Bukan China! Negara Asia Ini Kena Tarif Tertinggi Perang Dagang Trump

8 hours ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia - India sepertinya akan menghadapi tarif dagang tinggi oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Hubungan Washington dan New Delhi yang sudah romantis selama dua dekade mulai terkikis secara substansial.

Hal ini setidaknya diutarakan sejumlah pengamat, mengutip CNBC International, Senin (3/11/2025). Pemimpin South Asia Practice di DGA-Albright Stonebridge Group, Atman Trivedi, mengatakan kepercayaan antara kedua negara sudah runtuh.

Tarif yang tinggi untuk barang important India serta biaya U$100.000 untuk visa H1B (visa yang memungkinkan perusahaan AS untuk sementara mempekerjakan pekerja internasional untuk pekerjaan khusus) telah menyebabkan memburuknya hubungan antara New Delhi dan Washington dalam beberapa bulan terakhir. Belum lagi klaim berulang Trump bahwa ia telah menjadi penengah gencatan senjata antara India dan Pakistan membuat New Delhi meradang.

"Akan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk dibangun kembali," ujarnya.

Hal sama juga dikatakan rekan senior dan ketua bidang Ekonomi India dan Asia yang sedang berkembang di Center for Strategic and International Studies (CSIS), Raymond Vickery Jr.

Kebijakan luar negeri AS sejak Presiden Bill Clinton hingga Joe Biden, termasuk masa jabatan pertama Trump sebagai presiden, secara konsisten memang lebih menghargai India yang demokratis daripada China yang otokratis.

"Presiden Trump jelas tidak menghargai India sebagai mitra dalam menyeimbangkan China seperti presiden-presiden sebelumnya," katanya merujuk periode kedua Trump berkuasa.

"Pendekatan terhadap India kini telah bergeser dari altruisme strategis menjadi transaksionalisme," jelasnya.

Hubungan Membaik dengan China

Sementara itu, hubungan antara AS dan China tampaknya membaik. Dalam sebuah unggahan di Truth Social pada hari Sabtu, Trump mengatakan, pertemuan G to G (G2) antara dirinya dengan Xi merupakan pertemuan yang luar biasa bagi kedua negara.

"Pertemuan itu akan mengarah pada perdamaian dan kesuksesan abadi," sesumbar Trump.

Pertemuan tersebut menghasilkan pemangkasan tarif impor atas barang China dari 20% menjadi 10%. Ini terkait tarif yang dijatuhkan Washington atas tudingan ke China, bahwa Beijing tak berkomitmen menekan penyebaran fentanil di AS.

Hal tersebut mengurangi tarif keseluruhan untuk barang-barang Tirai Bambu menjadi sekitar 47%. Fakta ini membuat China kini membayar tarif yang lebih rendah daripada India.

India sendiri dikenai tarif impor 50% ke AS, termasuk bea masuk sekunder sebesar 25%. Hal tersebut akibat pembelian minyak murah Rusia, yang masih dilakukan India, yang disebut AS membiayai perang Ukraina.

India membalas langkah Trump menyebutnya "tidak adil, tidak dapat dibenarkan, dan tidak masuk akal". India juga menyebut hubungan dagang AS dengan India sebagai "bencana yang sepenuhnya sepihak".

Ancaman Baru Tarif 25%

Sementara itu, dalam lawatannya ke Asia minggu lalu, saat berpidato di hadapan para pemimpin perusahaan di KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di Korsel, Trump mengatakan ia mengancam India dan Pakistan dengan tarif 250% kecuali mereka menghentikan permusuhan. Kedua negara memang terjebak konflik di perbatasan.

Sebuah serangan oleh militan di wilayah Kashmir yang dikuasai India pada bulan April menewaskan 26 warga sipil. India menuduh Pakistan dan melancarkan serangan militer, yang mengakibatkan konflik empat hari yang mengancam akan meledak menjadi perang yang lebih luas, dipicu oleh ketegangan selama puluhan tahun antara kedua negara.

"Hubungan strategis antara India dan AS telah berada di bawah tekanan tahun ini, bukan hanya karena tarif, tetapi juga karena sikap Washington dalam konflik dengan Pakistan dan menghangatnya hubungan (AS) dengan militer Pakistan," kata kepala Riset Asia Tenggara di Oxford Economics, Alexandra Hermann.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Mensesneg: Prabowo Mau Negosiasi Tarif Langsung dengan Trump

Read Entire Article
Photo View |