Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara kembali jatuh setelah China melaporkan lonjakan produksi.
Merujuk Refintiv, harga batu bara pada perdagangan Selasa (15/7/2025) ditutup di posisi US$ 112 per ton. Harganya ambruk 1,7%. Pelemahan ini memperpanjang tren negatif batu bara yang kini turun 2,7% dalam dua hari beruntun.
Melemahnya harga batu bara dipicu oleh lonjakan produksi batu bara China. Produksi batu bara Tiongkok dalam enam bulan pertama tahun ini naik 5% secara tahunan.
Kenaikan produksi seiring dengan fokus otoritas untuk memastikan pasokan bahan bakar yang cukup, sementara para pembeli beralih ke batu bara domestik yang lebih murah dibandingkan impor.
Produksi pada paruh pertama tahun 2025 mencapai 2,4 miliar ton, sementara output pada bulan Juni saja naik 3% secara tahunan menjadi 421 juta ton.
Peningkatan produksi ini telah menyebabkan kelebihan pasokan, karena China berusaha menggantikan kebutuhan impor dengan hasil produksi dalam negeri.
"Saat ini faktor utama yang membentuk sentimen harga adalah produksi domestic. Pasar sedang mencermati dengan ketat apakah daerah-daerah pertambangan akan mengurangi output guna meredakan kelebihan pasokan yang terjadi saat ini," kata para analis dari Kpler dikutip dari CNBC Indonesia.
Harga batu bara domestik, yang sebelumnya terpuruk di titik terendah dalam empat tahun sejak Februari, mulai naik secara perlahan pada awal Juni, seiring dengan datangnya cuaca panas yang meningkatkan penggunaan pendingin udara.
Harga batu bara kualitas menengah dengan kalori 5.500 kilokalori per kilogram naik dari 618 yuan (sekitar US$86) per ton pada 9 Juni menjadi 630 yuan pada 14 Juli, menurut indeks pemerintah.
Analis LSEG memperkirakan produksi batu bara China diperkirakan masih akan mengalami penurunan "moderat" tahun ini.
Namun, perkiraan dari berbagai pihak berbeda cukup jauh.
Asosiasi industri China Coal Transportation and Distribution Association memperkirakan produksi batu bara akan naik 70 juta hingga 80 juta ton tahun ini, berkat pengurangan impor.
Perusahaan tambang batu bara besar yang berbasis di Beijing, China Coal Energy Company Limited telah merilis data utama terkait produksi dan operasionalnya untuk Juni 2025.
- Produksi batu bara komersial pada Juni tercatat sebesar 11,04 juta ton, mengalami penurunan 4,9% dibandingkan tahun sebelumnya.
- Total produksi sepanjang tahun 2025 hingga Juni mencapai 67,34 juta ton, naik 1,3% dibandingkan periode yang sama tahun 2024.
- Volume penjualan batu bara komersial pada Juni turun 11,2% menjadi 21,65 juta ton.
- Penjualan kumulatif sepanjang tahun mencapai 128,68 juta ton, mengalami penurunan 3,6% dibandingkan tahun lalu.
- Volume penjualan batu bara komersial hasil produksi sendiri turun 1,3% pada Juni menjadi 11,53 juta ton,
- Namun, penjualan kumulatif untuk jenis ini naik 1,4% menjadi 67,11 juta ton sepanjang tahun.
Perusahaan juga memberikan peringatan bahwa data ini tidak dapat dijadikan acuan untuk kinerja masa depan, dan bahwa berbagai faktor seperti penyesuaian kebijakan makroekonomi dan kondisi pasar dapat mempengaruhi hasil ke depan. Para investor dianjurkan untuk menafsirkan data ini dengan hati-hati, mengingat potensi risiko investasi.
China Makin Sensitif Harga, Kecuali Batu bara
Analis Reuters, Clyde Russell menjelaskan impor komoditas utama China, terutama minyak, menunjukkan hasil yang beragam pada paruh pertama tahun ini. Tren yang jelas itu adalah bahwa negara dengan permintaan sumber daya alam terbesar di dunia kini semakin sensitif terhadap harga.
Satu-satunya komoditas utama yang tidak menunjukkan kepekaan terhadap harga adalah batu bara. Impor batu bara China turun 11,1% menjadi 221,7 juta ton pada paruh pertama.
Harga batu bara dari Indonesia dan Australia (pemasok utama) juga turun ke titik terendah dalam empat tahun.
Untuk komoditas-komoditas utama di mana China tidak mendominasi rantai pasok atau pasar global, sensitivitas terhadap harga kini menjadi faktor utama. China menyesuaikan volume impornya secara cepat sesuai fluktuasi harga global menunjukkan bahwa pertimbangan biaya kini lebih diutamakan dibanding volume semata.
CNBC INDONESIA RESERACH
[email protected]
(mae/mae)