5 Tanda Nyata Perang Iran Vs AS-Israel Sudah di Depan Mata

20 hours ago 3
Daftar Isi

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan global terkait program nuklir Iran memasuki fase paling genting dalam beberapa tahun terakhir, diwarnai oleh peningkatan tajam aktivitas militer, kegagalan diplomasi, dan langkah provokatif dari berbagai pihak.

Ketidakstabilan situasi ini semakin menegaskan potensi pecahnya konflik militer besar yang tidak hanya akan mengguncang kawasan Timur Tengah, tetapi juga bisa berdampak luas pada ekonomi dan keamanan global.

Situasi yang memburuk ini membuat negara-negara regional memperkuat postur pertahanan mereka, sementara kekuatan global seperti Amerika Serikat mulai memindahkan personel dan aset militer ke lokasi strategis. Di sisi lain, upaya negosiasi nuklir yang telah berlangsung bertahun-tahun tampak menuju titik buntu.

Peringatan mengenai potensi perang dengan Iran bukan lagi sekadar wacana. Pejabat Israel secara terbuka menyatakan bahwa ambisi nuklir Teheran dan agresi regionalnya dapat memaksa Israel untuk melancarkan serangan militer.

Beberapa komandan militer bahkan telah berbicara mengenai serangan preemptive terhadap fasilitas nuklir Iran. Konflik semacam ini bisa menghancurkan kerangka diplomatik yang masih tersisa, mengganggu pasar minyak global, serta memicu rangkaian perang proksi dengan dampak tak terduga di seluruh kawasan.

Berikut adalah lima indikator kemungkinan konfrontasi militer antara iran, Israel, hingga Amerika Serikat, yang kian meningkat, dilansir Newsweek, Jumat (13/6/2025):

1. Israel Siaga Penuh

Militer Israel telah menyusun rencana darurat untuk melakukan serangan presisi terhadap fasilitas nuklir Iran, yang dilakukan dalam koordinasi erat dengan intelijen Amerika Serikat. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) juga meningkatkan kesiapan pertahanan udara dan rudal mereka. Latihan militer baru-baru ini melibatkan pesawat tempur F-15 dan F-35 serta pesawat pengisian bahan bakar Boeing 707 di lepas pantai, mensimulasikan misi jarak jauh ke wilayah Iran.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menegaskan posisi negaranya, "Seluruh program nuklir Iran harus dihentikan," ujarnya, menandakan bahwa opsi militer tetap terbuka jika diplomasi gagal.

2. Evakuasi AS dan Penumpukan Kekuatan Militer

Sebagai respons terhadap meningkatnya ketegangan, Departemen Luar Negeri AS memerintahkan evakuasi personel non-esensial dari kedutaan besar di Irak, Kuwait, dan Bahrain-langkah yang biasanya hanya diambil ketika ancaman langsung dianggap nyata.

Citra satelit menunjukkan peningkatan signifikan aktivitas militer AS di pangkalan Diego Garcia di Samudra Hindia, termasuk pengerahan pembom B-52 dan pesawat tempur F‑15.

Keberadaan militer ini menempatkan pasukan dalam jangkauan serangan cepat terhadap Iran dan kelompok proksinya, mencerminkan keseimbangan rumit antara perlindungan personel dan persiapan kemungkinan aksi militer.

3. Krisis Kepatuhan Nuklir

Pada Kamis lalu, Badan Energi Atom Internasional (IAEA) secara resmi menyatakan Iran tidak patuh terhadap kewajiban perlindungan nuklirnya-putusan seperti ini terakhir kali terjadi hampir dua dekade lalu.

Resolusi ini didukung oleh 19 negara, termasuk Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan Jerman, dengan alasan Iran gagal menjelaskan jejak uranium di lokasi yang tidak diumumkan serta terus menghalangi proses inspeksi.

Sebagai tanggapan, Kementerian Luar Negeri Iran mengumumkan rencana membangun fasilitas pengayaan uranium baru dengan keamanan tinggi di lokasi yang dirahasiakan.

Selain itu, Iran akan mengganti sentrifugal generasi pertama di situs Fordow dengan model yang lebih canggih-langkah yang diklaim akan "meningkatkan secara signifikan" kapasitas pengayaan mereka.

4. Modernisasi Rudal Iran

Iran juga mempercepat modernisasi arsenal rudalnya dalam upaya memperkuat kemampuan pertahanan dan daya gentar terhadap serangan dari AS dan Israel. Dalam sepekan terakhir, Iran menguji coba rudal canggih dengan hulu ledak seberat dua ton.

Menteri Pertahanan Aziz Nasirzadeh menyebutnya sebagai "pencapaian baru dalam kapabilitas militer" dan bagian dari "upaya luas untuk meningkatkan kesiapan militer di tengah ketegangan kawasan."

Iran juga dikabarkan mengimpor ribuan ton bahan kimia penting untuk bahan bakar rudal, termasuk amonium perklorat, dari China.

5. Kebuntuan dalam Perundingan Nuklir

Putaran keenam negosiasi nuklir antara AS dan Iran dijadwalkan berlangsung pada hari Minggu di Oman. Namun para diplomat memperingatkan bahwa perbedaan mendasar masih mencolok: Iran bersikeras mempertahankan kapasitas pengayaan uraniumnya, sementara AS menuntut penghentian total.

Kegagalan mencapai kompromi akan menjadikan eskalasi militer sebagai satu-satunya opsi tersisa. Presiden Donald Trump sendiri mengungkapkan skeptisismenya minggu ini: "Saya kini kurang yakin kesepakatan akan tercapai," ujarnya, seraya menambahkan bahwa Iran telah menjadi "jauh lebih agresif" dalam posisi tawar-menawarnya. Pernyataan ini menggambarkan betapa renggangnya jarak antara kedua pihak menjelang pertemuan penting di Oman.

Hasil dari negosiasi nuklir hari Minggu di Oman berpotensi menjadi penentu utama apakah konflik militer dapat dihindari atau justru dipercepat. Dengan penempatan ulang aset militer yang sedang berlangsung dan kesabaran diplomatik yang nyaris habis, beberapa hari ke depan dapat menjadi titik balik menuju terobosan damai-atau justru menuju bentrokan bersenjata.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Dunia di Ambang Perang Baru, AS Tantang Kekuatan Nuklir Timur Tengah

Read Entire Article
Photo View |