Penjualan Mobil Lesu, Menperin Ingatkan Ancaman Baru Muncul

7 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Penurunan penjualan kendaraan di Indonesia memicu efek domino pada geliat rantai pasoknya yang nilainya mencapai Rp10 triliun. Nilai tersebut mencakup nilai ekonomi di hulu hingga hilir, sebagian besar dari hulu yakni karet, logam dan perangkat elektronik sebesar Rp5,4 triliun. Sementara sisanya, atau sekitar Rp4,6 triliun bersumber dari sektor hilir seperti logistik, perdagangan dan servis.

Seperti diketahui, sepanjang 2024, penjualan mobil dari pabrikan ke diler (wholesales) hanya 865.723 unit. Angka ini jauh lebih kecil dibanding tahun 2023 yang tembus 1.005.802 unit. Artinya ada penurunan sebesar 140.079 unit atau 13,9%

"Tahun lalu ada penurunan penjualan kendaraan bermotor di Indonesia. Hal ini berdampak langsung terhadap backward maupun forward linkage dalam industri otomotif. Ini berdampak terhadap nilai ekonomi sebesar Rp10 triliun," kata Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Selasa (6/5/2025).

Sebagai catatan, penjualan mobil nasional dari pabrikan ke diler (wholesales) bulan Maret 2025 tercatat mencapai 70.892 unit. Angka ini turun 1,99% atau 1.444 unit dibandingkan Februari 2025. Sedangkan penjualan ritel sebanyak 76.582 unit, turun 6,8% dari Maret 2024 berjumlah 82.170.

"Jadi Februari kemarin itu sekitar 70 ribu, sedangkan yang tahun 2024 kira-kira 69,8 ribu. Kita tadinya berharap yang bulan Maret juga akan sama dengan tahun lalu yaitu menyentuh angka 82 ribu unit, tetapi ternyata hanya mencapai 76,6 ribu," kata Marketing Director PT Astra Daihatsu Motor Sri Agung Handayani, dikutip Senin (21/4/2025)

Ada beberapa faktor yang membuat penjualan agak seret, terutama di industri otomotif ada pengaruh dari makro ekonomi yang diharapkan naik signifikan tetapi ternyata belum. 

Muncul Tantangan Baru

Kebijakan sejumlah merek yang memproduksi kendaraan di dalam negeri menjadi keuntungan bagi industri otomotif nasional. Selain menyerap tenaga kerja, aktivitas pabrikan juga mengindikasikan pabrikan RI bisa bertahan di situasi krisis global.

Hanya saja, Agus menambahkan, saat ini muncul tantangan baru di industri otomotif. Dia pun mewanti-wanti dampaknya terhadap ekspor dan kinerja industri otomotif di Tanah Air.

"Dinamika global yang harus kita cermati yaitu termasuk untuk sektor otomotif. Dan ini tantangan baru, yaitu proteksionisme global," sebut Agus.

Langkah sejumlah negara yang melakukan proteksionisme terhadap barang impor bisa berpengaruh terhadap produksi kendaraan RI, termasuk kendaraan listrik.

"Tentunya dapat memengaruhi ekspor kendaraan atau ekspor produk-produk otomotif kita, termasuk kendaraan listrik dan NEV (New Energy Vehicle)," pungkasnya.


(dce)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Sempat Naik, Penjualan Mobil Maret 2025 Berbalik Turun 1,99%

Next Article Raksasa Otomotif di Ujung Tanduk, Megap-Megap Hindari Denda Besar

Read Entire Article
Photo View |