Akhirnya Ada Kabar Baik dari China Buat Pengusaha Batu Bara

4 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara akhirnya menguat tipis setelah ambruk tiga hari.

Merujuk Refinitiv, harga batu bara pada perdagangan Rabu (22/10/2025) ditutup di US$ 106,7 per ton atau menguat 0,19%. Penguatan ini memutus tren negatif batu bara yang melemah 1,75% tiga hari beruntun sebelumnya.

Harga batu bara terus membaik karena permintaan pada kuartal IV-2025 diperkirakan naik.

Laporan dari seri Metals Trade Review oleh S&P Global Commodity Insights memperkirakan pasar batu bara kokas di kawasan Asia diperkirakan akan mendapat dukungan harga pada kuartal IV tahun ini, seiring meningkatnya permintaan impor dari China.

Sebelumnya, pasar mengalami tekanan karena penjualan kembali kontrak impor (reselling) oleh perusahaan-perusahaan China dan melemahnya permintaan domestik, yang sempat menekan harga di awal semester kedua tahun ini.

Namun, pelaku pasar kini mulai melihat tanda-tanda kebangkitan permintaan menjelang akhir tahun.

Beberapa faktor pendukung utama antara lain China diprediksi meningkatkan pembelian batu bara metalurgi untuk memenuhi kebutuhan industri baja, seiring proyek infrastruktur dan konstruksi yang berjalan.

Pada kuartal III, harga regional untuk berbagai jenis batu bara terdorong oleh pemulihan permintaan batu bara kokas keras berkalori rendah (low-vol hard coking coal) di China, yang juga memperkuat pemulihan harga LV HCC dibandingkan dengan batu bara kokas keras premium lainnya.

Aktivitas pasar spot batu bara kokas lintas laut China menguat pada kuartal III, mengikuti reli pada kontrak berjangka batu bara kokas di Dalian Commodity Exchange sejak awal Juli.

Kontrak Januari yang paling aktif melonjak 78% sepanjang kuartal III, mencapai CNY 1.258,50/ton (US$176/ton) pada 17 September, naik dari titik terendah sembilan tahun di CNY 709/ton pada 3 Juni. Kontrak tersebut ditutup pada Yuan 1.126/ton pada hari perdagangan terakhir kuartal III, tepat sebelum libur panjang Golden Week (1-8 Oktober).

Kenaikan harga ini merupakan bagian dari tren kenaikan harga logam besi secara umum di China pada awal kuartal, didorong oleh data ekonomi positif yang dirilis pada 15 Juli oleh Biro Statistik Nasional China, serta edaran pemerintah provinsi Henan pada 21 Juli yang menyerukan pembatasan produksi batu bara berlebih.

Harga batu bara domestik yang lebih tinggi menciptakan peluang arbitrase bagi para pedagang batu bara kokas, dengan selisih antara harga domestik dan lintas laut melebar menjadi US$20/ton pada 13 Agustus.

"Ada banyak minat dari pedagang China terhadap batu bara asal Australia, Indonesia, dan Kanada," kata seorang pedagang yang berbasis di provinsi Zhejiang, dikutip dari Hellenicshippingnews.

Dia menambahkan pada saat yang sama, produsen Australia mengatakan mereka tidak memiliki cukup kargo spot untuk memenuhi permintaan.

Pelaku pasar juga memperkirakan perlambatan aktivitas pertambangan dan transportasi pada akhir kuartal IV, karena salju dapat mengganggu produksi batu bara di wilayah tambang utama China utara dan Mongolia.

Di India, sumber perdagangan memperkirakan permintaan batu bara akan pulih setelah musim hujan panjang berakhir. Aktivitas konstruksi dan infrastruktur biasanya meningkat setelah perayaan Diwali, yang tahun ini jatuh pada 20 Oktober.

"Kemungkinan pasar menurun cukup kecil. Produksi dan permintaan baja biasanya meningkat setelah Diwali setiap tahun," kata seorang pedagang India.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(mae/mae)

Read Entire Article
Photo View |