OECD Beri Warning Baru ke Ekonomi Dunia

2 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) menyatakan pertumbuhan ekonomi global saat ini bertahan lebih baik dari yang diperkirakan. Hal ini terjadi karena lonjakan investasi di bidang Kecerdasan Buatan (AI) membantu meredam sebagian dampak negatif dari kenaikan tarif yang diberlakukan Amerika Serikat (AS).

Namun, dalam Prospek Ekonomi terbarunya yang dirilis pada hari Selasa (2/12/2025), organisasi yang berbasis di Paris ini memperkirakan pertumbuhan global akan melambat secara moderat dari 3,2% pada tahun 2025 menjadi 2,9% pada tahun 2026, menjaga perkiraan mereka tetap sama dari estimasi terakhir pada September lalu. OECD memproyeksikan rebound pertumbuhan akan terjadi pada tahun 2027 menjadi 3,1%.

Meskipun demikian, OECD memperingatkan bahwa pertumbuhan global sangat rentan terhadap kemungkinan pecahnya ketegangan perdagangan baru. Selain itu, optimisme investor terhadap AI dapat memicu koreksi pasar saham jika ekspektasi yang tinggi tersebut tidak terpenuhi.

Kepala OECD, Mathias Cormann, menyatakan bahwa kejutan perdagangan yang dipicu oleh kenaikan tarif Presiden AS Donald Trump sejauh ini terbukti relatif ringan. Namun ia menambahkan bahwa biaya yang ditimbulkan kemungkinan akan meningkat.

"Efek penuh dari tarif yang lebih tinggi tersebut sejak awal tahun akan menjadi lebih jelas seiring dengan habisnya persediaan yang telah mereka bangun oleh perusahaan," kata Cormann, dikutip Rabu (3/12/2025).

Proyeksi untuk AS sendiri menunjukkan pertumbuhan ekonomi sebesar 2,0% pada tahun 2025, direvisi naik dari 1,8% pada September, sebelum melambat menjadi 1,7% pada tahun 2026, yang juga direvisi naik dari 1,5%. Menurut OECD, investasi AI, dukungan fiskal, dan ekspektasi penurunan suku bunga Federal Reserve (The Fed) AS membantu mengimbangi hambatan dari tarif barang impor, berkurangnya imigrasi, dan pemotongan pekerjaan federal.

"Namun, kebijakan fiskal AS berada pada lintasan yang tidak berkelanjutan, dengan defisit anggaran besar dan utang yang meningkat, yang memerlukan penyesuaian signifikan di tahun-tahun mendatang," tambah laporan itu.

Sementara itu, pertumbuhan China diperkirakan stabil di 5,0% pada tahun 2025, naik dari 4,9% sebelum melambat menjadi 4,4% pada tahun 2026. Ini karena dukungan fiskal meredup dan tarif baru AS atas barang impor dari China mulai berdampak.

Pertumbuhan Zona Euro untuk 2025 direvisi naik menjadi 1,3% dari 1,2%, didukung oleh pasar tenaga kerja yang tangguh dan peningkatan belanja publik di Jerman. Ekonomi Jepang diproyeksikan tumbuh 1,3% pada tahun 2025, naik dari 1,1%, didukung oleh laba perusahaan dan investasi yang kuat.

Secara keseluruhan, pertumbuhan perdagangan global diperkirakan akan melambat dari 4,2% pada tahun 2025 menjadi 2,3% pada tahun 2026. Hal tersebut seiring dengan dampak penuh tarif yang membebani investasi dan konsumsi.

Inflasi diproyeksikan secara bertahap kembali ke target bank sentral pada pertengahan 2027 di sebagian besar ekonomi utama. The Fed AS diperkirakan akan sedikit memangkas suku bunga pada akhir 2026, kecuali ada kejutan inflasi yang disebabkan oleh tarif.

(tps/șef)
[Gambas:Video CNBC]

Read Entire Article
Photo View |