AS Mau Invasi dan Gulingkan Presiden Ini, Perang Besar di Depan Mata

5 hours ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat Donald Trump tengah mempertimbangkan aksi militer di Venezuela dengan mengerahkan pasukan ke Karibia dan menerbangkan pesawat pengebom B-52 di lepas pantai negara tersebut. Sebagai respons, Presiden Venezuela Nicolas Maduro memobilisasi jutaan milisi dan memindahkan pasukannya.

Dilansir CNN International, Minggu (19/10/2025), pejabat pemerintahan Trump secara pribadi mengakui bahwa kampanye tekanan terhadap Venezuela bertujuan untuk menggulingkan Maduro. Upaya ini melanjutkan kebijakan pada masa jabatan pertama Trump ketika Gedung Putih mengakui oposisi Juan Guaidó sebagai presiden sah Venezuela pada 2019.

Dalam beberapa minggu terakhir, militer AS telah mengerahkan kapal perang dan senjata berat di kawasan Karibia serta menargetkan kapal-kapal di lepas pantai Venezuela yang diduga membawa narkoba. Trump juga mengonfirmasi bahwa ia memberi izin kepada CIA untuk melakukan operasi rahasia di Venezuela dan mempertimbangkan serangan di wilayah negara tersebut.

"Kami kini tengah melihat kemungkinan aksi di darat, karena laut sudah sepenuhnya terkendali," kata Trump kepada wartawan. Pernyataan itu menegaskan bahwa Gedung Putih membuka opsi operasi militer darat terhadap pemerintahan Maduro.

Maduro mengeklaim pasukan relawan dan milisi rakyat kini berjumlah lebih dari delapan juta orang, meski para ahli meragukan angka tersebut dan kualitas pelatihannya. Hingga 17 Oktober, 20 dari 23 negara bagian di Venezuela telah dimiliterisasi dalam operasi bernama Independence 200.

Trump, melalui akun Truth Social, sempat mengejek video latihan milisi perempuan Venezuela yang viral di media sosial. Ia juga menyindir kemampuan tempur para peserta latihan yang disebutnya tidak profesional.

Pemerintah AS telah menyiapkan langkah-langkah dasar untuk kemungkinan aksi militer di Venezuela dengan mengaitkan Maduro pada jaringan narkotika dan kartel yang disebut sebagai kelompok teroris. Meski demikian, belum ada indikasi bahwa Trump telah memutuskan untuk menyerang atau menargetkan Maduro secara langsung.

Sumber CNN menyebutkan bahwa tujuan utama strategi ini adalah menekan Maduro agar mundur tanpa serangan militer langsung, dengan menunjukkan ancaman yang kredibel dari AS. Serangan terhadap kapal pengangkut narkoba di Karibia disebut sebagai peringatan bagi Maduro untuk berhenti melawan tekanan internasional.

Trump juga mengungkapkan bahwa CIA diberi wewenang memperluas operasi di Venezuela untuk menekan arus migran dan perdagangan narkoba. Namun, ia tidak secara eksplisit mengatakan bahwa lembaga itu akan berupaya menggulingkan Maduro dari kekuasaan.

Dalam pidato televisi, Maduro mengecam rekam jejak CIA yang menurutnya kerap melakukan kudeta dan menggulingkan pemerintahan sah di berbagai negara. Ia menegaskan bahwa rakyat Venezuela siap bersatu mempertahankan kedaulatan dan kedamaian nasional dari campur tangan asing.

Sementara itu, kehidupan sehari-hari di Venezuela masih berjalan meski ancaman konflik bersenjata dengan AS kian nyata. Di pusat Caracas, konser dan pertunjukan musik masih digelar, namun kekhawatiran akan perang semakin terasa di masyarakat.

Banyak warga mulai menyimpan bahan makanan dan kebutuhan pokok sebagai langkah antisipasi. "Kami tidak tidur nyenyak karena ketakutan akan apa yang mungkin terjadi," kata Ivonne Caña, seorang juru masak di Caracas.

Sebagian warga juga menunjukkan dukungan hati-hati terhadap tekanan AS terhadap Maduro dengan aksi damai di kampus-kampus. Spanduk bertuliskan "Kebebasan hampir tiba 95%" terpampang di sedikitnya 10 universitas di seluruh negeri.

Namun, pemerintah Venezuela terus memperketat kebebasan sipil dengan memberlakukan dekrit "komosi eksternal" sebagai respons terhadap ancaman invasi asing. Kebijakan ini memberi Maduro kekuasaan luas di bidang politik, sosial, dan ekonomi selama keadaan darurat diberlakukan.

Ketegangan makin meningkat setelah tiga pesawat pembom B-52 AS terbang selama empat jam di atas perairan Venezuela. Dua di antaranya tercatat memasuki wilayah informasi penerbangan (FIR) Venezuela hingga sejauh 53 mil dari Pulau La Orchila, lokasi latihan militer terbaru pasukan Maduro.

Sumber militer menyebutkan, serangan udara terhadap kapal-kapal narkoba baru merupakan bagian awal dari strategi yang lebih besar untuk menekan kekuasaan Maduro. Hingga kini, militer AS telah melancarkan sedikitnya enam serangan terhadap kapal di wilayah Karibia.

Pemerintahan Trump berargumen bahwa jaringan narkotika internasional yang beroperasi di kawasan tersebut menimbulkan ancaman nyata bagi keamanan Amerika Serikat. Alasan ini dijadikan dasar hukum rahasia bagi Washington untuk melancarkan serangan militer terhadap kapal yang dicurigai terlibat dalam perdagangan narkoba di Karibia, dan mungkin juga di wilayah lain.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Invasi AS Dimulai! Kapal Perang Mengepung, Presiden Ini Tak Gentar

Read Entire Article
Photo View |