Wall Street Pesta Pora, Nilai Apple Cs Naik Rp 13.000 T dalam 24 Jam

7 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia- Bursa Saham Amerika Serikat (AS), Wall Street, berpesta pora pada perdagangan Senin (12/5/2025) atau Selasa dini hari waktu Indonesia (13/5/2025). Lonjakan saham ditopang optimisme semakin dekatnya kesepakatan dagang China dan AS.

Indeks Dow Jones Industrial Average melonjak 1.160,72 poin atau 2,81%, dan ditutup di 42.410,10.

Indeks S&P 500 terbang 3,26% menjadi 5.844,19, membukukan kenaikan lebih dari 20% sejak posisi terendah intraday di April ketika pesimisme tarif memuncak. Indeks acuan ini telah memangkas kerugiannya sepanjang tahun menjadi hanya 0,6%.

Indeks Nasdaq Composite melesat 4,35% dan ditutup di 18.708,34, seiring kesepakatan awal dengan China mendorong saham teknologi yang terkait dengan negara tersebut - seperti Tesla dan Apple - melonjak. Ini adalah hari terbaik sejak 9 April untuk ketiga indeks utama tersebut.

Dikutip dari CNN International, Amerika Serikat dan China sepakat pada hari Senin untuk mengurangi secara drastis tarif atas barang masing-masing selama periode awal 90 hari, dalam sebuah terobosan mengejutkan yang telah meredakan perang dagang yang melelahkan dan mengangkat pasar global.

Pengumuman tersebut disampaikan dalam sebuah pernyataan bersama, menyusul maraton negosiasi dagang selama akhir pekan di Jenewa, Swiss, yang melibatkan para pejabat dari dua ekonomi terbesar dunia. Kedua pihak menyebut adanya "kemajuan substansial" dalam pembicaraan tersebut.

Keduanya juga menyatakan dalam pernyataan itu bahwa mereka mengakui pentingnya hubungan ekonomi dan perdagangan yang berkelanjutan, jangka panjang, dan saling menguntungkan.

Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengatakan pada Senin bahwa pembicaraan dengan China berlangsung sangat produktif.

Kedua negara telah sepakat untuk memangkas tarif secara sementara. Tarif AS atas barang-barang China dipangkas menjadi 30%, dan tarif China atas impor dari AS diturunkan menjadi 10%.

Bessent mengatakan kepada program "Squawk Box" CNBC pada Senin bahwa ia berharap bisa kembali bertemu dengan perwakilan dari Beijing dalam "beberapa minggu mendatang" untuk mulai merumuskan kesepakatan yang lebih besar.

"Pasar menguat karena investor terkejut dengan kecepatan kemajuan kesepakatan tarif perdagangan China," kata Jeff Kilburg, CEO dari KKM Financial, kepada CNBC International.

Investor bertaruh bahwa pemerintahan AS akan mampu menyelesaikan kesepakatan perdagangan dalam tiga bulan ke depan, termasuk dengan China, dan itu mulai terwujud.

AS dan Inggris mengumumkan kerangka kerja kesepakatan perdagangan pekan lalu dan kini muncul kesepakatan awal dengan China yang ternyata melebihi ekspektasi para pelaku pasar.

Presiden AS Donald Trump sendiri menyarankan tarif terhadap China bisa diturunkan ke 80% jika negosiasi berjalan baik, dan angka 60% kabarnya sempat dipertimbangkan - jauh lebih tinggi dibanding 30% yang disepakati dalam negosiasi akhir pekan tersebut. Ia mencatat bahwa kesepakatan final dengan Beijing tidak akan terjadi dalam waktu dekat.

"Tidak ada yang menyangka tarif China bisa serendah ini. Ini kejutan positif yang besar," kata Jeff Buchbinder, Kepala Strategi Ekuitas di LPL Financial.

Namun, dia mengingatkan ini adalah de-eskalasi, bukan kesepakatan perdagangan. Masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Jeda ini tidak permanen. China hanya mendapatkan perlakuan yang sama seperti negara-negara lain.

Wall Street Reli, Saham Teknologi Terbang

Bursa Wall Street mencatat reli menyusul pengumuman kesepakatan tarif antara AS dan China bisa jadi merupakan bukti dari adanya "Trump put," yakni ide bahwa presiden akan turun tangan untuk mencegah pasar jatuh terlalu dalam.

