Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah pebisnis Amerika Serikat (AS) mulai merasakan dampak nyata dari kebijakan tarif impor Presiden AS Donald Trump. Meski ada jeda 90 hari untuk sebagian negara, kenaikan tarif tetap menekan banyak sektor, mulai dari mainan anak-anak hingga industri hiburan.
Dilansir Reuters, Minggu (13/4/2025), belasan pemilik bisnis menyampaikan tarif ini langsung meningkatkan biaya operasional. Kenaikan juga bahkan memaksa mereka membatalkan pesanan, menghentikan ekspansi, hingga menunda rekrutmen.
Produsen lip balm memperkirakan lonjakan harga pokok sebesar US$5 juta. Seorang pengusaha tempat konser yang melihat kenaikan harga mengejutkan sebesar US$140.000 untuk memasang kursi baru di gedung pertunjukan.
CEO Eco Lips, produsen produk kecantikan organik di Iowa, Steve Shriver, memperkirakan biaya produksinya akan melonjak US$5 juta dalam 12 bulan ke depan akibat tarif baru. Padahal, bahan utama perusahaannya seperti vanila, minyak kelapa, dan kakao tidak bisa diproduksi di dalam negeri.
"Kami berhadapan dengan ketidakpastian rantai pasok di masa depan," ujar Shriver.
Perusahaannya membuat produk kesehatan dan kecantikan organik dengan bahan-bahan yang bersumber dari lebih dari 50 negara dan dijual di 40.000 toko di seluruh dunia. Perusahaan ini memiliki penjualan tahunan sekitar US$30 juta.
Ia bahkan telah mengirim surat ke 300 kliennya untuk mengabarkan adanya kenaikan harga dan keterlambatan pengiriman. Shriver juga bilang, jeda 90 hari tarif ini belum menjadi solusi permanen. "Ini bisa berubah dalam 10 hari lagi," katanya.
Sementara itu, pemilik toko mainan Into the Wind di Colorado, Paul Kusler, mengeluhkan tarif 145% untuk produk dari China. Hampir seluruh barang dagangannya, mulai dari layang-layang hingga boneka, berasal dari China.
"Tarif ini mengancam bisnis kami secara serius," kata Kusler.
Ia mencatat kenaikan harga 7%-10% untuk barang-barang yang sudah diterima di tokonya, dan memperkirakan permintaan konsumen akan terus menurun karena kekhawatiran atas inflasi bahan pokok.
Sementara itu, pemilik Simplified di Florida yang menjual planner kantor mewah untuk wanita, Emily Ley, mengaku telah membayar lebih dari US$1 juta dalam pajak perdagangan sejak tarif China pertama kali diterapkan pada 2017. Dengan tarif baru, Ley memperkirakan jumlah itu akan bertambah dalam 12 bulan ke depan.
"Kami sedang berjuang. Ini bisa membuat kami gulung tikar," ungkapnya.
Saat ini, Ley yang tengah menggugat pemerintah AS, menyatakan, pajak tersebut melanggar konstitusi.
Dampak tarif juga dirasakan Direktur Eksekutif Newman Center for the Performing Arts di University of Denver, Aisha Ahmad-Post. Ia memesan 971 kursi baru dari Kanada seharga lebih dari US$560.000.
Namun, setelah pengumuman tarif, harga proyeknya melonjak US$140.000 karena beban pajak tambahan 25%.
"Kursi-kursi itu sudah dalam produksi. Kami tidak bisa mengubah vendor begitu saja," kata dia. Kini, Ahmad-Post harus mencari cara untuk menutupi biaya tambahan tersebut di tengah upaya lembaga untuk memulihkan dana darurat pascapandemi Covid-19.
(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Balas Trump, China Naikkan Tarif Impor AS Jadi 125%
Next Article Meksiko Melawan! Kebijakan Tarif Trump Bisa Jadi Aksi 'Bunuh Diri'