Perlambatan Ekonomi China Makin Dalam, Ini 2 Tanda Barunya

3 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Perlambatan ekonomi China semakin dalam. Dua indikator utama tidak memenuhi ekspektasi.

Permintaan domestik yang lemah terus berlanjut. "Kampanye" pemerintah untuk melawan kelebihan kapasitas industri justru menghambat output.


Permintaan Domestik

Data dari Biro Statistik Nasional, penjualan ritel Agustus 2025, naik 3,4% dari tahun sebelumnya, Senin (15/9/2025). Tapi data ini meleset dari perkiraan analis untuk pertumbuhan 3,9% dalam jajak pendapat Reuters dan melambat dari pertumbuhan 3,7% pada bulan Juli.

Mengutip Trading Economics, laju pertumbuhan ini merupakan yang terlambat sejak November 2024. Perlambatan bulan ketiga berturut-turut.

Pertumbuhan penjualan melemah terutama untuk biji-bijian, minyak, dan makanan (5,8% vs 8,6% pada bulan Juli), peralatan rumah tangga (14,3% vs 28,7%), dan furnitur (18,6% vs 20,6%). Omzet juga turun lebih lanjut untuk minyak bumi dan produk terkait (-8,0% vs -8,3%) serta bahan bangunan dan dekorasi (-0,7% vs -0,5%).

Sebaliknya, permintaan menguat untuk pakaian, sepatu, topi, dan tekstil (3,1% vs 1,8%), serta perlengkapan budaya dan kantor (14,2% vs 13,8%). Penjualan mobil juga rebound, naik 0,8% setelah penurunan 1,5% pada bulan Juli.

"Selama delapan bulan pertama tahun ini, perdagangan ritel meningkat sebesar 4,6% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2024," tulis data.


Output Industri

Output industri juga melambat menjadi 5,2% pada bulan Agustus, dibandingkan dengan lonjakan 5,7% pada bulan Juli. Menurut data LSEG, ini menandai level terlemahnya sejak Agustus 2024.

Para ekonom memperkirakan data tersebut tidak akan berubah dari bulan sebelumnya. Pertumbuhan yang lebih lambat didorong aktivitas manufaktur (5,7% vs 6,2% pada Juli) dan produksi listrik, panas, gas, dan air (2,4% vs 3,3%), di tengah permintaan domestik yang lesu.

Sementara itu, output pertambangan terus meningkat secara stabil, meningkat sebesar 5,1% dibandingkan dengan 5,0% pada Juli. Di sektor manufaktur, 31 dari 41 industri utama mencatat pertumbuhan, termasuk otomotif (8,4%), komputer dan komunikasi (9,9%), kereta api dan pembuatan kapal (12,0%), peleburan dan penggulungan logam besi (7,3%), peleburan dan penggulungan logam non-besi (9,1%), produk kimia (7,6%), penambangan dan pencucian batu bara (5,1%), minyak dan gas (4,7%), manufaktur makanan (4,7%), dan produksi panas (2,5%).

Selama delapan bulan pertama tahun ini, produksi industri tumbuh sebesar 6,2%. Secara bulanan, output industri meningkat sebesar 0,37%.

"Kita perlu menyadari bahwa terdapat banyak faktor yang tidak stabil dan tidak pasti di lingkungan eksternal, dan pembangunan ekonomi nasional masih dihadapkan pada berbagai risiko dan tantangan," demikian pernyataan biro statistik China dalam rilis berbahasa Inggris.

"Kita harus sepenuhnya menerapkan kebijakan makro, fokus menjaga kestabilan lapangan kerja, bisnis, pasar...ekspektasi, memperdalam reformasi dan keterbukaan serta inovasi, sehingga dapat mendorong pembangunan ekonomi yang stabil dan sehat."


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Tuntutan Kerja Makin Berat, Muncul Fenomena "Orang Tikus" di China

Read Entire Article
Photo View |