Bikin Kaget! Rupiah Paling Perkasa di Asia Hari Ini, Won Hancur Lebur

2 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang Asia bergerak beragam terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (1/9/2025). Rupiah tercatat menjadi salah satu yang menguat, sementara won Korea justru menjadi yang paling tertekan di kawasan.

Melansir dari Refinitiv, per pukul 09.10 WIB, rupiah naik tipis 0,09% ke posisi Rp16.470/US$. Kinerja positif rupiah ini terjadi di tengah tekanan politik dalam negeri akibat aksi demonstrasi yang masih berlangsung, dengan dukungan kuat dari intervensi Bank Indonesia (BI) yang terus menjaga stabilitas nilai tukar.

Di sisi lain, won Korea tercatat sebagai mata uang terlemah di Asia dengan pelemahan 0,25% ke level 1.392,28/US$, Yen Jepang juga ikut tertekan 0,1% ke 147,16/US$, begitu pula dengan ringgit Malaysia yang melemah 0,19% ke posisi 4,22/US$ dan peso Filipina yang turun 0,16% ke 57,2/US$.

Sementara itu, beberapa mata uang lain mampu bergerak positif. Yuan China menguat tipis 0,01% ke 7,1294/US$, dolar Singapura naik 0,02% ke SGD 1,2833/US$, dan dong Vietnam menguat 0,08% ke VND 26.340/US$.

Secara keseluruhan, perdagangan mata uang Asia pagi ini menunjukkan sentimen pasar masih cenderung berhati-hati. Rupiah tampil cukup tangguh dibandingkan mayoritas mata uang lain, sementara won Korea menjadi mata uang yang melemah paling dalam.

Indeks Dolar AS (DXY)

Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) pada pagi ini terpantau menguat tipis 0,03% ke level 97,80. 

Pergerakan dolar AS terbilang datar karena pelaku pasar tengah menantikan serangkaian data ketenagakerjaan AS pekan ini yang diperkirakan akan menentukan besaran pemangkasan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) pertemuan September ini. 

Data yang akan dirilis pada pekan ini antara lain job openings, private payrolls, hingga laporan utama non-farm payrolls pada Jumat (5/9/2025). 

"Pasar akan sangat memperhatikan rilis data tersebut untuk menilai kondisi pasar tenaga kerja. Jika data menunjukkan pelemahan, maka ekspektasi pemangkasan suku bunga akan meningkat, dan ini akan memberi petunjuk apakah pemangkasan hanya 25 basis poin atau bahkan bisa lebih besar yakni 50 basis poin," ujar Carol Kung, Currency Strategist di Commonwealth Bank of Australia, dikutip dari Reuters

Menurut CME FedWatch Tool menunjukkan pelaku pasar memperkirakan peluang sebesar 87% bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 bps bulan in. 

Namun, di luar ekspektasi suku bunga, dolar juga dibayangi isu independensi The Fed setelah Presiden AS Donald Trump berupaya memecat Gubernur The Fed Lisa Cook, meski pengadilan belum memberikan putusan akhir. 

Selain itu, ketidakpastian mengenai kebijakan tarif Trump masih membayangi setelah pengadilan banding AS memutuskan sebagian besar tarif yang diterapkan dinyatakan ilegal, meski pemerintahan Trump terus berupaya mencari jalur hukum lain untuk mempertahankannya. 

CNBC INDONESIA RESEARCH 

[email protected]

(evw/evw)

Read Entire Article
Photo View |