Wall Street Panen Rekor, Dolar Kian Garang: Sanggupkah RI Bangkit?

2 hours ago 1
  • Pasar Keuangan Indonesia berakhir bervariasi, IHSG dan rupiah kompak melemah sementara yield obligasi tenor 10 tahun RI turun
  •  Wall Street kompak menguat dan mencetak rekor intraday
  • Klaim pengangguran AS hingga bank sentral Inggris tahan suku bunga akan menjadi sentimen pada pergerakan IHSG hingga rupiah hari ini.

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia ditutup bervariasi pada perdagangan kemarin, Kamis (18/9/2025) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga rupiah kompak melemah, namun Surat Berharga Negara (SBN) kembali di minati investor.

Pasar keuangan Tanah Air hari ini Jumat (19/9/2025) diperkirakan masih akan bergerak volatile bagi IHSG, rupiah, maupun SBN. Selengkapnya mengenai proyeksi dan sentimen pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

IHSG pada perdagangan kemarin, Kamis (18/9/2025) ditutup melemah 0,21% ke level 8.008,43. Sekaligus mematahkan penguatan enam hari beruntun IHSG sejak 10 September 2025.

Nilai transaksi IHSG pada Kamis (18/9/2025), mencapai Rp21,93 triliun dengan melibatkan 44,54 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 2,43 juta kali. Sebanyak 261 saham menguat, 410 melemah, dan 131 saham tidak bergerak.

Melihat dari pergerakan investor asing di IHGS, terpantau kembali melakukan net sell sebesar Rp358,32 miliar di seluruh pasar.

Secara sektoral, empat dari sebelas sektor ditutup pada zona merah, dengan sektor finansial memimpin pelemahan sebesar 0,93%. Diikuti sektor konsumer non siklikal dan properti dengan masing-masing turun 0,86% dan 0,45%.

Sementara itu, sektor konsumen siklikal tercatat menjadi yang paling kuat dengan terapresiasi 2,29%, yang diikuti sektor teknologi yang naik 1,80%, serta sektor utilitas sebesar 1,61%.

Dari sisi emiten, PT Bank Centra Asia Tbk (BBCA) menjadi penyebab terbesar melemahnya IHSG kamarin, dengan bobot 10,71 indeks poin. Diikuti oleh PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dengan bobot 10,26% dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) 7,88 indeks poin.

Sementara itu, PT Barito Pacific Tbk (BRPT) menjadi penahan laju pelemahan IHSG kemarin, dengan bobot penguatan 26,09 indeks poin, diikuti oleh PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) 11,53 indeks poin dan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) 5,69 indeks poin.

Beralih ke pasar mata uang, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (17/9/2025) ditutup melemah 0,46% di posisi Rp16.500/US$.

Pelemahan rupiah dipengaruhi oleh penguatan dolar AS terjadi setelah Federal Reserve (The Fed) resmi memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada rapat Federal Open Market Committee (FOMC), Rabu waktu setempat.

Meski langkah ini sudah sesuai ekspektasi pasar, investor tetap melakukan penyesuaian ulang terhadap prospek kebijakan The Fed ke depan.

The Fed mengisyaratkan akan melakukan dua kali pemangkasan tambahan pada tahun ini, namun hanya satu kali pada 2026. Sinyal ini sekaligus menepis ekspektasi pasar yang semula memperkirakan pemangkasan bisa lebih agresif, yakni dua hingga tiga kali tahun depan.

Ketua The Fed Jerome Powell menegaskan pemangkasan ini bersifat pengelolaan risiko di tengah melemahnya pasar tenaga kerja, sembari menekankan bahwa bank sentral tidak perlu terburu-buru melonggarkan kebijakan lebih dalam.

Dari dalam negeri, Keputusan BI yang kembali memangkas suku bunga sebesar 25 bps menjadi 4,75% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) 16-17 September kemarin, turut meningkatkan volatilitas nilai tukar rupiah hingga mengurangi daya tarik pasar obligasi domestik yang membuat dorongan arus keluar modal lebih besar.

Adapun dari pasar obligasi Indonesia, imbal hasil SBN yang bertenor 10 tahun terpantau turun 0,54% menjadi 6,305%. Perlu diketahui, hubungan yield dan harga pada SBN ini berbanding terbalik, artinya ketika yield turun berarti harga obligasi naik, hal ini menandakan investor sedang melakukan aksi beli.

Pages

Read Entire Article
Photo View |