Bikin Kaget! Ternyata Ini Pembunuh No,1 Pemuda Indonesia

2 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Fenomena kematian di usia muda sering kali menjadi cerminan rapuhnya fase transisi remaja menuju dewasa.

Melansir data Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) yang diolah Badan Pusat Statistik (BPS), menunjukkan, penyebab kematian pada kelompok usia 15-24 tahun masih didominasi faktor perilaku sesaat: keputusan impulsif, tindakan berisiko, hingga kelalaian di jalan raya.

Pola ini bukan semata problem kesehatan, tapi juga potret sosial-ekonomi generasi muda Indonesia.

Berdasarkan data tahun 2010 dan 2020, terlihat perubahan signifikan dalam tren penyebab kematian.

Pada laki-laki, kecelakaan transportasi menempati posisi teratas dan justru mengalami kenaikan. Sementara pada perempuan, infeksi saluran pernapasan dan TBC menjadi penyebab utama meski angkanya menurun dalam satu dekade terakhir.

Pergeseran ini menunjukkan adanya perbedaan mendasar antara risiko biologis dan risiko perilaku.

Kecelakaan transportasi tercatat menyumbang 32,26% kematian usia 15-24 tahun pada 2020, naik dari 31,20% pada 2010.

Lonjakan ini memperlihatkan betapa kerentanan anak muda di jalan raya semakin tinggi, sejalan dengan mobilitas yang meningkat. Sementara itu, infeksi pernapasan dan TBC menurun dari 13,11% (2010) menjadi 11,31% (2020). Walau turun, penyakit menular ini tetap menjadi ancaman serius.

Penyebab lain yang mencuri perhatian adalah cedera tidak disengaja, yang stabil di kisaran 10,5% pada 2020.

Penyakit kardiovaskular (jantung) justru meningkat dari 7,99% (2010) menjadi 8,73% (2020), menandakan pola gaya hidup mulai memberi dampak bahkan pada kelompok usia produktif awal. Peningkatan ini patut diwaspadai, karena penyakit jantung selama ini lebih identik dengan kelompok usia tua.

Tren serupa terlihat pada penyakit pencernaan yang relatif stabil (7,50% pada 2020 vs 7,54% pada 2010) serta tumor yang naik tipis dari 5,48% menjadi 6,18%. Di sisi lain, kematian akibat tindakan ekstrem seperti melukai diri sendiri dan kekerasan interpersonal masih berada di kisaran 5,13%, mengindikasikan faktor kesehatan mental turut berperan.

Beberapa penyakit menular tropis, seperti malaria, relatif kecil porsinya, sekitar 1,91% pada 2010 dan turun tipis ke 1,65% pada 2020.

Sementara penyebab kematian baru muncul akibat pandemi Covid-19 hanya menyumbang 0,95%. Angka ini memang kecil, tetapi menunjukkan jejak global pandemi pada generasi muda Indonesia.

Sisi positifnya, angka kematian akibat kelainan maternal pada perempuan menunjukkan penurunan signifikan. Hal ini mengindikasikan adanya perbaikan layanan kesehatan ibu dan anak dalam satu dekade terakhir. Demikian pula dengan gizi buruk yang hanya tercatat 0,30% pada 2020, meski isu stunting masih menjadi pekerjaan rumah besar bangsa.

Menegaskan bahwa usia 15-24 tahun adalah fase penuh intrik, mereka memiliki vitalitas tinggi dan peluang hidup panjang.

Namun di sisi lain, risiko perilaku sesaat, kesehatan mental, serta penyakit gaya hidup mulai mengintai lebih dini.

Pemerintah, sekolah, dan keluarga dituntut membangun ekosistem perlindungan generasi muda, mulai dari keselamatan transportasi hingga kesadaran gaya hidup sehat.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(emb/emb)

Read Entire Article
Photo View |