Bumi Darurat Air, 2,2 Miliar Penduduk Terancam

2 hours ago 5

Jakarta, CNBC Indonesia - Planet Bumi kini menghadapi sebuah ancaman serius yang semakin nyata. Laporan ilmiah terbaru mengungkap bahwa daratan di seluruh dunia telah kehilangan cadangan air dalam jumlah yang sangat masif, mencapai 1,6 triliun ton.

Penyusutan drastis ini didorong oleh kombinasi pemanasan global yang tak terkendali dan tingkat konsumsi air oleh populasi manusia yang terus meningkat. Situasi ini menjadi sinyal kuat akan krisis global yang dampaknya bisa dirasakan oleh seluruh umat manusia.

Skala Kehilangan Air yang Mengkhawatirkan

Menurut sebuah laporan yang dipublikasikan dalam jurnal Science, penyimpanan air di daratan-yang mencakup sumber vital seperti akuifer bawah tanah, danau, sungai, hingga kelembapan di dalam tanah-telah mengalami penurunan triliunan metrik ton sejak awal abad ke-21. Hal ini menegaskan bahwa daratan Bumi saat ini menyimpan volume air yang jauh lebih sedikit dibandingkan periode sebelumnya.

Palestina menghadapi krisis air bersih dan kelaparan setelah Israel menyetop seluruh pasokan kebutuhan hidup ke wilayah tersebut. (REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa)Foto: Palestina menghadapi krisis air bersih dan kelaparan setelah Israel menyetop seluruh pasokan kebutuhan hidup ke wilayah tersebut. (REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa)

Studi mendalam yang dipimpin oleh ahli geofisika Ki-Weon Seo dari Seoul National University, bersama rekan-rekannya, berhasil mengukur skala kehilangan air ini dengan presisi. Tim peneliti menggunakan beberapa metode independen, termasuk:

  • Pengamatan gravitasi satelit: Mengukur perubahan massa air di daratan.

  • Pengukuran kelembapan tanah: Menganalisis data satelit untuk melihat tingkat kekeringan tanah.

  • Analisis kenaikan permukaan laut global: Menghitung kontribusi air dari daratan ke lautan.

  • Observasi variasi rotasi Bumi: Menemukan bahwa perpindahan massa air yang masif dari daratan ke laut telah menyebabkan sumbu rotasi Bumi bergeser sekitar 45 sentimeter.

Data dari periode 2000-2002 menunjukkan daratan kehilangan sekitar 1,6 triliun metrik ton air. Bahkan pada periode 2005-2015, di mana semua metode analisis saling mengonfirmasi, terungkap bahwa penyimpanan air daratan telah berkurang hingga hampir 1,3 triliun metrik ton, setara dengan kontribusi kenaikan permukaan laut global setinggi 3,5 milimeter.

Penyebab Utama: Pemanasan Global dan Siklus Air yang Rusak

Akar masalah dari hilangnya cadangan air ini adalah kenaikan suhu rata-rata di atmosfer dan lautan. Pemanasan global telah secara fundamental mengubah pola cuaca dan merusak siklus air alami. Kenaikan suhu mempercepat laju penguapan dari permukaan tanah dan lautan, serta laju pelepasan uap air dari tanaman.

Meskipun lebih banyak uap air di atmosfer berpotensi memicu hujan deras dalam waktu singkat, air hujan tersebut sering kali tidak dapat terserap secara efektif ke dalam tanah untuk mengisi kembali akuifer. Sebaliknya, hujan lebat justru menciptakan aliran permukaan yang deras, yang dengan cepat mengalir kembali ke laut. Akibatnya, area yang mengalami kekeringan akibat suhu tinggi semakin meluas.

"Ini adalah temuan yang mengkhawatirkan," ujar Benjamin Cook, ahli pemodelan iklim dari NASA Goddard Institute for Space Studies di New York. "Segala sesuatu membutuhkan air. Jika Anda tidak punya cukup air, Anda dalam masalah."

Seseorang duduk di bawah payung dengan pancing yang dipasang di dekat garis pantai Bendungan Turkmenli yang surut, karena kondisi kekeringan terus memengaruhi ketinggian air, di Marmara Ereglisi, di provinsi Tekirdag barat laut, Turki, 11 Agustus 2025. (REUTERS/Murad Sezer)Foto: Seseorang duduk di bawah payung dengan pancing yang dipasang di dekat garis pantai Bendungan Turkmenli yang surut, karena kondisi kekeringan terus memengaruhi ketinggian air, di Marmara Ereglisi, di provinsi Tekirdag barat laut, Turki, 11 Agustus 2025. (REUTERS/Murad Sezer)

Dampak Kemanusiaan: Krisis Air Bersih Global

Berkurangnya jumlah air di daratan menjadi kabar buruk yang berdampak langsung pada kehidupan miliaran orang, terutama bagi mereka yang masih kesulitan mendapatkan akses air bersih. Data dari wearewater.org melukiskan gambaran suram dari krisis kemanusiaan ini:

  • 703 juta orang, atau 1 dari 11 penduduk dunia, tidak memiliki akses terhadap air bersih.

  • 2,2 miliar orang tidak memiliki akses ke layanan air minum yang dikelola secara aman.

  • Lebih dari 1.000 anak di bawah usia 5 tahun meninggal setiap hari akibat penyakit yang terkait dengan kekurangan air, sanitasi, dan kebersihan.

  • 1,69 miliar orang hidup tanpa akses sanitasi yang layak, dengan 419 juta di antaranya masih terpaksa buang air besar di ruang terbuka.

Paradoks Kelangkaan di Planet Air dan Proyeksi Masa Depan

Ironisnya, krisis ini terjadi di planet yang 70% permukaannya tertutup air. Namun, air tawar yang dapat diminum, digunakan untuk mandi, dan mengairi lahan pertanian sebenarnya sangatlah langka. Hanya 3% dari total air dunia adalah air tawar, dan dua pertiga dari jumlah itu terperangkap dalam bentuk es di gletser atau tidak dapat diakses.

Akibatnya, banyak sistem air seperti sungai, danau, dan akuifer yang menopang ekosistem dan populasi manusia kini berada di bawah tekanan berat hingga mulai mengering atau terlalu tercemar untuk digunakan. Jika pola konsumsi saat ini tidak berubah, situasi ini dipastikan akan semakin parah. Proyeksi menunjukkan bahwa pada tahun 2025, dua pertiga populasi dunia kemungkinan besar akan menghadapi krisis kelangkaan air yang serius.

-

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(gls/gls)

Read Entire Article
Photo View |