RI-China Sepakat Perluas Kawasan Industri Kembar, Investasi Rp 36,4 T

3 hours ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah China dan Indonesia sepakat untuk memperluas proyek kawasan industri kembar atau Two Countries Twin Parks ( TCTP) pada 2026.

Kawasan kembar atau twin parks menjadi simbol terbentuknya ekosistem kolaboratif yang menggabungkan keunggulan komparatif Indonesia, mulai dari ketersediaan sumber daya termasuk potensi SDM, hingga kekuatan pasar domestik, dengan kapasitas China dalam penyediaan teknologi, pembiayaan, dan pengalaman di sektor manufaktur.

Hal ini diungkapkan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam acara "The City of Blessings" China-Indonesia Economic and Trade Exchange dan Matchmaking Conference Two Countries Twin Parks, dikutip Kamis (27/11/2025).

"Two Countries Twin Parks merupakan inisiatif strategis dua negara strategis, Indonesia dan China. Tujuannya adalah membangun dua kompleks industri di antara kota kembar, di antara kedua negara, agar sinergi kedua industri dan rantai nilai kedua negara dapat optimal," ujarnya.

Proyek TCTP antara Indonesia dan China sudah berjalan di kawasan industri di Batang. Selanjutnya, kedua negara menargetkan perluasan proyek TCTP ke berbagai wilayah lainnya, salah satunya Pulau Bintan sebagai salah satu potensi lokasi pengembangan berikutnya.

Terkait itu, Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Kota Fuzhou, China, kembali memperkuat hubungan ekonomi melalui penandatanganan 16 Memorandum of Understanding (MoU) kerja sama investasi dengan total nilai mencapai Rp 36,4 triliun.

Penandatanganan dilakukan oleh para pelaku usaha Indonesia dan Tiongkok, serta disaksikan oleh Menko Airlangga dalam acara dalam acara "The City of Blessings" China-Indonesia Economic and Trade Exchange dan Matchmaking Conference Two Countries Twin Parks yang digelar pada Rabu (26/11/2025).

Sebanyak 16 proyek kerja sama tersebut akan mulai diimplementasikan pada tahun 2026 dan mencakup sejumlah sektor prioritas nasional, yakni ekspor baja, nikel, dan komoditas industri, pengolahan pangan dan kelautan, hingga industri perikanan terpadu.

Adapula sektor prioritas terkait pengembangan energi matahari dan sistem penyimpanan energi, batubara dan rantai pasok bahan baku industri, riset dan kolaborasi kecerdasan buatan Indonesia-China, teknologi baru dan peralatan industri, serta pengembangan kawasan industri dan rantai pasok energi baru.

Nilai investasi Rp 36,4 triliun ini merepresentasikan 24,3% dari total komitmen investasi US$ 10 miliar atau setara Rp 166,34 triliun yang disampaikan Pemerintah Kota Fuzhou saat menerima kunjungan Kemenko Perekonomian pada Agustus 2025 lalu.

"Kita membutuhkan lebih banyak proyek di sektor industri baja, manufaktur, perikanan, tekstil, pertanian, seperti teh, furnitur, teknologi baru seperti drone, baterai EP, termasuk infrastruktur dan AI itu sendiri. Sektor seperti ini prospektif bagi Indonesia, dan Pemerintah Indonesia berharap dengan penandatanganan nota kesepahaman hari ini, kolaborasi antara Tiongkok dan Indonesia semakin erat," tutur Airlangga.

Seusai acara pada Rabu itu, Airlangga melanjutkan pertemuan bilateral dengan Executive Vice Governor of Fujian Provincial People's Government Guo Ningning. Sejumlah poin penting disampaikan oleh Menko Airlangga mulai dari apresiasi atas komitmen investasi yang telah disepakati, peluang pengembangan kawasan industri yang lebih berkualitas, urgensi investasi dalam menciptakan lapangan kerja yang sangat dibutuhkan, mendorong kegiatan terkait perikanan, peluang perluasan penerbangan untuk mendukung pariwisata, hingga kerja sama di bidang pendidikan.

Sebagai informasi tambahan, sektor investasi utama China di Indonesia pada 2024 terutama pada industri logam sebesar US$ 4 miliar atau setara Rp 66,53 triliun, dan industri farmasi sebesar US$ 1 miliar, setara Rp 16,63 triliun.

TCTP menjadi modal kerja sama kedua negara karena populasinya mewakili sekitar 1,7 miliar jiwa dan nilai ekonomi gabungan mencapai US$ 19,2 triliun. Tiongkok juga merupakan mitra dagang utama Indonesia, dengan nilai perdagangan bilateral yang mencapai sekitar US$ 135 miliar pada 2024.

(arj/mij)
[Gambas:Video CNBC]

Read Entire Article
Photo View |