Warga Korea Pecah Gegara Pria Lari Telanjang Dada, WNA Kebingungan

3 hours ago 2
Daftar Isi

Jakarta, CNBC Indonesia - Taman Yeouido Hangang di Seoul, Korea Selatan, selama ini dikenal sebagai salah satu destinasi favorit bagi komunitas pelari kota. Namun kini, suasana di jalur jogging tersebut berubah seiring diberlakukannya empat larangan baru yang memicu pro dan kontra di kalangan masyarakat.

Spanduk besar yang terpasang di sepanjang jalur pejalan kaki taman itu memuat empat aturan utama: pelari dilarang berlari tanpa baju, dilarang bertepuk tangan atau bersorak, dilarang berlari dalam kelompok besar, serta dilarang berteriak "beri jalan" kepada pejalan kaki lain.

Spanduk itu juga menekankan pentingnya etika berlari, seperti "Lari dengan aman dalam dua baris" dan "Taman ini untuk semua orang", sebagai bentuk ajakan agar komunitas pelari lebih memperhatikan kenyamanan pengguna taman lainnya.

Dilansir dari Korea Herald, kebijakan ini muncul di tengah meningkatnya jumlah komunitas lari di Seoul. Namun, kehadiran mereka mulai menimbulkan keluhan dari publik karena dianggap mengganggu, mulai dari kebisingan hingga ketidaknyamanan bagi pejalan kaki yang menggunakan fasilitas umum tersebut.

Tak hanya di Yeouido, sejumlah wilayah lain di Seoul juga mulai memberlakukan pembatasan. Di Distrik Seocho, misalnya, otoritas setempat membatasi lari berkelompok lebih dari lima orang di Kompleks Olahraga Banpo, serta mewajibkan pelari menjaga jarak dua meter. Sementara di Distrik Songpa, jalur di sekitar Danau Seokchon juga dipasangi spanduk yang melarang pelari berkelompok lebih dari tiga orang.

Picu Pro Kontra

Pembatasan ini memicu perdebatan. Sejumlah warga menilai larangan tersebut perlu demi keselamatan publik.

"Teriakan mereka pernah mengejutkan saya sampai saya terjatuh di pinggir jalan," ujar seorang pengguna media sosial X. Warga lain menyebut perilaku beberapa komunitas lari kerap mengganggu karena mereka memutar musik keras dan terkesan menguasai area publik.

Namun, ada pula yang menilai larangan tersebut terlalu berlebihan.

"Taman itu milik semua orang. Melarang satu aktivitas tertentu justru bisa memicu konflik dengan kelompok lainnya. Lebih baik mendorong saling pengertian dan biarkan masyarakat mengatur diri sendiri," tulis pengguna lain di Threads, seperti dilansir The Korea Herald, dikutip Sabtu (20/9/2025).

Lari Tanpa Baju, Tabu atau Motivasi?

Salah satu topik paling kontroversial adalah larangan berlari tanpa baju. Sebagian pelari, terutama penggemar kebugaran, menilai kritik terhadap aktivitas ini lebih banyak berasal dari kesalahpahaman.

Yun Jeong-hoon, pelatih kebugaran berusia 30-an di Gangnam, menilai bahwa berlari tanpa baju bukan untuk pamer, melainkan bentuk motivasi pribadi.

"Saya pernah termotivasi saat melihat seorang pria tua berlari tanpa baju di sepanjang Sungai Hangang. Itu membuat saya lebih semangat olahraga," ujarnya kepada The Korea Herald.

Menurutnya, melihat tubuh sendiri dan orang lain secara langsung saat berolahraga bisa menjadi motivasi untuk tetap bugar dan memperhatikan perubahan fisik.

"Orang yang rutin berolahraga melihatnya dari sisi kebugaran. Tapi yang tidak terbiasa akan merasa risih karena belum terbiasa saja," tambah Yun.

Ia mengakui berlari tanpa baju tidak selalu cocok dilakukan di area ramai dan menyarankan pelari mempertimbangkan kenyamanan orang lain.

Pendapat serupa juga diungkapkan Jin Jang, anggota komunitas lari DRBR di Mokpo. Menurutnya, selama tidak merugikan orang lain, berlari tanpa baju seharusnya tak menjadi masalah.

"Tapi jika mayoritas merasa tidak nyaman, tentu kita juga harus menghormatinya," ujarnya.

Budaya yang Berbeda

Larangan berlari tanpa baju juga menimbulkan kebingungan di kalangan ekspatriat. Beaudette, 34 tahun, seorang guru asal Quebec, Kanada, menyebut bahwa di negaranya, hal seperti ini dianggap wajar.

"Di Kanada, selama tidak merugikan orang lain secara langsung, ya tidak masalah. Kami sudah biasa berkeringat dan berolahraga di luar ruangan sejak kecil. Itu hal normal," ujarnya.

Beberapa pelari wanita juga mengaku memilih hanya mengenakan bra olahraga demi alasan kenyamanan dan mendapatkan kulit yang lebih kecokelatan.

"Pakai atasan atau tidak saat olahraga adalah pilihan pribadi. Menyebutnya kontroversial terasa sudah tidak relevan lagi," tambahnya.


(dce)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Lari vs Angkat Beban: Mana yang Lebih Baik untuk Kebugaran Tubuh?

Read Entire Article
Photo View |