Deretan Orang Terkaya Dunia Dekati Pangeran Arab, Incar Proyek Ini

3 hours ago 5

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah perusahaan pengembang kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) Amerika Serikat tengah menjalin penguatan hubungan bisnis dengan perusahaan AI milik kerajaan Arab Saudi.

Kerja sama bisnis itu mencuat setelah Arab Saudi berupaya mengukir namanya di industri AI seiring kunjungan perdana pemimpin de facto-nya, Putra Mahkota Mohammed bin Salman, ke Amerika Serikat dan bertemu Presiden AS Donald Trump.

Dilansir CNN Internasional, Minggu (23/11/2025), upaya Arab Saudi untuk mengalihkan kekuatan ekonominya dari minyak ke bidang teknologi digital ini menjawab tiga masalah mendesak untuk ekspansi AI perusahaan-perusahaan AS, yakni pendanaan, ruang angkasa, dan energi murah.

Humain, perusahaan AI yang didukung oleh dana kekayaan negara Arab Saudi, bahkan telah mengumumkan serangkaian kemitraan dengan perusahaan teknologi Amerika terkemuka, termasuk xAI, Cisco, AMD, dan Qualcomm, selama forum investasi AS-Saudi di Washington pada Rabu (19/11/2025).

Elon Musk, sebagai pemilik perusahaan xAI, dalam forum investasi AS-Saudi juga telah mengumumkan kerja sama pengembangan proyek pusat data raksasa bersama Humain di Arab Saudi.

Pusat data berkapasitas 500 megawatt yang direncanakan ini akan menjadi pusat data berskala besar pertama xAI di luar Amerika Serikat, dan kemitraan ini akan mencakup penyebaran chatbot Grok milik xAI di seluruh Arab Saudi.

"Ini adalah masa depan kecerdasan rekayasa melalui komputasi masif dan efisien yang dipadukan dengan model AI tercanggih," ujar Musk dalam sebuah pernyataan yang dilansir CNN Business.

Pusat data tersebut akan ditenagai oleh chip dari Nvidia, yang pendirinya, Jensen Huang, hadir bersama Musk dan Menteri Komunikasi dan Teknologi Informasi Arab Saudi Abdullah Alswaha dalam panel hari Rabu. Namun, belum ada detail lebih lanjut mengenai kemitraan ini.

"Beginilah cara kami mewujudkan janji di Kerajaan Arab Saudi dalam kemitraan dengan AS," ujar Alswaha. "Kemarin, Presiden dan Yang Mulia mengumumkan kerangka kerja strategis dan kemitraan AI. Hari ini kami akan melangkah lebih jauh dengan Elon dan Jensen, jadi terima kasih atas kesempatan-kesempatan ini."

Di acara tersebut, Alswaha juga mengumumkan pusat data 100 megawatt untuk Amazon Web Services "dengan ambisi gigawatt" yang juga akan didukung oleh infrastruktur Nvidia. AWS menyatakan mereka berencana "menyediakan, menerapkan, dan mengelola hingga 150.000 akselerator AI" di Riyadh, ibu kota Arab Saudi.

Seiring dengan ekspansi perusahaan AI, pusat data AS yang besar membutuhkan ruang dan sumber energi yang besar. Banyak pusat data sedang dibangun di Amerika Serikat, termasuk Colossus milik xAI di Memphis.

Kebutuhan terhadap ruang baru dan energi yang besar itu memunculkan kekhawatiran bahwa Tiongkok akan mengalahkan Amerika Serikat dalam hal produksi energi untuk menggerakkan sistem AI.

Tapi, dengan masuknya Arab Saudi dalam bisnis AI, kekhawatiran itu luluh, karena kerajaan dapat membantu akses yang lebih mudah ke ruang baru dan energi yang dibutuhkan untuk menggerakkan usaha-usaha besar ini.

Investasi dari Arab Saudi ini juga memainkan peran besar dalam memulihkan nama baik Pangeran bin Salman di Amerika Serikat, setelah dicap sebagai "pria/musuh masyarakat" oleh Presiden Joe Biden atas perannya dalam pembunuhan kolumnis Washington Post Jamal Khashoggi .

Dalam kunjungannya ke Oval Office pada Rabu, Pangeran bin Salman mengklaim negaranya akan berinvestasi US$ 1 triliun di Amerika Serikat, meningkat dari janji investasi US$ 600 miliar yang diumumkan sebelumnya pada Mei.

Pernyataan Salman itu bahkan mengejutkan Donald Trump dalam pertemuan di Oval Office, meskipun linimasa dari janji peningkatan investasi tersebut belum jelas.

"Anda bilang sekarang bahwa US$ 600 miliar itu akan menjadi US$ 1 triliun?" kata Trump kepada Pangeran bin Salman di Oval Office. "Bagus. Saya sangat suka itu," tegas Trump.

(arj/haa)
[Gambas:Video CNBC]

Read Entire Article
Photo View |