Jakarta, CNBC Indonesia - Siapa sangka, perusahaan e-commerce asal China Temu bisa meraup laba besar di Eropa meski hanya memiliki 8 karyawan di kawasan tersebut. Platform belanja murah itu mencatat laba sebelum pajak hampir US$120 juta atau sekitar Rp1,9 triliun sepanjang 2024.
Laporan keuangan menunjukkan, laba Temu melonjak 171% dalam 12 bulan hingga Desember 2024, dibandingkan US$44,1 juta pada tahun sebelumnya. Lonjakan ini terjadi berkat popularitas produk berharga miring Temu yang gencar dipromosikan di media sosial.
Pendapatan perusahaan juga meningkat tajam menjadi US$1,7 miliar dari US$758 juta pada tahun sebelumnya, berdasarkan laporan keuangan induk perusahaan Temu di Irlandia, Whaleco Technology.
Meski mencetak keuntungan besar, Temu hanya membayar pajak korporasi sebesar US$18 juta, termasuk pajak tambahan senilai hampir US$3 juta yang diberlakukan sejak Uni Eropa menerapkan tarif pajak minimum global bagi perusahaan besar.
Kini, Temu tercatat memiliki lebih dari 115 juta pelanggan di seluruh Uni Eropa, setara dengan lebih dari seperempat populasi kawasan tersebut.
Kesuksesan Temu terjadi di tengah rencana Uni Eropa menutup celah pajak yang memungkinkan paket senilai di bawah 150 euro, bebas dari bea masuk dan pemeriksaan perbatasan. Tahun lalu, ada 4,6 miliar paket bernilai rendah yang masuk ke Eropa, tiga kali lipat dari 2022, dengan 91% di antaranya berasal dari China, tempat Temu dan Shein memproduksi barangnya.
Pengawasan terhadap praktik ini mulai diperketat sejak Juli 2025, dan bea impor diperkirakan akan mulai diberlakukan pada 2028.
Langkah serupa juga diambil Amerika Serikat. Pemerintah AS menghapus aturan "de minimis" yang sebelumnya membebaskan barang senilai di bawah US$800 dari bea impor, demi membatasi laju ekspansi Temu dan Shein. Inggris kini tengah meninjau aturan sejenis.
CEO Fair Tax Foundation, Paul Monaghan, memperkirakan bahwa entitas Temu di Irlandia memfasilitasi penjualan senilai US$10 miliar di Uni Eropa, karena pendapatan yang dilaporkan hanya mencakup komisi dan biaya dari penjual independen di platform.
"Perlu ada pertanyaan serius mengapa Temu memiliki jejak ekonomi dan pajak yang sangat kecil di Eropa, padahal penjualannya sangat besar," ujar Monaghan, dikutip dari The Guardian, Selasa (14/10/2025).
Ia menilai struktur bisnis Temu melibatkan rantai perusahaan di sejumlah surga pajak, sehingga memberikan sedikit manfaat pajak bagi Eropa.
"Pemerintah Eropa perlu bergerak cepat melindungi basis pajak dan memastikan persaingan yang adil bagi pengecer lokal," tegasnya.
Menanggapi kritik tersebut, juru bicara Temu menegaskan bahwa operasi perusahaan di Irlandia merupakan entitas operasional nyata yang mempekerjakan orang sungguhan.
"Temu menolak tuduhan bahwa struktur atau operasional kami dirancang untuk menghindari pajak," katanya.
Menurut perusahaan, Temu telah membayar miliaran euro dalam berbagai jenis pajak di Eropa dan terus berinvestasi besar untuk memperkuat platformnya.
"Fokus kami jangka panjang, membangun platform yang berkelanjutan, patuh hukum, dan terpercaya untuk membantu konsumen mengakses produk berkualitas dengan harga terjangkau, sekaligus membuka peluang bagi penjual lokal di seluruh Eropa," tutupnya.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Raja Ecommerce Tutup di RI, Nasibnya Makin Suram