tahap implementasi seperti pada campuran B40.
"Most of the product dari petrochemical itu source materialnya itu dari apa namanya oil and gas kita berbicara trend petrochemical yang ada. Berbicara di industri fertilizer, pupuk bahan baku utamanya amonia, amonia dari gas dan turunan produk metanol dan lain-lain," ujarnya.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Nikel RI Meledak! Tembus US$ 16.126 per Ton di April 2025