Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah telah menarik utang baru hingga Rp 463,7 triliun hingga Agustus 2025 atau mencapai 59,8% dari pagu Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025.
Wakil Menteri Keuangan, Thomas Djiwandono menjelaskan secara keseluruhan, realisasi pembiayaan anggaran mencapai Rp 425,7 triliun atau 69,1% dari target APBN 2025 yakni sebesar Rp 616,2 triliun. Dia menilai pemenuhan kebutuhan pembiayaan dinilai terkendali dan tetap antisipatif di tengah dinamika pasar keuangan global.
"Ini di-breakdown dari pembiayaan utang sebesar Rp463,7 triliun atau 59,8 persen dari target APBN. Dan yang kedua adalah pembiayaan non-utang minus Rp38 triliun atau 23,8 persen dari APBN," ujar Thomas dalam konferensi pers APBN KiTa, Senin (22/9/2025). Tingginya permintaan tersebut menunjukkan bahwa permintaan investor tetap kuat dan minat asing terjaga tinggi meskipun volatilitas pasar meningkat.
Thomas pun memaparkan bahwa pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik juga tetap terjaga. Berdasarkan data hingga lelang terakhir, bid to cover ratio tahun 2025 mencapai 3,03 untuk Surat Utang Negara (SUN) dan 3,15 untuk Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).
"Hal ini menunjukkan permintaan investor tetap kuat dan minat asing tetap tinggi meski volatilitas pasar meningkat," ujarnya.
Menurutnya, kepercayaan ini juga tidak lepas dari status investment grade yang disandang Indonesia. Alhasil, SBN Indonesia tetap dipandang sebagai instrumen aman dan kredibel di pasar global.
Lebih lanjut, Thomas memaparkan Yield SBN 10 Tahun turun 70 basis point atau sekitar 10% sejak Januari-Agustus 2025. Penurunan ini didukung oleh permintaan investor di pasar perdana di tengah penurunan bunga acuan The Fed dan Bank Indonesia.
Hingga pertengahan September 2025, capital inflow asing mencapai Rp42,61 triliun secara year-to-date. Hal tersebut mencerminkan kepercayaan investor asing terhadap fundamental dan prospek perekonomian Indonesia.
Adapun spread SBN 10 tahun terhadap US Treasury turun ke level 216 basis poin, lebih rendah dari sejumlah negara peers, yang menunjukkan profil risiko Indonesia terjaga.
"Yield yang turun, spread yang menyempit, serta aliran modal asing yang masuk, semua mendukung tercapainya pembiayaan dengan biaya utang yang lebih rendah dan efisien," kata Thomas.
Selain pembiayaan utang, pemerintah juga menyalurkan pembiayaan investasi (below the line) sebesar Rp42,7 triliun hingga 31 Agustus 2025. Alokasi tersebut difokuskan pada program di sektor perumahan, ketahanan pangan, dan kerja sama internasional. Di antaranya Rp18,77 triliun untuk pembangunan rumah dengan output 163.831 unit, serta Rp16,57 triliun untuk penguatan cadangan pangan melalui Bulog dengan output 488,9 ribu ton beras dan 1,64 juta ton gabah.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article APBN Mei 2025 Defisit Rp21 T, Sri Mulyani: Masih Sangat Kecil