Bank Sentral Dunia Kompak Tumpuk Emas, Uang Makin Gak Berharga?

1 day ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Popularitas emas kini semakin berkilau usai komoditas ini menjadi aset cadangan global terbesar kedua, melampaui mata uang euro.

Dilansir dari CNBC International, meningkatnya minat bank sentral terhadap emas berarti bahwa logam mulia tersebut menjadi aset cadangan global terbesar kedua pada 2024, menurut laporan Bank Sentral Eropa (ECB).

Bank sentral di seluruh dunia kini menyimpan lebih banyak emas, menjadikannya aset cadangan global terbesar kedua setelah dolar AS pada 2024, menurut laporan ECB. Kenaikan ini dipicu oleh lonjakan harga emas dan peningkatan pembelian, terutama oleh negara berkembang. Pangsa emas dalam cadangan global naik menjadi 19%, melampaui euro yang turun ke 16%, sementara dolar AS tetap dominan di 47%.

ECBFoto: Share of global foreign reserves
Sumber: ECB

Bank sentral mengumpulkan aset likuid seperti mata uang asing dan emas sebagai perlindungan terhadap inflasi serta untuk mendiversifikasi kepemilikan mereka. Ini juga memungkinkan mereka menjual cadangan tersebut guna mendukung mata uang mereka sendiri di saat-saat sulit.

Emas dianggap memberikan nilai jangka panjang dan ketahanan terhadap volatilitas, dan kini bank sentral menyumbang lebih dari 20% permintaan globalnya, meningkat dari sekitar 10% pada 2010-an.

Permintaan emas untuk cadangan moneter melonjak tajam setelah invasi skala penuh Rusia ke Ukraina pada tahun 2022 dan tetap tinggi.

Namun, pembelian emas untuk konsumsi perhiasan dan investasi tetap menjadi bagian terbesar dari permintaan emas global. Pada 2024, penurunan permintaan perhiasan, terutama di China, diimbangi oleh meningkatnya permintaan untuk investasi. Gabungan kedua kategori tersebut tetap mencakup 70% dari total permintaan emas global."

GoldFoto: Gold Demand by Sector
Sumber: OMFIF, WGC, Haver and ECB staff calculations

ECB menyatakan bahwa hasil survei menemukan emas semakin menarik bagi negara-negara berkembang yang khawatir tentang sanksi serta potensi berkurangnya peran mata uang utama dalam sistem moneter internasional.

Harga emas telah mencetak serangkaian rekor tertinggi selama beberapa tahun terakhir, termasuk di 2025. Lonjakan tajam ini berubah menjadi fluktuasi dalam beberapa bulan terakhir akibat kebijakan tarif AS yang berubah cepat, yang mengguncang pasar global.

Titik balik bagi logam berharga ini terjadi sekitar waktu invasi skala penuh Rusia ke Ukraina pada Februari 2022. Kombinasi inflasi yang melonjak dan ekspektasi kenaikan suku bunga mendorong peralihan ke aset yang disebut sebagai safe haven. Ketidakpastian geopolitik dan ekonomi tetap tinggi sejak saat itu.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)

Read Entire Article
Photo View |