Jakarta, CNBC Indonesia — Minyak goreng tengah menjadi sorotan. Belum lama ini Presiden AS Donald Trump mengumumkan akan berhenti membeli minyak goreng dari China. Ini sebagai tanggapan atas keputusan Beijing yang mencoret Washington sebagai pemasok kedelai.
Trump mengatakan hal itu merupakan "Tindakan Bermusuhan Secara Ekonomi" dalam sebuah unggahan di Truth Social. Menurut Asosiasi Kedelai Amerika, China telah menjadi pembeli kedelai Amerika terbesar.
Sementara itu di dalam negeri, kasus korupsi minyak goreng kembali menjadi sorotan. Kejaksaan Agung (Kejagung) telah menyerahkan uang pengganti kerugian negara dalam perkara Tindak Pidana Korupsi Pemberian Fasilitas Ekspor Crude Palm Oil (CPO) dan Turunannya sejumlah Rp 13.255.244.538.149 kepada Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
Dari Rp13,255 triliun itu, yang berasal dari Wilmar Group Rp11,88 triliun, Permata Hijau Group Rp186 miliar, dan Musim Mas Rp1,8 triliun.
Minyak goreng termasuk satu bahan pokok. Tidak heran beberapa pengusaha yang berbisnis minyak goreng mendulang banyak kekayaan.
CNBC Indonesia mencatat ada beberapa konglomerat yang memiliki bisnis minyak goreng, berikut datanya:
1. Martua Sitorus
Martua Sitorus bersama dengan Kuok Khoon Hong mendirikan Wilmar pada tahun 1991. Saat awal berdiri, perusahaan ini memiliki kurang dari 10.000 hektare (ha) kebun kelapa sawit di Sumatera Utara.
Perusahaannya terus berkembang hingga ratusan ribu ha dan tercatat memiliki banyak pabrik pengolahan minyak sawit. Dirinya bahkan mendapatkan julukan sebagai Raja Minyak Sawit Indonesia.
Wilmar adalah salah satu pemilik perkebunan kelapa sawit terluas di dunia dengan total lahan tanam mencapai 232.053 ha pada akhir tahun lalu. Dari jumlah tersebut, 65 persen kebun sawit di Indonesia; sekitar 26% di Malaysia timur, dan sisanya atau 9 persen ada di Afrika.
Saat ini, nama Maratua berada di peringkat ke-11 sebagai orang terkaya di Indonesia versi Forbes tahun lalu. Menurut data real time billionaires Forbes, saat ini dia memiliki kekayaan bersih sebesar US$ 3,4 miliar atau Rp 53,66 triliun.
2. Anthoni Salim
Siapa yang tidak kenal Anthoni Salim? Sumber kekayaan Anthoni Salim tidak hanya berasal dari produk mie instan, Indomie, tapi juga dari kelapa sawit.
Diketahui bisnis kelapa sawit keluarga Salim dijalankan lewat perusahaannya Indofood Agri Resources Ltd. Sementara di bawah Grup Salim, ada beberapa perusahaan yang bergerak di bidang kelapa sawit, seperti PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk. (LSIP) dan PT Salim Ivomas Pratama Tbk. (SIMP).
Beberapa tahun ke belakang, Grup Salim telah mengakuisisi banyak perusahaan kelapa sawit yang membuat lahan miliknya menjadi makin luas.
Dia diketahui menempati peringkat ke-5 orang terkaya di Indonesia versi Forbes 2021. Adapun kekayaannya saat ini sebesar US$ 7,5 miliar atau Rp115 triliun.
3. Sukanto Tanoto
Sukanto Tanoto memulai bisnisnya pada 1967 sebagai pemasok suku cadang dan pengusaha di bidang jasa konstruksi untuk industri minyak. Kini, Sukanto dikenal sebagai konglomerat pemilik grup usaha Royal Golden Eagle International (RGEI) yang dulu dikenal sebagai Raja Garuda Mas yang berbasis di Singapura.
RGEI bergerak di berbagai industri, di antaranya kertas dan pulp (Asia Pacific Resources International Holding Ltd), dan industri perkebunan kelapa sawit (Asian Agri dan Apical).
Sukanto saat ini berada peringkat ke-13 orang terkaya Indonesia versi Forbes. Kekayaannya saat ini tercatat sebesar US$ 3,1 miliar atau Rp 48,93 triliun.
4. Peter Sondakh
Peter Sondakh dikenal sebagai Kepala Rajawali Grup, perusahaan investasi yang portofolionya mencakup hotel, media, dan pertambangan. Peter juga memiliki perusahaan properti Grup Rajawali Property. Selain itu, dia pun memiliki Perusahaan perkebunan kelapa sawit, PT Eagle High Plantations Tbk. (BWPT).
