Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah sorotan atas temuan beras tidak sesuai mutu dan volume kurang dari takaran di sejumlah ritel modern, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) memastikan adanya penurunan harga beras premium sebesar Rp1.000 per kemasan 5 kilogram (kg) sebagai bentuk penyesuaian dari para produsen.
"Sejak kemarin para produsen sudah membuat surat kepada kita untuk menurunkan harga jual yang dari Rp74.500 itu turun Rp1.000 per 5 kg. Jadi turun Rp200 per kg," kata Ketua Umum Aprindo, Solihin saat ditemui di kantor Kementerian Perdagangan (Kemendag) Jakarta, Kamis (17/7/2025).
Dengan demikian, harga jual beras premium di ritel modern yang semula Rp74.500 kini menjadi Rp73.500 per kemasan 5 kg. Penyesuaian ini, menurut Solihin, merupakan bentuk rafaksi atau kompensasi dari produsen, bukan pemotongan margin dari pihak ritel.
"Ini Rp1.000 dikurangin artinya bukan berarti kita menurunkan margin, karena itu ditanggung oleh produsen. Rafaksi ya," ujarnya.
Solihin menjelaskan, nilai potongan tersebut nantinya akan diklaim oleh ritel kepada prinsipal atau produsen. "Rafaksi itu adalah senilai berapa yang kita jual dikali Rp1.000 itu kita perhitungkan untuk kita klaim kepada prinsipal atau produsen," jelasnya.
Adapun penurunan harga ini terjadi di tengah ramainya kasus beras oplosan yang dijual di ritel modern dan diduga tidak sesuai mutu premium. Menanggapi hal ini, Solihin menegaskan bahwa peritel hanya menjual, bukan memproduksi.
Foto: dce
Terpantau beras menumpuk di gerai Diamond Supermarket, Bekasi, Kamis (14/3/2024).
"Peritel adalah yang menjual barang akhir kepada konsumen. Tidak memproduksi, inget ya. Anggota saya Aprindo tidak memproduksi barang yang dimaksud," tegas dia.
Solihin menyebut, seluruh pembelian dari pemasok dilakukan berdasarkan kontrak yang menyatakan bahwa produk yang dibeli adalah beras jenis premium. "Karena dalam kontrak kerja kita kepada pemasok itu adalah jelas, yang kita beli adalah beras jenis premium," ucapnya.
Untuk menghindari kejadian serupa, pihaknya telah meminta semua pemasok membuat surat pernyataan bahwa beras yang disuplai ke ritel adalah beras premium. "Surat pernyataan dari supplier terhadap kepastian produk yang disuplai kalau kita premium, kita dagangkan. Kalau ada supplier yang tidak membuat surat pernyataan, saya hilangkan dari display," tegasnya.
Solihin juga menyadari, ritel tidak memiliki kemampuan teknis untuk memeriksa langsung kualitas beras. Karena itu, ke depan ia akan menginstruksikan anggotanya untuk melakukan pengecekan secara acak menggunakan konsultan independen.
"Kita sudah sepakat nanti kita akan coba cari konsultan yang secara random bisa mengecek beras yang ada di ritel," kata dia.
Terkait kemungkinan penarikan produk, Solihin menyebut akan menunggu instruksi dari otoritas terkait. Namun, jika terbukti tidak sesuai mutu, pihak ritel siap mengambil tindakan cepat.
"Kalau sudah terbukti tak sesuai mutu, itu akan ditarik dari pasaran. Wah, kita akan turun paling pertama," tegasnya.
Soal dampak penyesuaian harga terhadap penjualan, Solihin tidak melihat adanya penurunan minat dari konsumen. "Enggak lah, dampak dari mana kita? Beras, orang tiap hari makan beras," pungkasnya.
(wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 'Kiamat' Beras Guncang Jepang, Harga Tembus Rp 2,8 Juta