Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menuduh China menutup mata terhadap warganya yang berperang membela Rusia di perang Ukraina. Hal ini terjadi setelah Kyiv mengungkap adanya 155 warga negara China yang bertempur untuk Rusia.
Dalam sebuah pernyataan, Rabu (9/4/2025), Zelensky sempat menyindir bahwa ia tidak tahu bahwa China "memberikan semacam perintah" kepada mereka yang sekarang berperang untuk Rusia. Namun, ia mengatakan Beijing pasti tahu beberapa orang bergabung dengan militer negara lain dengan imbalan pembayaran.
"Kami mencatat bahwa mereka (China) tahu tentang itu," kata Zelensky.
Zelensky mengatakan bahwa pihaknya dan penyokong utamanya, Amerika Serikat (AS), sangat terkejut dan yakin bahwa ini tidak dapat diterima.
"Kami mencatat bahwa mereka adalah warga negara China, mereka berperang melawan kami, menggunakan senjata terhadap warga Ukraina di wilayah Ukraina. Motivasi mereka, uang atau bukan, politik, dan sebagainya, belum saya ketahui. Namun itu akan diketahui."
Disusun oleh intelijen Ukraina, salah satu dokumen tersebut menggambarkan 13 tentara China berusia antara 19 dan 45 tahun, dengan rincian paspor mereka. Muncul juga dokumen kedua mencantumkan nama, tanggal lahir, unit Rusia mereka dan dalam beberapa informasi tentang tempat mereka direkrut.
Ukraina juga menyebutkan dua tahanan China yang sebelumnya telah diumumkan ditangkap di medan perang pada hari Selasa sebagai Wang Guangjun, lahir tahun 1991, dan Zhang Renbo, lahir tahun 1998. Zelensky mengatakan akan bersedia menukar mereka dengan tahanan Ukraina yang ditahan oleh Rusia.
"Masalah 'China' serius. Ada 155 orang dengan nama dan rincian paspor, 155 warga negara China yang berperang melawan Ukraina di wilayah Ukraina. Kami yakin jumlahnya masih banyak, jauh lebih banyak lagi," tutur Zelensky.
Zelensky kemudian mengatakan bahwa Rusia berusaha merekrut pejuang China dengan beriklan secara terbuka di TikTok dan jejaring media sosial lainnya. Ia kemudian kembali mengklaim bahwa Pemerintah China 'mengetahui hal ini'.
"Mereka kemudian melakukan perjalanan ke Rusia, biasanya Moskow, tempat mereka pertama kali menjalani pemeriksaan medis selama tiga hingga empat hari," tambahnya.
Para rekrutan tersebut kemudian diberi pelatihan selama satu atau dua bulan dan diminta untuk bertempur di wilayah Ukraina yang diduduki. Mereka menerima kartu migrasi resmi dari otoritas Rusia dan diberi akses ke sistem pembayaran resmi untuk menerima uang."
China sendiri telah mengomentari hal ini dengan menyebut bahwa orang-orang itu bergabung atas inisiatif mereka sendiri. Beijing juga menambahkan bahwa gagasan bahwa sejumlah besar orang terlibat dalam perang itu sama sekali tidak berdasar.
"Pemerintah China selalu meminta warga negara China untuk menjauh dari zona konflik, menghindari keterlibatan dalam segala bentuk konflik bersenjata, dan terutama menahan diri untuk tidak berpartisipasi dalam operasi militer pihak mana pun," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian.
China mengatakan bahwa mereka adalah pihak yang netral dalam konflik tersebut, meskipun Rusia banyak menggunakan komponen buatan China dalam industri persenjataannya, seperti halnya Ukraina. Kedua belah pihak mengerahkan pesawat nirawak Mavic dari produsen Tiongkok DJI, meskipun Kyiv berusaha mengurangi ketergantungannya pada peralatan dari Beijing.
(tps)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Serangan Drone Hantam Kharkiv Ukraina, 3 Warga Sipil Terluka
Next Article Rusia Menggila, Putin Tembak 120 Rudal & 90 Drone ke Ukraina