Peter saat ini berada di peringkat ke-15 orang terkaya Indonesia versi Forbes. Kekayaannya sebesar US$ 2,1 miliar atau Rp33,14 triliun.
5. Theodore Rachmat
Theodore Permadi Rachmat yang akrab dipanggil dengan Teddy ini mendirikan grup Triputra pada 1998. Saat ini, grup tersebut memiliki empat lini bisnis, termasuk agribisnis, manufaktur, dan pertambangan. Dia menjalankan bisnis sawitnya melalui PT Triputra Agro Persada.
Teddy saat ini berada di posisi ke-12 orang terkaya di Indonesia versi Forbes. Adapun kekayaannya saat ini tercatat sebesar US$3,2 miliar atau Rp 50,5 triliun
6. Bachtiar Karim
Bachtiar Karim berada di posisi 15 orang terkaya Indonesia versi Forbes tahun lalu. Kekayaannya saat ini tercatat sebesar US$ 3,9 miliar atau Rp 61,2 triliun. Kekayaannya bersumber dari perusahaan sawit yang dimilikinya. Bersama dengan saudaranya, Burhan dan Bahari, Bachtiar menjalankan Musim Mas, salah satu perusahaan sawit terbesar di Indonesia.
Perusahaan tersebut berdiri setelah dua tahun keluarga Karim membuka kilang minyak sawit pertama di Indonesia pada 1970.
7. Ciliandra Faniago
Dia adalah CEO First Resources Ltd, perusahaan yang tercatat di bursa efek Singapura. Perusahaan ini diketahui banyak menguasai ratusan ribu ha lahan sawit di Indonesia.
Ciliandra merupakan orang terkaya paling muda dalam daftar 50 orang terkaya di Indonesia versi Forbes tahun lalu. Pengusaha 45 tahun ini berada di posisi 24. Kekayaannya saat ini tercatat sebesar US$ 2,35 miliar atau Rp 36,89 triliun.
8. Keluarga Widjaja
Keluarga Widjaja berada di peringkat ke-4 orang terkaya Indonesia versi Forbes 2023. Kekayaan keluarga Widjaja saat ini sebesar US$ 10,8 miliar atau setara Rp 169 triliun.
Keluarga Widjaja mewarisi kerajaan bisnis yang dirintis oleh Eka Tjipta Widjaja yang meninggal pada Januari 2019 pada usia 98 tahun. Keluarga Widjaja tercatat sebagai pemilik Sinar Mas Group.
Sinar Mas Group merupakan produsen minyak goreng terbesar di Indonesia dengan merek Filma. Selain itu, juga memiliki perusahaan penghasil sawit terbesar di dunia Golden Agri-Resources.
9. Haji Isam
Andi Syamsuddin Arsyad atau Haji Isam merupakan pengusaha yang dikenal sebagai Crazy Rich Batu Licin. Dia mulanya dikenal sebagai pengusaha batu bara kaya raya dari Kalimantan Selatan.
Salah satu perusahaan miliknya, PT Jhonlin Agro Raya Tbk (JARR) yang berdiri pada 2014 memiliki kegiatan usaha utamapengelolaan perkebunan kelapa sawit termasuk industri (biodiesel dan minyak goreng). Perusahaan ini berlokasi di Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan.
JARR mulai beroperasi secara komersial pada 2019. Lalu pada November 2023, perusahaan melebur dengan PT Jhonlin Agro Lestari dan kemudian melakukan penawaran saham perdana (IPO) pada 4 Agustus 2022.
Perusahaan melaporkan memiliki pabrik biodiesel dengan kapasitas 1.500 ton per hari (TPD). JARR menilai bisnis biodiesel di Indonesia berkembang pesat, terutama sejak diterapkan program mandatori campuran biodiesel seperti B20, B30, hingga B35 dan B40 dan seterusnya.
Indonesia memanfaatkan keunggulan sebagai produsen kelapa sawit terbesar dunia untuk memproduksi biodiesel dari CPO (minyak sawit). Kebijakan ini bertujuan mengurangi impor solar, mendorong energi terbarukan, dan menambah nilai industri sawit.
Selain pabrik biodiesel, JARR juga memiliki pabrik minyak goreng dengan kapasitas 250 TPD dan pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 60 TPD. Perusahaan memiliki lahan kebun sawit dengan Hak Guna Usaha (HGU) 27.936 hektare. Area luas tanam saat ini sebanyak 17.964 hektare dengan rencana tanam baru 2025 seluas 700 hektare.
(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Setelah Perusahaan IPO, JK Jadi Konglomerat Berharta Rp 161,37 Triliun