Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia menghadapi ketidakpastian dari sisi ekonomi menyusul kebijakan ekstrem Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang memberlakukan tarif tinggi ke seluruh dunia.
Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Mari Elka Pangestu mengatakan dunia, termasuk Indonesia tengah menghadapi ancaman pertumbuhan yang lebih rendah dan tidak menutup kemungkinan terjadi resesi.
"Kita menghadapi much lower growth, maybe a recession, and certainly increase uncertainty in the economic policy as well as especially in trade policy," ujarnya, dalam diskusi panel The Yudhoyono Institute dengan tema Dinamika dan Perkembangan Dunia Terkini: Geopolitik, Keamanan dan Ekonomi Global di Hotel Sahid, Jakarta, Minggu (13/4/2025).
Adapun sejumlah negara di kawasan Asean tercatat dikenakan tarif sangat tinggi oleh Trump, seperti Kamboja sebesar 49%, Vietnam 46%, Thailand 36%, Indonesia 32%, dan Malaysia 24% karena menyumbang defisit cukup besar ke AS.
"Dampaknya kepada growth trade, itu akan berbeda tergantung dependence kita kepada trade," katanya.
Mari Elka juga menyoroti rasio perdagangan ke PDB di mana Indonesia tidak setinggi Vietnam, Kamboja, maupun Malaysia. Hal tersebut membuat dampak terhadap Indonesia tidak akan sebesar negara tetangga tersebut.
"Dampak Indonesia relatively less dibanding dengan negara lain," tuturnya.
Mari Elka pun menegaskan pemerintah perlu tenang dalam menghadapi kebijakan Trump ini sembari tetap cermat dalam merespons setiap perubahan aturan.
"Don't panic, be calm. Jadi kita semua lagi menebak-nebak sebetulnya Presiden Trump itu maunya apa," ujarnya.
(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini: