Jakarta, CNBC Indonesia- Indonesia resmi menekan kesepakatan dagang Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) pada Senin (23/9/2025).
Lewat perjanjian ini, bea masuk untuk 96% produk asal Uni Eropa, termasuk mobil, akan dihapus dalam kurun waktu lima tahun. Artinya, mobil-mobil Eropa seperti Ferrari, BMW, Mercedes-Benz, Audi, dan Volkswagen bakal masuk pasar domestik dengan harga yang lebih kompetitif dibandingkan era sebelumnya ketika tarif impor mencapai 50%.
Kebijakan ini diperkirakan dapat mengubah peta persaingan di industri otomotif Indonesia.
Selama ini, pasar otomotif nasional didominasi oleh produk Jepang yang sudah menguasai hampir semua segmen, mulai dari mobil penumpang hingga kendaraan niaga ringan.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), impor mobil dari Jepang ke Indonesia sepanjang 2024 mencapai lebih dari US$1,09 miliar, tertinggi dibandingkan negara mana pun. Sebaliknya, impor dari Jerman, salah satu basis mobil Eropa hanya sebesar US$323,4 juta.
Foto: Seorang model berpose di samping mobil keluaran BMW keluaran terbaru di Ritz Carlton, Kuningan, Jakarta, Jumat, (2/2/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Seorang model berpose di samping mobil keluaran BMW keluaran terbaru di Ritz Carlton, Kuningan, Jakarta, Jumat, (2/2/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jika tarif mobil Eropa benar-benar ditekan menjadi 0%, harga jual di pasar domestik berpotensi lebih terjangkau.
Saat ini, mobil Eropa identik dengan segmen premium karena harga yang lebih tinggi akibat bea masuk. Dengan pembebasan tarif, konsumen kelas menengah atas bisa menjadi target pasar yang lebih luas, sementara pabrikan Jepang akan menghadapi tekanan untuk menyesuaikan harga maupun strategi pemasaran.
Perubahan ini juga menarik bila dikaitkan dengan tren impor beberapa tahun terakhir. Dari 2019 hingga 2024, impor mobil Indonesia sempat turun drastis di masa pandemi, namun kembali melonjak sejak 2022.
Posisi Jepang tetap dominan, disusul China dan Thailand.
Menariknya, impor dari China meroket tajam pada 2024 mencapai hampir US$2 miliar, menggeser Thailand sebagai pemasok utama kedua. Kemungkinan disokong oleh meningkatnya permintaan untuk electronic vehicles.
Hal ini menunjukkan bahwa peta persaingan sebenarnya sudah lebih berwarna bahkan sebelum mobil Eropa mendapat akses bebas tarif.
CNBC Indonesia Research
(emb/emb)