Belanda Tawarkan Rumah Kaca ke Mentan Amran, untuk Apa?

5 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Belanda menunjukkan keseriusannya untuk memperdalam kerja sama di sektor pertanian Indonesia. Tak main-main, negeri kincir angin itu siap menggelontorkan investasi sekaligus mentransfer teknologi canggih rumah kaca (greenhouse) demi memperkuat ketahanan pangan nasional.

Duta Besar Belanda untuk Indonesia, Marc Gerritsen mengatakan, dalam waktu dekat misi ekonomi Belanda yang terdiri dari Menteri Perdagangan, Wakil Menteri Pertanian, serta lebih dari 30 perusahaan hortikultura dijadwalkan akan berhelat ke Indonesia.

"Kami sangat berminat untuk bekerja sama dengan Indonesia guna mencapai swasembada, misalnya dalam bidang hortikultura seperti sayuran dan buah-buahan. Kami memiliki teknologi, termasuk teknologi rumah kaca, yang ingin kami bagikan," ujar Gerritsen usai bertemu Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman di kantor Kementan RI, Jakarta, Rabu (14/5/2025).

Greenhouse menjadi senjata utama dalam kerja sama ini, lantaran telah terbukti mampu meningkatkan produktivitas secara signifikan. "Pada satu hektar lahan dengan rumah kaca, Anda dapat memproduksi banyak makanan. Jadi, tidak perlu memperluas lahan untuk meningkatkan produksi," jelasnya.

Ia juga menekankan bahwa Belanda siap menyediakan benih unggul dan sistem tanam berteknologi tinggi hingga rendah, agar bisa dijangkau oleh petani kecil.

Harga bangun greenhouse pun ternyata tak semahal yang dibayangkan. Menurut Kepala Bagian Pertanian Kedubes Belanda, Joost van Uum, rumah kaca berteknologi rendah, yang hanya berupa penutup plastik, bisa dibangun dengan biaya antara US$50.000 hingga US$100.000 atau sekitar Rp800 juta hingga Rp1,6 miliar (asumsi kurs Rp16.560/US$).

Menteri Pertanian Amran Sulaiman saat ditemui usai pertemuan dengan Duta Besar Belanda di kantornya, Jakarta, Rabu (14/5/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)Foto: Menteri Pertanian Amran Sulaiman saat ditemui usai pertemuan dengan Duta Besar Belanda di kantornya, Jakarta, Rabu (14/5/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)
Menteri Pertanian Amran Sulaiman saat ditemui usai pertemuan dengan Duta Besar Belanda di kantornya, Jakarta, Rabu (14/5/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)

"Rumah kaca berteknologi rendah, yang hanya berupa penutup plastik untuk melindungi tanaman dari cuaca, hujan, badai, atau menjaga agar penyakit tidak masuk ke tanaman, bisa dibangun dengan biaya antara US$50.000 hingga US$100.000," jelas Joost dalam kesempatan yang sama.

Tak hanya itu, kata Joost, Belanda siap bekerjasama dengan Kementan untuk memastikan petani kecil RI mendapatkan pelatihan hortikultura.

"Indonesia sudah memiliki program brigade pangan untuk padi, yang bisa diperluas ke hortikultura, dan melatih petani dalam praktik pertanian cerdas yang lebih baik," ucap dia.

Adapun yang melatarbelakangi terjadinya kerjasama antar kedua negara ini, lantara Indonesia sebagai negara tropis dengan banyak dataran tinggi, dinilai sangat cocok untuk pengembangan rumah kaca. Bahkan beberapa lokasi seperti bekas perkebunan teh atau kawasan seperti Bandung sudah mulai mengadopsi model ini. Joost pun memberi contoh, "Ada Sweet Greens di Bandung yang sudah memproduksi melon di lahan 10 hektare dengan greenhouse."

Menanggapi hal itu, Mentan RI Amran Sulaiman pun menyambut hangat dan langsung menyiapkan daerah untuk uji coba. "Dengan Belanda, kita akan kerja sama hortikultura. Bahkan sudah mulai di Humbang Hasundutan dan di Purwakarta, pusat produksi dan distribusi benih sudah dibangun. Itu akan kita akselerasi," kata Amran.

Amran bahkan tak ragu menyebut hasil dari teknologi greenhouse sangat menjanjikan. "Belanda ahli hortikultura, buah-buahan, sayur-sayuran. Dengan membuat greenhouse, itu hasilnya bisa 1 banding 10," tegasnya.

Namun, ia juga menekankan pengembangan harus tetap mempertimbangkan keekonomian. "Perlu kita kaji harga komoditasnya. Karena negara kita kan sangat luas dan biayanya murah. Di daerah terbuka pun bisa produktif karena iklim kita sangat bagus," tambahnya.

Adapun soal bentuk kerja sama, Amran menekankan prinsip saling menguntungkan. "Ya kita kolaborasi. Apa kelebihan kita, dipelajari, apa kelebihan mereka, kita sama-sama belajar. Kita punya keunggulan komparatif, mulai dari iklim, tanah luas, tanah subur," jelas Amran.

Lebih lanjut, ia mengonfirmasi bahwa hasil pertanian dari teknologi Belanda ini akan ditanam langsung di Indonesia, kemudian hasilnya akan diekspor. "Oh iya. Itu menarik tuh," pungkasnya antusias.


(wur)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Indonesia Tolak Permintaan Impor Beras Malaysia, Ini Sebabnya!

Next Article Amran Ungkap Anggaran Kementan Rp 700 M Dipakai Makan Bergizi Gratis

Read Entire Article
Photo View |