Negeri Muslim Ini Pernah Kalahkan Rusia, Begini Nasibnya Kini

1 day ago 6

Jakarta, CNBC Indonesia - Rusia dikenal sebagai negara dengan kekuatan militer yang disegani. Namun, sejarah mencatat Negeri Beruang Merah ini pernah mengalami kekalahan pahit dalam konflik bersenjata dengan sebuah negara Muslim kecil bernama Chechnya.

Peristiwa itu terjadi dalam Perang Chechnya Pertama pada 1994-1996, ketika pasukan Rusia harus mundur dari wilayah Kaukasus setelah menghadapi perlawanan sengit dari kelompok separatis Chechnya yang dipimpin Dzhokhar Dudayev, mantan jenderal Uni Soviet.



Awal Mula Konflik

Konflik bermula pada 1991 saat Dudayev memproklamasikan kemerdekaan Chechnya dari Rusia. Ia berhasil merebut kekuasaan dan mengusir pengaruh Kremlin dari Grozny, ibu kota Chechnya.

Presiden Rusia saat itu, Boris Yeltsin, sempat mengirim pasukan untuk merebut Grozny pada akhir 1991, namun gagal. Dalam beberapa tahun setelahnya, Chechnya dilanda ketegangan internal dan kekerasan etnis, hingga akhirnya pada 1994, Moskow memutuskan untuk melancarkan invasi penuh.

"Mereka membunuh ketua Partai Komunis Uni Soviet di Grozny melalui defenestrasi, menganiaya beberapa anggota partai lainnya, dan secara efektif membubarkan pemerintahan Republik Otonomi Chechnya-Ingush di Uni Soviet," tulis New World Encyclopedia, dikutip Rabu (18/4/2025).

Namun, meski unggul dalam persenjataan, pasukan Rusia justru kewalahan menghadapi perang gerilya Chechnya. Pertempuran Grozny menjadi titik balik ketika militer Rusia dipaksa mundur, mendorong Yeltsin untuk menandatangani gencatan senjata pada 1996.


Korban dan Kerusakan

Perang pertama ini menewaskan antara 50.000 hingga 100.000 warga sipil, dengan lebih dari 200.000 orang terluka, dan setengah juta lebih mengungsi. Infrastruktur Chechnya luluh lantak akibat konflik.

Tiga tahun setelah gencatan senjata, Rusia kembali menyerbu Chechnya pada 1999. Saat itu, Perdana Menteri Vladimir Putin memimpin operasi militer setelah terjadi serangkaian pengeboman di Moskow yang dikaitkan dengan militan Chechnya.

Putin mengambil pendekatan yang jauh lebih keras. Ia terkenal dengan pernyataan tegasnya:

"Kami akan kejar mereka bahkan sampai ke toilet," ujar Putin dikutip dari History.com.

Rusia kembali melancarkan serangan udara besar-besaran. Pada Februari 2000, mereka berhasil menguasai kembali Grozny, dan menunjuk Akhmad Kadyrov, mantan separatis yang berbalik mendukung Kremlin, sebagai kepala pemerintahan Chechnya. Setelah Kadyrov terbunuh pada 2004, posisi ini dilanjutkan oleh putranya, Ramzan Kadyrov, yang kini menjadi pemimpin pro-Rusia di wilayah tersebut.

Akhir Konflik dan Dampaknya

Operasi militer Rusia secara resmi berakhir pada April 2009. Perang Chechnya Kedua ini juga memakan korban jiwa besar, diperkirakan antara 50.000 hingga 80.000 orang, sebagian besar warga sipil.

Kini, Chechnya menjadi salah satu wilayah federasi Rusia yang paling dikendalikan langsung oleh Moskow, dengan Ramzan Kadyrov sebagai tokoh kunci loyal terhadap Kremlin.


(sef/sef)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Bedah Hukum Bitcoin Dalam Islam, Halal Atau Haram?

Read Entire Article
Photo View |