Jakarta, CNBC Indonesia - Kontestasi politik di Kota New York, Amerika Serikat (AS) terus menerus memanas. Saat ini, baik Partai Republik maupun Partai Demokrat, sedang menyiapkan konvensi guna menetapkan calon yang akan diusung untuk memimpin kota yang dijuluki Big Apple itu.
Dari Partai Demokrat, salah satu figur yang menonjol adalah Zohran Mamdami. Pria 33 tahun itu bahkan bersaing ketat dengan mantan Gubernur Andrew Cuomo menjelang pemilihan pendahuluan Demokrat tanggal 24 Juni.
Profil dan Paham Politik Mamdami
Mamdami lahir di Uganda dari keturunan India-Muslim yang memiliki latar belakang akademis. Seumur hidupnya, ia menghabiskan waktu di Kampala, Afrika Selatan, dan akhirnya New York.
Sepanjang jalan hidupnya di beberapa tempat, Mamdami menyaksikan penggusuran dan ketidaksetaraan. Akhirnya, saat menduduki posisi sebagai anggota dewan negara bagian dari daerah Queens, Mamdami memulai program-program yang ditujukan untuk melakukan perlindungan sosial bagi masyarakat.
Salah satu perjuangan monumentalnya adalah memimpin perjuangan untuk menghapus lebih dari US$ 450 juta (Rp 7,3 triliun) utang medali taksi, memperjuangkan bus gratis, dan mendirikan Students for Justice in Palestine di Bowdoin College.
"Warga kelas pekerja New York terusir dari kota yang mereka bangun," katanya pada suatu rapat umum kampanye di jalan.
Manifesto politik Mamdani mencakup pembekuan lebih dari 2,4 juta unit sewa stabil, bus gratis di seluruh kota, perumahan terjangkau yang dibangun oleh serikat pekerja, toko kelontong milik kota, dan program pendidikan prasekolah universal.
Ia juga berjanji untuk mengenakan pajak pada perusahaan dan memangkas keringanan pajak universitas, memangkas US$ 6 miliar (Rp 97 triliun) untuk perawatan anak dan US$ 700 juta (Rp 11,3 triliun) untuk angkutan tanpa tarif.
Isu Palestina
Identitas Muslim Mamdani dan sikapnya yang blak-blakan terhadap Palestina telah mendorong politik identitas ke panggung utama. Bahkan, lbih dari 60 pemimpin Yahudi mengecam Senator Negara Bagian John Liu karena mendukung Mamdani, menyebutnya anti-Israel dan menuduhnya anti-semitisme.
Kampanye tersebut mencerca perang Israel di Gaza yang diblokade, dengan kritik Mamdani yang memicu perdebatan: "Mengapa kita mencari uang untuk membunuh anak-anak," tanyanya di sebuah rapat umum.
Selama forum yang diselenggarakan oleh kelompok-kelompok Yahudi progresif pada hari Minggu kemarin, Mamdani bahkan mengatakan bahwa ia mungkin tidak diizinkan masuk ke Israel ketika ditanya apakah ia akan melanjutkan tradisi mengunjungi Tel Aviv yang telah berlangsung selama puluhan tahun jika terpilih.
"Saya bahkan tidak yakin apakah saya akan diizinkan masuk ke Israel,"ujar Mamdani, merujuk pada undang-undang yang disahkan oleh Knesset pada tahun 2017 yang melarang masuknya orang asing yang mendukung gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS).
"Karena menurut saya ada undang-undang yang melarang masuknya siapa pun yang mendukung hal itu. Jadi ini pertanyaan bagi saya, tetapi juga, jika jawabannya berbeda, saya rasa hasilnya akan sama."
Meskipun Mamdani tidak menyerukan agar Kota New York sendiri bergabung dengan gerakan BDS, sejarah dukungannya telah menjadi titik fokus dalam kampanye tersebut.
"Inti dari politik saya adalah keyakinan pada nonkekerasan. Dan setelah melihat kemanjuran gerakan nonkekerasan dalam menciptakan kepatuhan terhadap hukum internasional, khususnya dengan Afrika Selatan, itulah yang membuat saya mendukung BDS," katanya.
(tps/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pemerintah New York Umumkan Keadaan Darurat, Ada Apa?