Atasi 'Resesi Seks', China Siapkan Jurus Baru Genjot Kelahiran

11 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah China berencana menggelontorkan insentif uang tunai nasional bagi keluarga dengan bayi baru lahir mulai 2025. Kebijakan ini digulirkan untuk mengatasi krisis demografi akibat angka kelahiran yang terus merosot dan mengancam pertumbuhan ekonomi jangka panjang negara tersebut.


Menurut laporan Bloomberg pada Selasa (8/7/2025), pemerintah pusat akan memberikan tunjangan sebesar 3.600 yuan atau sekitar Rp8,1 juta per anak per tahun, bagi bayi yang lahir mulai 1 Januari 2025. Tunjangan ini akan diberikan hingga anak berusia tiga tahun.


"(Subsidi pemerintah pusat) kecil tetapi menandakan perubahan pola pikir dan membuka jalan bagi lebih banyak stimulus yang akan datang. Ini adalah langkah ke arah yang benar," kata Michelle Lam, ekonom China di Societe Generale, dikutip Bloomberg.


Meski China telah mengakhiri kebijakan satu anak sejak 2016, angka kelahiran masih terus turun selama tujuh tahun terakhir. Tahun lalu, rasio kelahiran naik tipis dari 1,0 menjadi 1,2 kelahiran per wanita, namun masih jauh dari ambang batas pengganti generasi (replacement rate) sebesar 2,1.


Lebih buruk lagi, populasi China tercatat menyusut untuk tahun ketiga berturut-turut, memperkuat kekhawatiran soal masa depan ekonomi dan posisi global negara tersebut.


Tunjangan nasional ini mengikuti jejak beberapa subsidi lokal yang lebih dulu diterapkan, meskipun sebagian besar hanya menyasar anak kedua atau ketiga. Salah satu contoh sukses terjadi di kota Tianmen, Provinsi Hubei, yang mencatat lonjakan kelahiran setelah pemberian insentif.


"Kasus Tianmen membuktikan bahwa insentif tunai membuat perbedaan. Jika subsidi melahirkan tidak berpengaruh, itu karena subsidi tersebut terlalu kecil dan perlu ditingkatkan," tulis He Yafu, demografer independen, melalui akun WeChat.


Selain tunjangan tunai, pemerintah China juga mensubsidi fertilisasi in vitro (IVF), menyediakan bantuan biaya perawatan anak, serta mengharuskan rumah sakit tingkat tersier menyediakan anestesi epidural saat persalinan. Ini dilakukan demi mendorong lebih banyak pasangan memiliki anak


Langkah ini juga selaras dengan pernyataan Perdana Menteri Li Qiang yang berjanji menambah subsidi perawatan anak, meski belum ada rincian resmi.


Namun demikian, sejumlah faktor seperti diskriminasi gender, biaya hidup tinggi, dan biaya pendidikan tetap menjadi hambatan besar untuk meningkatkan angka kelahiran.


Menurut PBB, jika tren ini berlanjut, populasi China yang saat ini mencapai 1,4 miliar jiwa diperkirakan akan turun di bawah 800 juta jiwa pada 2100.


(tps/tps)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article 2 Juta Penduduk China Hilang, Resesi Seks Makin Merajalela

Read Entire Article
Photo View |