Rupiah Terkapar Lawan Dolar AS, Yen dan Won Lebih Parah

12 hours ago 5

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja rupiah sepanjang pekan ini terbilang tidak terlalu bagus, tetapi juga tidak terlalu buruk, di mana mata uang Garuda tersebut hanya melemah tipis sepanjang pekan ini.

Melansir Refinitiv, pada penutupan perdagangan Jumat (24/10/2025), rupiah menguat 0,15% ke posisi Rp 16.590/US$.

Sepanjang pekan ini, rupiah terkoreksi tipis 0,09% secara point-to-point dengan sang greenback. Sedangkan sepanjang Oktober 2025, rupiah konsisten bertahan di level psikologis Rp 16.500/US$.

Meski begitu, jika dibandingkan mata uang Asia lainnya, kinerja rupiah bukan menjadi yang terburuk sepanjang pekan ini. Ada beberapa mata uang Asia lainnya yang justru ambles hingga lebih dari 1% saat melawan dolar AS.

Ada tiga mata uang Asia yang mencatatkan kinerja terburuk pekan ini, yakni yen Jepang, won Korea Selatan, dan peso Filipina. Yen ambruk 1,48%, sedangkan won ambles 1,21%, dan peso merosot 1,07%.

Namun, ada beberapa mata uang Asia yang mampu melawan dolar AS, yakni ringgit Malaysia, baht Thailand, yuan China, rupee India, dan dong Vietnam.

Kinerja dolar AS sepanjang pekan ini juga cenderung mendatar. indeks dolar AS (DXY), indeks yang mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata uang utama dunia ini terpantau menguat 0,53% sepanjang pekan ini. Sedangkan pada perdagangan Jumat kemarin, indeks DXY hanya naik tipis 0,01%.

Mendatarnya dolar AS, meski beberapa mata uang Asia kalah melawan sang greenback, terjadi menyusul data inflasi baru yang menunjukkan inflasi konsumen AS meningkat kurang dari yang diharapkan pada September 2025, membuat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) diproyeksikan tetap pada jalur untuk memangkas suku bunga.

Indeks Harga Konsumen (IHK) AS pada September 2025 naik 0,3% secara bulanan (month-to-month/mtm) dan tumbuh 3,0% secara tahunan (year-on-year/yoy). Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan IHK meningkat sebesar 0,4% (mtm) dan 3,1% (yoy).

Sementara IHK inti AS tumbuh 3% (yoy) pada September 2025, lebih rendah dari periode Agustus 2025 dan prediksi pasar yang mencapai 3,1%.

Data IHK AS akan menjadi penentu arah kebijakan The Fed. Investor tidak hanya akan melihat IHK utama, tetapi akan membedah angka IHK inti, yang tidak termasuk harga pangan dan energi.

Angka inti ini dianggap sebagai cerminan terbaik dari tekanan harga yang 'lengket' (sticky inflation), yang menjadi kekhawatiran utama The Fed.

Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah melalui intervensi.

"Intervensi akan dilakukan apapun yang diperlukan, dan ini kita lakukan tidak hanya di satu pasar saja, dengan intervensi spot tapi juga intervensi melalui pasar forward, di pasar domestik, maupun juga di luar negeri di offshore," Jelas Juli Budi Winantya, dalam pelatihan wartawan (24/10/2025).

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(chd/chd)

Read Entire Article
Photo View |