Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) resmi mengesahkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) untuk periode 2025-2034, dengan penambahan kapasitas pembangkit listrik sebesar 69,5 Gigawatt (GW). Dari total kapasitas tersebut, 42,6 GW atau 61% akan berasal dari pembangkit energi baru dan terbarukan (EBT).
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Jisman P. Hutajulu memaparkan bahwa dari seluruh jenis pembangkit energi bersih tersebut, sumber energi surya memiliki porsi yang cukup besar yakni 17,1 GW.
Menurut dia, pengembangan pembangkit listrik berbasis energi surya dilakukan lantaran Indonesia memiliki potensi yang cukup besar karena intensitas panas matahari yang cukup tinggi.
"Kemudian kita juga mendorong, karena kita punya potensi besar untuk surya, kita dianugerahi panas yang cukup di negara kita, sehingga kita mendorong PLTS 17,1 GW, yang akan kita dorong nanti adalah PLTS terapung, sebagaimana hanya contoh dari PLTS yang di Cirata, yang sudah sukses," kata di Kantornya, Senin (2/6/2025).
Sebagaimana diketahui, berdasarkan bahan paparan Kementerian ESDM, dari total rencana penambahan sebesar 69,5 gigawatt (GW), sekitar 42,6 GW akan berasal dari pembangkit EBT, 10,3 GW dari sistem penyimpanan energi (storage), sedangkan 16,6 GW dari pembangkit berbasis energi fosil.
Adapun rinciannya untuk kapasitas pembangkit EBT adalah sebagai berikut Surya: 17,1 GW, Air: 11,7 GW, Angin: 7,2 GW, Panas bumi: 5,2 GW, Bioenergi: 0,9 GW, Nuklir: 0,5 GW.
Sementara itu, untuk kapasitas sistem penyimpanan energi mencakup PLTA pumped storage sebesar 4,3 GW dan baterai 6,0 GW. Kemudian, untuk pembangkit fosil masih akan dibangun sebesar 16,6 GW, terdiri dari gas 10,3 GW dan batubara 6,3 GW.
(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Bahlil: Batu Bara Bukan Barang Haram, Ada PLTU Hingga 2034
Next Article RI Siap Punya Perencanaan Listrik Baru, ESDM: Sudah Final!