"Aliran berita terakhir tentang perdagangan menunjukkan bahwa proses de-eskalasi kemungkinan akan terus berlanjut. 'Trump put' masih hidup dan berjalan," tulis Aditya Bhave, Ekonom Senior AS di BofA, dalam catatan kepada CNBC International.

"Pemerintahan ini terdorong untuk menghindari resesi, dan lebih banyak kesepakatan perdagangan kemungkinan akan menyusul." Imbuhnya.

Namun, Bhave menambahkan bahwa menurutnya kesepakatan AS-China dan kesepakatan dagang terbaru AS dengan Inggris menunjukkan bahwa tarif dasar 10% yang diumumkan pada 2 April "kemungkinan akan tetap diberlakukan."

Pada Minggu, Menteri Perdagangan Howard Lutnick menyatakan bahwa tarif dasar tersebut diharapkan akan berlaku untuk jangka waktu yang cukup lama.

Saham-saham teknologi global menguat pada Senin. Saham teknologi rakasa yang tergabung dalam "The Magnificent 7" bahkan berkapitalisasi besar menambahkan lebih dari $837,5 miliar atau sekitar Rp 13.828 triliun (US$ 1= Rp 16.510) dalam nilai pasar. Ini merupakan lonjakan kolektif terbesar bagi kelompok tersebut sejak 9 April.

Perusahaan teknologi yang memiliki eksposur terhadap China - termasuk Amazon dan Apple - melonjak tajam.

Saham-saham semikonduktor utama seperti Nvidia dan TSMC juga turut naik signifikan.

Saham teknologi - seperti perusahaan semikonduktor dan produsen smartphone - sebelumnya terpukul keras akibat ketegangan dagang antara dua ekonomi terbesar dunia yang mengancam rantai pasokan dan dapat merugikan sejumlah perusahaan terbesar AS.

Namun, investor merasa lega setelah pembicaraan antara AS dan China pada akhir pekan menghasilkan jeda sementara dalam penerapan tarif "resiprokal".

Di AS, Nvidia, yang masih menghadapi berbagai pembatasan dalam pengiriman chip ke China, melonjak sekitar 5% pada Senin, sementara AMD juga naik sekitar 5%. Broadcom melonjak sekitar 6%, dan Qualcomm menambahkan sekitar 5%.

Saham Apple naik sekitar 6%.dan Amazon melonjak 8% pada Senin, mengingat banyak penjual di platform tersebut bergantung pada produk asal China.

Perusahaan lain dalam rantai pasokan semikonduktor juga ikut menguat. Marvell, yang pekan lalu menunda acara investor karena ketidakpastian makroekonomi, melesat 8%.

Taiwan Semiconductor Manufacturing Co. (TSMC), produsen chip terbesar di dunia, mencatat lonjakan sekitar 6% pada sahamnya yang terdaftar di AS. Saham TSMC yang terdaftar di Taiwan sudah ditutup sebelum pengumuman tarif keluar.

Di Eropa, ASML - pemasok mesin penting untuk produksi chip tercanggih - melonjak 6%, dan Infineon juga mencatat kenaikan tajam.

Sektor semikonduktor dan beberapa produk elektronik sebelumnya mendapat pengecualian dari tarif resiprokal Presiden Donald Trump bulan lalu.

Namun, AS telah memberi sinyal bahwa pengecualian ini hanya bersifat sementara, dan produk-produk tersebut masih bisa dikenakan bea masuk khusus.

Investor selama ini khawatir terhadap dampak tarif terhadap saham teknologi besar, terutama yang memiliki eksposur tinggi ke China seperti Apple dan Amazon, yang sahamnya tertekan sepanjang tahun ini.

Apple, yang masih memproduksi 90% iPhone-nya di China, menyatakan dalam laporan keuangan bulan ini bahwa tarif akan menambah biaya sebesar $900 juta untuk kuartal berjalan.

Saham teknologi China yang terdaftar di AS juga melonjak. Raksasa e-commerce Alibaba dan JD.com naik, bersama dengan perusahaan internet Baidu.

Menurut Daniel Ives, Kepala Riset Teknologi Global di Wedbush Securities, dengan AS dan China jelas berada di jalur kesepakatan dagang maka ada kemungkinan saham teknologi mencetak rekor tertinggi pada 2025.

"Investor kemungkinan akan fokus pada langkah-langkah lanjutan dari pembicaraan perdagangan ini dalam beberapa bulan ke depan," ujar Daniel.

CNBC RESEARCH INDONESIA
[email protected]

(mae/mae)

Read Entire Article
Photo View |