Jakarta, CNBC Indonesia - Hubungan antara Amerika Serikat (AS) dan kawasan Amerika Latin anjlok ke titik terendah. Ini terjadi setelah Presiden AS Donald Trump melancarkan serangkaian serangan militer dan diplomatik yang menargetkan dua negara produsen minyak utama, Venezuela dan Kolombia.
Eskalasi ini, yang ditandai dengan ancaman pemotongan bantuan dan operasi rahasia, memicu kekhawatiran bahwa konflik global telah dipindahkan ke "halaman belakang" AS (America's backyard). Hal tersebut mengancam stabilitas kawasan yang kaya sumber daya.
Venezuela
Awalnya AS mengumumkan agresi militernya yang difokuskan di perairan Karibia Selatan. AS mengerahkan sedikitnya delapan kapal perang dan satu kapal selam, serta pesawat tempur F-35.
Militer AS secara langsung menyerang kapal-kapal yang dicurigai terkait dengan perdagangan narkotika. Awalnya ini terjadi khusus untuk Venezuela.
Sejak September 2025, militer AS telah melancarkan serangkaian serangan udara mematikan ke kapal-kapal Venezuela. Operasi telah menewaskan sedikitnya 32 orang hingga pertengahan Oktober.
Washington mengklaim bahwa kapal-kapal yang menjadi sasaran dioperasikan oleh kartel narkoba. Termasuk geng teroris Tren de Aragua dan National Liberation Army, yang dituduh berada di bawah kendali Presiden Nicolás Maduro.
Dalam upaya meningkatkan tekanan, Presiden AS Donald Trump bahkan mengonfirmasi bahwa ia telah mengizinkan pengerahan operasi rahasia. Bahkan, dilaksanakan oleh CIA.
"Saya telah mengizinkan operasi rahasia CIA di Venezuela. Serangan darat mungkin akan menyusul," kata Trump, menanggapi peningkatan aktivitas pasukan AS di kawasan tersebut.
Maduro, membalas dengan kemarahan atas tindakan AS yang ia sebut sebagai pelanggaran kedaulatan. Maduro menuding Washington menggunakan kekuatan militer secara tidak sah di luar perairannya dan bertujuan melengserkan rezimnya.
"Amerika Serikat adalah pembunuh yang berkeliaran di Karibia," ucapnya.
Kolombia
Di tengah ketegangan dengan Venezuela, Kolombia, sekutu tradisional AS dan produsen minyak non-OPEC, tiba-tiba menjadi sasaran serangan diplomatik. Pada Minggu , Trump secara terbuka mencap Presiden Kolombia Gustavo Petro sebagai atau gembong narkoba ilegal.
Ia menuding Petro membiarkan budidaya narkotika dalam skala besar. Tuduhan ini disertai dengan ancaman pemotongan total seluruh bantuan AS kepada Kolombia.
"Mulai hari ini, pembayaran ini, atau bentuk pembayaran lain apa pun, atau subsidi, tidak akan lagi diberikan kepada Kolombia, dengan alasan bahwa produksi narkoba Kolombia memicu kematian, kehancasan, dan kekacauan di AS," ujarnya.
Keputusan Trump yang drastis ini muncul setelah Petro menuntut jawaban dari AS atas serangan di Karibia. Ia menuduh Washington bertanggung jawab atas kematian seorang nelayan Kolombia.
Petro membalas tuduhan Trump dengan menyebutnya kasar. Ia bahkan secara langsung menyebut orang nomor satu AS itu bodoh tentang Kolombia"
"Saya adalah orang yang mengungkap dugaan keterkaitan antara perdagangan narkoba dan kekuasaan politik di Kolombia," tambahnya.
(tps/tps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article
Donald Trump: Semua Orang Harus Segera Mengungsi dari Teheran